The objectives of this study were to analyze the validity, practicality, and effectiveness of South Kalimantan local wisdombased biology learning and its effect on student learning outcomes. The research method used is research and development. This research was in a Develop stage of Thiagarajan's Model. This development has produced learning models (lesson plans, student's worksheet, learning achievement test questions, teacher activity sheets, student activity sheets, and student response sheets). The local wisdom-based learning model were designed with seven stages using Banjar language (regional language of South Kalimantan). Model that have been developed were tested for the level of validity, practicality, effectiveness, and its effect in learning. The level of validity is determined based on the assessment and review of the four validators. To find out the effectiveness and the effect of the learning model, quasi-experimental design was applied by involving two classes at SMAN 7 Banjarmasin-Indonesia. Data were collected using a variety of instruments, namely the validity assessment sheet, the student's worksheet and lesson plan sheets, student achievement test questions, and student response sheets. Data analysis was implemented to measure the effectiveness and the effect of learning by calculating n-Gain and ANCOVA, respectively. The results, the learning tools met the "valid" criteria so that it can be implemented. Learning also concluded having good practicality criteria. Moreover, it can be seen that the application of local wisdom-based learning model and tools was quite effective in improving student learning outcomes, in contrast to learning in the control class. Furthermore, ANCOVA test concluded that there were significant differences in learning outcomes between students in the experimental and the control class.
Higher-order Thinking Skills (HOTS) is significant for students and has to be trained and managed well by teachers. This study aims to describe the preparation of biology teachers in learning, to analyze the understanding of biology teachers about HOTS, and to examine the efforts of biology teachers in developing HOTS for high school students in Banjarmasin, Indonesia. The subject of this survey was forty-one senior high school biology teachers in the city of Banjarmasin who were involved in routine activities of MGMP (biology subject teacher working group). The research instrument is in the form of a modified questionnaire from previous researchers and has been validated by experts. The data were analyzed using descriptive statistic (percentage). The results showed that the senior high school biology teachers in Banjarmasin have prepared the lesson well, but this was not done consistently (continuously). Some teachers have not maximally prepared the lessons according to the recommended educational standards. The teacher's understanding of HOTS is broad enough, and they assume that HOTS really needs to be trained to students. However, it has not been described in their teaching activities because the HOTS aspect tends to be neglected (not well conducted).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang itu selalu diawali dengan bertanya. Bagi guru bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam inquiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan bertanya siswa dan hasil belajar melalui strategi pembelajaran aktif tipe Team Quiz. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Anjir Pasar yang berjumlah 19 orang, yang terdiri 7 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Objek penelitian adalah keterampilan bertanya siswa dan hasil belajar. Teknik penggumpulan data dengan menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis data dengan menggunakan rumus persentase, rata-rata dan modus. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Team Quiz keterampilan bertanya siswa berada pada kualifikasi “sangat terampil” dan hasil belajar termasuk dalam kualifikasi “baik”. Kata kunci : Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz, keterampilan bertanya, materi segi empat.
. Siswa memerlukan kemampuan berpikir kritis yang tinggi karena kemampuan berpikir kritis matematika berperan penting dalam penyelesaian suatu permasalahan mengenai pelajaran matematika. Selain itu, seorang siswa SMP telah dianggap dewasa sehingga dituntut mampu berpikir kritis untuk mencapai hasil atau mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Ada berbagai macam metode pembelajaran inovatif, yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika, salah satunya metode inkuiri. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah. Penelitian ini merupakan Penelitian Deskriptif yang terdiri atas empat tahap yaitu:perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan evaluasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A, sedangkan objek penelitian adalah keseluruhan proses dan hasil pembelajaran matematika SMPN 14 Banjarmasin dengan metode inkuiri untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis. Instrumen berupa soal tes dan lembar observasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri dengan langkah-langkah meliputi, orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan, dan mengaplikasikan kesimpulan. diperoleh bahwa aktivitas siswa SMP pada pembelajaran inkuiri termasuk dalam kualifikasi aktif dengan kemampuan berpikir kritis siswa SMP adalah 79,49 dengan kualifikasi tinggi. Kata kunci: kemampuan berpikir kritis, inkuiri
The use of local wisdom as learning sources and the empowerment of students' Higher-Order Thinking Skills (HOTS) are the two components that must be carried out in the 21st-century biology learning. The purpose of this study was to explore the information about the application of local wisdom-based learning and HOTS-based assessment in Banjarmasin. This survey research involved 41 high school biology teachers in Banjarmasin who joined in Biology Teacher Working Group activities as research samples. The research instruments were questionnaires that were validated by experts. The data were analyzed using descriptive statistics in term of percentage. The findings showed that the teacher gave a positive response to the content of local wisdom to be a source of biology learning. In addition, they believed that through the learning, the students caring attitudes towards the potential and local wisdom of South Kalimantan were developed. Nonetheless, the empowerment of HOTS was not optimal as it was less frequent for the teachers to design HOTS-based learning in their class.
Indonesia memiliki ragam budaya yang khas. Di antara wujud kebudayaan tersebut adalah adanya hasil fisik berupa aktivitas perbuatan dan semua karya manusia dalam masyarakat. Kabupaten Barito Kuala memiliki wujud kebudayaan yang khas, yaitu kerajinan anyaman. Masyarakat setempat memanfaatkan tanaman purun untuk dijadikan bahan pembuatan kerajinan anyaman dengan pertimbangan bahwa purun adalah tanaman yang mudah ditemukan di rawa karena tumbuh liar dan tekstur seratnya yang kuat. Dibutuhkan keterampilan untuk menghasilkan anyaman yang memiliki nilai nilai estetika dan nilai ekonomis tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Data bersumber dari pengrajin anyaman purun di Kabupaten Barito Kuala. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif model Miles, yaitu interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas sehingga data menjadi jenuh. Hasil penelitian menunjukkan beberapa motif anyaman purun memiliki bentuk geometri bangun datar, yaitu mata punai dan tapak catur berbentuk persegi, motif saluang mudik berbentuk jajargenjang, motif ramak cangkih berbentuk persegi panjang, motif gigi haruan berbentuk segitiga, dan motif anyam badiri dan anyam barabah menggambarkan susunan garis-garis sejajar. Selain itu, anyaman purun memiliki nilai estetika yang berdampak pada munculnya nilai ekonomi sejalan dengan tingginya kebutuhan masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan dari anyaman purun.
Kecerdasan interpersonal termasuk dalam jenis kecerdasan majemuk. Tidak semua siswa yang memiliki kecerdasan ini. Oleh karena itu, seorang guru perlu untuk memahami dan mengembangkan potensi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal ini. Kecerdasan interpersonal juga berhubungan erat dengan emosi seseorang sehingga kecerdasan ini berhubungan erat dengan kepercayaan diri siswa. Penelitian dilakukan pada siswa dari dua kelas yang memiliki kemampuan setara dengan model pembelajaran yang berbeda. Kelas pertama merupakan kelas eksperimen diberikan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran problem based learning (PBL), sedangkan kelas kedua merupakan kelas kontrol yang diberikan model pembelajaran konvensional. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dan kepercayaan diri siswa. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang diajar dengan model pembelajaran PBL mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional ditinjau dari kecerdasan interpersonal dan kepercayaan diri siswa. Kata kunci: problem based learning (PBL), kecerdasan interpersonal, kepercayaan diri.
This study purpose to determine the ability of students to use Polya’s step in solving mathematical problems through Problem Based Learning. This study used a quantitative approach with a total sample, as many as 26 students of 7th grade of Junior High School 2 Kusan Hulu student. Problem Based Learning activities held in four meetings and two tests. The test results were analyzed based on the Polya’s problem solving steps, calculated with the percentage in each step. The results showed that the ability of junior high school students to use Polya’s steps in solving mathematical problem through Problem Based Learning was: 1) ability to understand problems at 83.80%, 2) ability to plan problem solving at 71.42%, and 3) ability to do counting at 75.61%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.