Stunting menjadi isu yang mendesak untuk diselesaikan karena berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Sumber daya manusia adalah faktor utama penentu kesuksesan sebuah negara. Artiek ini bertujuan melihat hulu-hilir sosialisasi pencegahan stunting di Sumber putih Wajak. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan analisa deskriptif. Sumber data berupa analisis dokumen kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, di hulu (level kebijakan) telah ada kebijakan kesehatan desa yang dilahirkan sebagai upaya pencegahan stunting, namun pada kenyataannya angka penurunan stunting masih jauh dari yang ditargetkan. Didesa masih terdapat banyak masyarakat yang belum memiliki penguasaan pengetahuan yang memadai terkait stunting itu sendiri, baik dampaknya, faktor penyebabnya, hingga cara penanggulangannya. Kebijakan penanggulangan stunting terkesan masih berada pada isu stunting seolah masih terdengar asing. Oleh karena itu, masih sangat diperlukan sosialisasi secara massif terkait stunting, dampak yang ditimbulkan, urgensi penanggulangannya, dan upaya penanggulangan stunting pada tataran akar rumput, sebagai bentuk upaya preventif individual tanpa bergantung pada program pemerintah saja, sebab penanggulangan stunting adalah masalah mendesak yang mesti ditangani oleh semua pihak dengan segera tanpa menunggu apapun.
AbstrakMappaoli banua merupakan tradisi ritual pada masyarakat Banua Kaiyang Mosso di Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat. Mappaoli banua bertujuan untuk mengobati dan menyucikan kampung, agar terhindar dari bencana alam dan wabah penyakit. Sampai sekarang tradisi ritual itu tetap bertahan dan menjadi agenda tahunan masyarakat Banua Kaiyang Mosso. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui dan mendiskripsikan prosesi pelaksanaan tradisi ritual mappaoli banua dan makna simbolis yang terkandung dalam tradisi ritual tersebut. Tradisi ritual mappaoli banua, mencerminkan karakter dan jati diri masyarakat Banua Kaiyang Mosso sehingga perlu dikaji dalam upaya melestarikan budaya lokal, sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, pelaksanaan tradisi ritual mappaoli banua terdiri atas beberapa tahap, yaitu: tahap persiapan, mapparawung sossorang (penurunan benda pusaka), mamminnai tedzong (pengolesan minyak pada kerbau), pangngereang tedzong (penyembelihan kerbau), massamaya (ziarah ke makam leluhur), dan mattanang uwae (memasang air untuk pengobatan). Setiap tahapan dalam ritual tersebut melambangkan simbol yang mengandung makna. Simbol mapparawung sossorang bermakna penghormatan kepada benda pusaka peninggalan leluhur, simbol mamminnai tedzong bermakna pembersihan pada hewan persembahan, simbol pangngereang tedzong bermakna hewan persembahan yang tertinggi kepada leluhur, simbol massamaya dimaknai sebagai wujud cinta dan bakti kepada leluhur dan ajang silaturrahmi masyarakat Banua Kaiyang Mosso. Simbol mattanang uwae bermakna sebagai pengobatan, keselamatan dan keberkahan manusia dan alam negeri Banua Kaiyang Mosso. Abstract Mappaoli Banua is a ritual tradition in the community of Banua Kaiyang Mosso in Polman regency, West Sulawesi. Mappaoli Banua aims to treat and purify the village, in order to avoid natural disasters and disease outbreaks. Until now this ritual traditions survive and become an annual event of Banua Kaiyang Mosso community. This research is focused to identify and describe the ritual procession implementation of Mappaoli Banua tradition and the symbolic meaning contained in the ritual tradition. Mappaoli Banua ritual tradition reflects the character and identity of the Kaiyang Mosso people that need to be examined in an effort to preserve local culture, as part of the cultural wealth of the nation. This study used a qualitative method with descriptive approach. The technique of collecting data were through observation, interviews and documentation. The results revealed that the implementation of the tradition of ritual Mappaoli Banua consists of several stages: preparation, mapparawung sossorang (decrease heirlooms), mamminnaitedzong, (anointing on buffalo), pangngereang tedzong (slaughtering buffalo), massamaya (pilgrimage to ancestral graves) and mattanang uwae (install water treatment). Each stage in the ritual symbolizes the meaning implies. Symbol of mapparawung sossorang is meaningful homage to the ancestral heirlooms, symbols of tedzongmamminnai means cleaning animal offerings, tedzong pangngereang is a symbol of the highest animal sacrifice to the ancestors, massamaya symbols as a manifestation of love and devotion to the ancestors and the public arena of Banua Kaiyang Mosso. Mattanang Uwae symbol for the treatment, safety and human and natural land blessing of Banua Kaiyang Mosso.
Tata krama dalam adat istiadat orang Katobengke mencerminkan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-bentuk tata krama orang Katobengke dalam lingkup keluarga dan masyarakat, serta tata krama dalam berbagai upacara adat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi dengan penentuan lokasi secara purposive, wawancara mendalam dengan informan yang dipilih secara acak dari tokoh adat, parabela, imam kampung, dan warga Katobengke, serta teknik dokumentasi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tata krama orang Katobengke sangat dipengaruhi oleh norma adat yang berlaku, dan sesuai tuntunan parabela selaku ketua adat. Bentuk-bentuk tata krama dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari meliputi tata krama dalam menyapa dan bersikap, tata krama duduk, makan dan minum, berpakaian serta berinteraksi dengan masyarakat. Sedang tata krama dalam upacara adat (haruo) meliputi: Tuturangi Lipu Morikana, Posuo, upacara perkawinan, dan beberapa ritual adat yang masih berpegang teguh sesuai ajaran leluhur orang Katobengke.Manners in the customs of the Katobengke people reflect their behavior in daily life. This paper aims to find out and describe the form of Katobengke manners within family and community, as well as manners in various traditional ceremonies. The method used in this study is descriptive with a qualitative approach. Data collection techniques are carried out through field observation by determining the location in a purposive manner, depth interviews with informans randomly selected from traditional leaders, parabela, village priests, and residents of Katobengke, as well as documentation techniques. The results of the study illustrate that manners of Katobengke people are strongly influenced by the custumory norms that apply and in accordance with parabela guidance as customary leader. The forms of manners in society and daily life include manners in greeting and behaving, manners of sitting, dressing, eating and drinking, as well as interacting with community; while manners in traditional ceremonies include Tuturangi Lipu Morikana, Posuo, marriage ceremonies, and some traditional rituals, which still adhere to the ancestors teaching of Katobengke people.
This article describes the existence and the dynamics of Mandar traditional music performance. This study uses qualitative methods and is analyzed by interactive models. Data collection techniques are through observation, interviews, and documentation. Informants selected purposively include: legendary artists, young artists, community leaders observing traditional music and the government who handling the field of culture. The results show that until now the Mandar traditional music performance still survives amid the progress of modern music. This happens because Mandar artists always explore their traditional music performance in various festival events continuously. The Mandar people have been familiar with traditional music along with the birth of Mandar farmers. Mandar traditional musical instruments still exist until now and are always performed at various traditional music festivals, such as: calong, gantung lima, keke, ganrang, and Mandar harp. The dynamics model of Mandar traditional music performance is developing in accordance with the concept of the recent musical performance. The form and model are one type of musical instrument performance (ansamble), collaborative performance with other Mandar traditional music instruments or modern ones, and traditional music performance as dance accompaniment (tu'duq). As an appreciation, Mandar traditional music performance won at the local, national and international performance events. Nowadays, young Mandar artists rise up by exploring their traditional music games through social media in the form of YouTube videos.
AbstrakPeranan perempuan di ranah ekomoni publik memberi kontribusi yang cukup besar bagi kehidupan keluarga, terutama bagi keluarga yang masih hidup dalam kondisi kemiskinan. Seperti dijumpai pada masyarakat nelayan, yang mata pencahariannya tidak menentu. Ada waktu tertentu dimana nelayan harus melaut dan ada waktu nelayan tidak dapat melaut, karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Dalam kondisi yang demikian maka diperlukan peran isteri untuk membantu ekonomi dengan melakukan pekerjaan di luar rumah (publik). Peran ganda ini dilakoni pula oleh istri-istri nelayan yang ada di Kelurahan Lapulu, mereka melakukan beberapa pekerjaan di sektor perikanan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri-istri nelayan di Kelurahan Lapulu selain berperan di ranah domestik sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak-anak, mereka juga meluangkan waktunya untuk membantu suami bekerja sebagai, pengolah ikan asin, pembuatan terasi, berbagai makanan olahan dari rumput laut dan ikan, serta bekerja sebagai buruh di industri pengolahan ikan. Penghasilan yang diperoleh istri-istri nelayan memberi kontribusi yang cukup besar dalam membantu mengatasi biaya kebutuhan rumah tangga nelayan. Kata kunci: isteri nelayan, ekonomi keluarga, Kendari Abstract
This article discusses the effect of Horizontal Communication on Employee Performance at the Office of Community Empowerment Agency (BPMK) Jayawijaya Regency. This study consists of two variables, namely as a horizontal free communication variable with research indicators: coordination, problem solving and information exchange. While the dependent variable of employee performance with research indicator: result, benefit and impact. In the sampling of the authors using saturated samples in which the entire population is used as a sample of 27 employees. And data analysis technique that writer use is statistical data analysis with type of associative research and data processed by using simple regression model. The results showed horizontal communication is very strong and direct 0.795 (significant) with employee performance at 95% confidence level. Horizontal communication contributes to employee performance of 32.0%. Artikel ini membahas tentang pengaruh Komunikasi Horizontal Terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Kampung (BPMK) Kabupaten Jayawijaya. Penelitian ini terdiri dari dua variable yaitu sebagai variabel bebas komunikasi horizontal dengan indikator penelitian: koordinasi, pemecahan masalah dan pertukaran informasi. Sementara variabel terikat kinerja pegawai dengan indikator penelitian : hasil, manfaat dan dampak. Dalam penarikan sampel penulis menggunakan sampel jenuh dimana seluruh populasi dijadikan sampel yaitu berjumlah 27 pegawai. Dan teknik analisa data yang penulis gunakan adalah analisa data statistik dengan jenis penelitian asosiatif dan data diolah menggunakan model regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan komunikasi horizontal berhubungan sangat kuat dan searah sebesar 0,795 (signifikan) dengan kinerja pegawai pada taraf kepercayaan 95%. Komunikasi horizontal memberikan kontribusi terhadap kinerja pegawai sebesar 32,0%.
This paper is a research result explaining and describing adaptive strategies of Flores migrants in Mamuju City to survive overseas. Many Flores people migrate to other provinces in Indonesia to find work in order to improve the living economic standard of their families. The limitation of potential employment and natural resources in their orign area causes them to migrate. This research is a descriptive study with a qualitative approach. Data collection techniques are through in-depth interviews, field observation, and focus group discussions (FGD). From the study result, it is known that Flores migrants with the destination area of Mamuju City come from various regencies in Flores Island. Their arrival generally utilizes social networks through kinship, friendship, the harmony of Flores people, and neighbors who have previously settled in Mamuju City. In this destination area, they implement social and economic adaptive strategies. Social adaptive strategy includes maintaining social attitudes and avoiding conflict, establishing interethnic communication, building solidarity, and so on. Meanwhile, economic adaptive strategy includes working in services sector, shopkeepers, housemaid, and hotel employees. Young migrants migrate to continue their education while working. The form of social and economic adaptive strategies are considered quite effective by Flores migrants. ABSTRAKTulisan ini merupakan hasil penelitian yang menjelaskan dan mendeskripsikan strategi adaptif migran Flores di Kota Mamuju untuk tetap bertahan hidup di perantauan. Banyak orang Flores melakukan migrasi ke provinsi lain di Indonesia untuk mencari pekerjaan agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan sumber daya alam yang kurang potensial di daerah asal menyebabkan mereka bermigrasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi lapangan dan diskusi terpumpun (Focus Group Discussion/FGD). Dari hasil penelitian, diketahui bahwa migran Flores dengan daerah tujuan Kota Mamuju berasal dari berbagai kabupaten yang ada di Pulau Flores. Kedatangan mereka pada umumnya memanfaatkan jaringan sosial melalui hubungan kekerabatan, pertemanan, kerukunan masyarakat Flores, dan tetangga yang sudah terlebih dahulu bermukim di Kota Mamuju. Di daerah tujuan, mereka menerapkan strategi adaptif sosial dan ekonomi. Strategi adaptif sosial meliputi mempertahankan sikap sosial dan menghindari konflik, menjalin komunikasi antaretnik, membangun solidaritas, dan sebagainya. Sementara itu, strategi adaptif ekonomi meliputi bekerja di sektor jasa, menjadi penjaga toko, pembantu rumah tangga, dan karyawan perhotelan. Migran usia muda melakukan migrasi untuk melanjutkan pendidikan sambil bekerja. Bentuk strategi adaptif sosial dan ekonomi tersebut dinilai cukup efektif oleh migran Flores.Kata kunci: Migrasi, migran Flores, strategi, adaptif.
Penggunaan bahasa Arab dalam kegiatan dakwah dan kegiatan keseharian para artis merupakan salah satu tanda ke-hijrah-an mereka, fenomena ini terwujud dalam bentuk campur kode. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis wujud dan makna imperatif dalam tuturan campur kode bahasa Arab–Indonesia para artis hijrah di media sosial dalam tinjaun sosiopragmatik. Penelitian ini dilakukan pada komunitas artis hijrah Musawarah di media sosial you tube dengan subjek penelitian entitas tuturan dan entitas imperatif. Penelitian ini menggunakan metode simak dalam pengumpulan datanya dengan menerapkan teknik sadap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Analisis data dilakukan dengan metode analisis kontekstual atau sejajar dengan metode analisis padan baik yang bersifat intralingual maupun ekstralingual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wujud tuturan campur kode artis hijrah komunitas musawarah dalam tiga ranah yaitu; ranah pendidikan, ranah sosial dan ranah pertemanan diperoleh enam puluh enam wujud tuturan. Adapun makna imperatif yang terkandung dalam tuturan campur kode tersebut diantaranya; sosiopragmatik imperatif harapan, ajakan, permohonan, permintaan, peringatan, persilaan, perintah, kesediaan, larangan, gurauan, pemberitahuan, dan tawaran.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.