Rice bran is the result of the process of milling rice plants into rice, but rice bran has not been utilized properly in the Sidrap area. Feeding with the addition of fermented rice bran using Lactobacillus sp. is expected to increase the use of feed in tilapia aquaculture. This research aims to realize the fermentation of rice bran on the survival parameters and feed conversion ratio (fcr) of tilapia. This research used a completely randomized design with three replications and four treatments, namely (A) 10% dose of rice bran in feed, (B) 15% dose of rice bran in feed, (C) 20% dose of rice bran in feed, and (D) control. feed. The size of the tilapia used is 1.5 g / fish with a density of 20 individuals / 85 L of freshwater. The number of feeding four times a day and given a test feed of 5% of the bodyweight of the fish. The results showed that the bran flour was fermented using Lactobacillus sp. Significantly different in the survival rate and the ratio of tilapia feed conversion and water quality during the study is suitable for use in tilapia fish maintenance. The highest value resulting from the addition of fermented rice bran 15% (18.33) and 20% (19.33) for survival, while the lowest for control (16.67) and feed conversion ratio showed the best results with the provision of fermented rice bran 20 % (3.03).
Makassar Strait is a waters area with a large and relatively fertile water resource potential. The Makassar Strait area represents the confluence zone between the Pacific Ocean and Indian Ocean fish populations. The fertility of the waters makes this area one of the breeding zones for most aquatic biota. This study aims to map the catch of small pelagic fishes with water conditions in the Makassar Strait. The data used in this study was fish catches data from Makassar Strait waters from June to September 2021. Data on environmental conditions in the form of Sea Surface Temperature and chlorophyll-a concentration in the waters during the study period were obtained from the AQUA satellite with MODIS sensors, then combined with the Geographic Information System (GIS). The results of this study indicate that the sea surface temperature range in Makassar Strait waters was between 26.7°C–31.3°C and the concentration of chlorophyll-a was between 0.7 mg/m³ - 1.30 mg/m³. The highest catch points were at two points with the same catch of the purse seine, namely 4,000 kg at 118°51'E and 5°10'59"S and at 118°52'59"E and 5°3'S, while the lowest catch was 5 kg at 118°19'E and 4°57'S. It can be concluded that the presence of fish may be influenced by the water’s conditions favored by the target fish in the Makassar Strait. Abstrak Selat Makassar merupakan kawasan perairan yang memiliki potensi sumberdaya perairan yang cukup besar dan relatif subur. Kawasan Selat Makassar merepresentasikan zona pertemuan antara populasi ikan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Kesuburan perairannya menjadikan daerah ini sebagai salah satu zona berkembang biak bagi sebagian besar biota perairan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan hasil tangkapan ikan pelagis kecil dengan kondisi perairan di Selat Makassar. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tangkapan ikan dari Perairan Selat Makassar pada bulan Juni-September 2021. Data kondisi lingkungan perairan berupa Suhu Permukaan Laut dan konsentrasi klorofil-a perairan pada periode penelitian diperoleh dari satelit AQUA dengan sensor MODIS, kemudian dikombinasikan dengan Sistem Informasi Geografis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kisaran suhu permukaan laut di Perairan Selat Makassar antara 26,7°C–31,3°C dan konsentrasi klorofil-a antara 0,7 mg/m³ - 1,30 mg/m³. Titik tangkapan tertinggi terdapat pada dua titik dengan hasil tangkapan pukat cincin yang sama yaitu 4000 kg pada 118°51’BT dan 5°10’59”LS serta pada titik 118°52’59”BT dan 5°3’LS, sedangkan tangkapan terendah sebanyak 5 kg pada titik 118°19’BT dan 4°57’LS. Disimpulkan bahwa keberadaan ikan kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi perairan yang disukai ikan target tangkapan di Selat Makassar.
Spatial and temporal studies on the distribution of small pelagic fish by applying oceanographic parameters are essential for fisheries management. An understanding of the spatial characteristics of small pelagic fish distributions is important to optimize the sustainability of marine resource utilization. This study examined the characteristics of small pelagic fish fishing grounds through the analysis of oceanographic parameters using remote sensing satellite data and generalized additive model. Remote sensing satellite data (SST and chlorophyll-α) covering the area of Makassar Strait were obtained from NASA databases, with a spatial resolution of 4 km and monthly temporal resolution. Data on the geographical location and catch volume of small pelagic fish were obtained from a fisheries survey in the Makassar Strait. Remote sensing satellite data and fisheries survey data were plotted graphically to determine the environmental conditions at the sites where the small pelagic fish were caught. Catch volume and catch positions were mapped to show fish distribution. The results show that the highest point was around Barru waters with a catch of 30.70kg - 36.75kg. Small pelagic fish were caught in the SST range between 29.82° C - 31.32°C and mostly caught in chlorophyll-a between 0.34 mg/m3 - 0.62 mg/m3.
The research was conducted in June-July 2020 at Sambaliung Fish Landing Base (PPI), Berau Regency, East Kalimantan Province. The purpose of this study was to identify safety equipment on purse seine ships at PPI Sambaliung. The method used is case study method by collecting data using observation method directly at KM Piposs Berau with systematic observation and recording of investigated phenomena and structured interviews. Analysis in this study was conducted using descriptive analysis of observation and interview results. The results of this study showed that the safety equipment on board KM Piposs Berau consists of 5 categories, namely: 1) Ship safety equipment: sea map, compass, GPS, radio, echosounder, bucket with rope, and strap to the ship, 2) Individual safety equipment: life jacket, life buoy, 3) Drug equipment (first aid), 4) Personal protective equipment: gloves, raincoats, 5) Work equipment: power blocks, rollers, joy stands, wheel, tools and workshop tools, as well as the thematic ropes.
Usaha budidaya ikan nila sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Akan tetapi kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan nila yaitu pakan karena 60-70% dari total biaya produksi digunakan untuk pembelian pakan, selain itu harga pakan yang cukup mahal karena bahan baku masih diimpor. Salah satu upaya mengatasi ketergantungan bahan baku pakan impor adalah pemanfaatan bahan baku lokal yaitu dedak padi. Dedak padi merupakan salah satu bahan baku lokal yang banyak ditemukan di Kabupaten Sidenreng Rappang. Pengabdian masyarakat dilaksanakan pada bulan Juli 2021 yang bertempat di Desa Bulucenrana, Kab Sidrap. Metode kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan dan praktek langsung. Hasilyang diperoleh dari kegaiatan pemberdayaan masyarakat ini yaitu masyarakat ataukelompok budidaya ikan nila ini mampu menyerap ilmu yang diperolehtentang bagaimana membuat pakan mulai dari membuat formulasi, mengenal bahan-bahan yang bisa digunakan dalam pembuatan pakan hingga membuat pakan dandiberikan langsung ke ikan budidaya. Pembuatan pakan ikan dapat dilakukan oleh pembudidaya ikan dengan mudah, bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan dapat diperoleh di wilayah sekitar sehingga mempermudah pembudidaya untuk membuat pakan sendiri tanpa tergantung dari pakan komersial, hal ini dapat membantu menekan biaya pakan yang selama ini menjadi masalah ditingkat pembudidaya
Keberadaan Cakalang Katsuwonus pelamis selalu berubah-ubah tergantung kondisi perairan sekitarnya yang disenangi oleh ikan tersebut. Penelitian ini memberi prediksi keberadaan Cakalang di Perairan Teluk Bone dengan menggunakan data satelit penginderaan jauh dan gambaran hubungan panjang-berat Cakalang dari hasil survei perikanan. Data satelit penginderaan jauh berupa suhu permukaan laut dan klorofil-a diperoleh dari database NASA dengan resolusi spasial 4 km dan resolusi temporal 8-day composite. Data survei perikanan berupa data posisi, hasil tangkapan ikan, panjang dan berat Cakalang dengan fishing base dari dua lokasi berbeda yaitu Sinjai dan Luwu. Data satelit penginderaan jauh dan data survei perikanan di plotkan dalam grafik untuk mengetahui kondisi lingkungan yang banyak ditemukan Cakalang. Posisi tangkapan dan hasil tangkapan dipetakan untuk menunjukkan keberadaan Cakalang tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cakalang umumnya ditemukan tertangkap pada kisaran suhu permukaan laut 28,42°C - 30,73°C dan kandungan klorofil-a 0,1335 mg/m³ - 0,2309 mg/m³. Berdasarkan data panjang-berat, pola pertumbuhan Cakalang yang tertangkap di Perairan Teluk Bone bersifat allometrik negatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya ikan pelagis besar dan memberikan gambaran kondisi oseanografi di WPP 713 secara temporal dan spasial. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data statistik produksi perikanan tangkap serta data citra satelit berupa data suhu permukaan laut dan klorofil-a tahun 2005-2014. Data-data tersebut dianalisis menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan produksi ikan pelagis besar tertinggi di WPP 713 pada tahun 2014 yaitu sebanyak 172.428 ton dengan Suhu Permukaan Laut (SPL) yaitu sebesar 29.4°C dan kandungan klorofil-a sebesar 0,34 mg m-³. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam manajemen operasi penangkapan ikan pelagis besar di WPP 713 sehingga operasi penangkapan dapat menjadi lebih efesien dan efektif dengan tetap memperhatikan keberlanjutan sumberdaya ikan.Kata Kunci: ikan pelagis besar, klorofil-a, suhu permukaan laut, satelit penginderaan jauh, WPP 713
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.