The Covid-19 pandemic has had a major impact on society, such as job losses, rising staples, and economic hardship. Prices of food needs that continue to increase and are not affordable have resulted in food problems, one of which is protein. One of the high-quality protein is protein from fish. Fish as a fishery commodity that is relatively easy to cultivate on a large industrial scale and household scale for food self-sufficiency is catfish (Clarias sp). The purpose of this activity is to add insight and knowledge of the community about budikdamber for food self-sufficiency. The method of implementing community service activities in Kampung Six is carried out by counseling and training methods on Budikdamber. In this training activity, a bucket with 40 liters of water and 20 catfish seeds was used. Maintenance was carried out for 60 days with ad satiation feeding three times a day. Observations were made on growth, survival and water quality. The results of the activity found that 93% of the community partners had understood about Budikdamber. Budikdamber maintenance by partner communities gets an absolute weight growth value of catfish of 14 g, catfish survival value of 75%, and 1 bunch of kale per bucket. Based on the results of this activity, it is hoped that there will be the provision of special land for Budikdamber as an example for people who want to develop in their respective yards.
Ikan koi adalah salah satu jenis ikan hias yang banyak diminati oleh masyarakat. Budidaya ikan koi dipengaruhi oleh kualitas air yang berkualitas sebagai media hidup. Permasalahan dalam budidaya ikan koi adalah kualitas air yang cepat menurun yang disebabkan oleh pencemaran aktivitas lingkungan dan hasil metabolisme ikan koi. Metode kerja yang dilakukan adalah persiapan bak pemeliharaan ikan koi, pembuatan rangkaian RAS, penebaran benih ikan koi, dan pengukuran kualitas air. Rangkaian teknologi RAS terdiri dari pipa sebagai saluran air dari wadah pemeliharaan ke bak filter dan sebaliknya, pompa untuk mengalirkan air, dan bak filter yang terdiri dari susunan arang, bioball, zeolit, dan pasir. Selama satu bulan pemeliharaan ikan koi menggunakan teknologi RAS memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan dan kualitas air budidaya. Benih ikan koi sebelum pemeliharaan berukuran 5-6 cm mengalami pertambahan panjang tubuh menjadi 8,5-10,5 cm. Hasil pengukuran suhu, pH, dan DO air rata-rata budidaya ikan koi sebelum resirkulasi masing-masing adalah 31,2°C; 7,6; dan 4,8 mg/L. Setelah dilakukan proses resirkulasi didapatkan hasil pengukuran rata-rata suhu, pH, dan DO adalah menjadi 29,7°C; 7,1; dan 6,0 mg/L. Hal ini menunjukkan teknologi RAS mampu membuat suhu, pH, dan DO air budidaya ikan koi menjadi optimal. Kualitas air yang optimal akan menyebabkan pertumbuhan ikan koi yang baik.
Kota Tarakan merupakan salah satu Kota yang terkenal dengan potensi Perikanan yang melimpah. Pemanfaatan hasil perikanan secara efisien dan terpadu sangat diperlukan, karena hasil perikanan sangat rentan mengalami kerusakan/kemunduran mutu sehingga diperlukan penanganan yang tepat misalnya melalui diversifikasi menjadi berbagai produk olahan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada ibu-ibu PKK sebagai motivator dimasyarakat. Pelaksanaan kegiatan pengabdian berlangsung pada hari Jumat, 07 Februari 2020 yang dihadiri oleh 40 orang peserta. Kegitan berupa penyampaian materi dan demonstrasi pembuatan produk olahan ikan dan udang. Hasil kegiatan adalah meningkatnya keterampilan dan pengetahuan peserta dalam diversifikasi berbagai hasil perikanan menjadi pangan bergizi. Mengingat besarnya manfaat kegiatan ini, maka selanjutnya perlu mengadakan pelatihan serupa pada kelompok PKK terkait teknik pengemasan (packaging) agar produk yang dihasilkan dapat dipasarkan.
Salah satu komoditas ikan hias air tawar yang menjadi primadona di pasar internasional adalah Ikan Koi (Cyprinus carpio). Budidaya Ikan Koi akan menjadi daya tarik usaha karena permintaan pasar yang tinggi. Pemijahan semi buatan mempunyai keunggulan karena diawali dengan seleksi induk yang matang gonad sempurna sehingga mendapatkan kualitas benih yang baik. Pelaksanaan observasi partisipan selama satu bulan di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin. Kegiatan ini bertujuan mengetahui penerapan teknologi pembenihan Ikan Koi. Prosedur pengerjaan terdiri pemeliharaan induk, seleksi induk, proses pemijahan, pemeliharaan benih, dan pendederan benih Ikan Koi. Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin menghasilkan larva sebanyak 26.000 ekor Ikan Koi. Kualitas air berdasarkan SNI dikategorikan layak dengan suhu pada kisaran 27-30oC, pH 6,9-7,28, dan DO 6,2-7,6 mg/L .
Budidaya ikan nila merupakan salah satu sumber mata pencaharian masyarakat di Kota Tarakan. Namun permasalahan lingkungan menyebabkan benih ikan nila mudah terserang penyakit akibat bakteri di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan potensi kitosan dengan ukuran nanopartikel, yang ditambahkan pada pakan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan nila. Nanokitosan adalah ekstrak dari limbah cangkang kepiting atau kulit udang, yang berfungsi sebagai immunostimulan. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan dua perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan satu adalah tanpa pemberian nanokitosan dan perlakuan dua dengan pemberian nanokitosan dalam pakan. Hasil sintesis nanokitosan didapatkan ukuran berdasarkan jumlah dengan intensitas tertinggi pada ukuran 537,17 nm. Hasil kualitas air suhu dan pH dari dua perlakuan masih berada dalam kisaran optimal untuk budidaya ikan nila yaitu suhu 27-29°C, pH antara 7,3-7,8, kandungan oksigen terlarut (DO) sebesar 1,3-5,8 mg/L dan kisaran kadar amonia sebesar yaitu 0,1-3,5 mg/L. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perlakuan menggunakan nanopartikel kitosan dalam pakan lebih efektif daripada tanpa menggunakan nanopartikel kitosan dalam pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila. Hasil uji T menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik harian (SGR) pada semua perlakuan tidak berbeda signifikan (P>0,05), tetapi pada kelangsungan hidup (SR) benih ikan nila pada semua perlakuan berbeda signifikan (P<0,05). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa penambahan nanokitosan dalam pakan berpengaruh nyata meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan nila.
Synthesis of silver nanoparticles (AgNP) and gold nanoparticles (AuNP) was carried out by the reduction method with leaf extract of Ketapang (Terminalia catappa). The biomolecules present in the extract generated the reduction of Ag+ and Au3+ ions from AgNO3 and HAuCl4, respectively. The growth of nanoparticles was monitored by UV-Vis spectrophotometer. The maximum absorption of biosynthesis of AgNP and AuNP were observed in the respective range of 421-431nm and 530-535nm. Those peaks correspond to surface plasmon absorbance of AgNP and AuNP, respectively. Analysis on the functional groups change of the extract by Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spectroscopy showed the formation of carbonyl- from hydroxyl-groups which suggested the oxidation and reduction processes involved in the formation of both nanoparticles. The average size distributions determined by PSA (Particle Size Analyzer) are 55-71nm and 18-44nm for AgNP and AuNP, respectively. Morphology of the silver nanoparticles was observed by Scanning Electron Microscope (SEM) and the structure of the compounds was characterized using X-ray Diffraction (XRD). The shape of AgNP varied from triangular, cubic and hexagonal polyshaped, while AuNP were spherical. XRD studies showed that the nanoparticles obtained were crystalline gold and silver.
Tilapia (Oreochromis niloticus) is a cultivated commodity that is widely developed because of its economic value and high nutritional content. However, in aquaculture activities, problems such as water pollution reduce water quality. This problem means continuous water changes to maintain water quality. A recirculation system can be a solution by reusing water. The use of filters is an important factor in a recirculation system. One alternative filter is chitosan derived from crab and shrimp shell waste. This study aims to determine the optimal concentration of chitosan as a recirculation filter. The study was conducted experimentally using a completely randomized design with four treatments and three replications. Each treatment is a variation of the concentration of chitosan as a filter. Analysis of measurements carried out was absolute weight growth, specific growth rate, survival, and water quality. Based on the ANOVA results, each treatment had a significant effect on the absolute weight growth of tilapia, P<0.05, with P3 being the most significantly different. At the same time, the specific growth rate and survival of tilapia did not significantly affect P>0.05. The water quality measurements showed that the temperature, pH, ammonia, and DO values were still by the quality standards of tilapia aquaculture, with P3 treatment, which gave better water quality results. Based on the study results, the optimal concentration of chitosan as a filter in supporting tilapia growth was in the P3 treatment, which was 50 mg.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.