Masa balita merupakan periode yang sangat penting bagi kelangsungan hidup ke depannya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kondisi kesehatan, termasuk status gizi balita. Masalah stunting memiliki dampak yang besar bagi masa depan balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor orangtua dan kejadian stunting pada balita di Desa Kairane dan Desa Fatukanutu. Penelitian dilaksanakan di Desa Kairane dan Desa Fatukanutu, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang pada bulan September sampai Desember 2019. Desain studi cross sectional digunakan dalam penelitian ini. Sampel penelitian berjumlah 176 balita dan data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan faktor orang tua yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah pendidikan ayah (Pvalue=0,035) dan ibu (Pvalue=0,031), jumlah anggota keluarga (Pvalue=0,008), dan pengetahuan gizi ibu (Pvalue=0,002). Sedangkan pekerjaan ayah (Pvalue= 0,233) dan pekerjaan ibu (Pvalue= 0,895) tidak berhubungan dengan kejadian stunting. Asupan zat gizi yang berhubungan dengan kejadian stunting, yaitu asupan protein (Pvalue=0,002) dan lemak (Pvalue=0,017). Sedangkan asupan karbohidrat tidak berhubungan dengan kejadian stunting (Pvalue=0,687). Perlu dilakukan intervensi gizi untuk memperbaiki status stunting pada balita, antara lain peningkatan pengetahuan gizi ibu dan asupan makanan yang bergizi.
Latar belakang: Balita sangat rawan mengalami gangguan kesehatan akibat dari masalah gizi karena balita menjadi awal dari pertumbuhan dan perkembangan anak. Balita yang kekurangan gizi akan berisiko mengalami masalah kesehatan di masa mendatang. Penyebab masalah gizi pada balita antara lain, faktor orang tua karena balita masih sangat bergantung dengan orang tua, serta pemberian MPASI dini. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor ibu dan waktu pemberian MPASI dengan status gizi balita di Kabupaten Kupang.Metode: Penelitian dilaksanakan di Desa Oefeto dan Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang pada bulan September sampai Desember 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 229 balita dan data dianalisis menggunakan uji chi square.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita adalah pendidikan ibu (p value=0,001), pengetahuan gizi ibu (p value=0,001), perilaku gizi ibu (p value=0,001), dan waktu pemberian MPASI (p value=0,001), sedangkan pekerjaan ibu (p value= 0,783), dan sikap ibu tentang gizi (p value=0,355) tidak berhubungan dengan status gizi balita. Kesimpulan: Intervensi perlu dilakukan terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita, antara lain peningkatan pengetahuan gizi, serta penerapan perilaku gizi ibu.
Latar Belakang: Stunting menggambarkan kegagalan pertumbuhan dan sering ditemui pada anak sekolah. Stunting dapat menurunkan kualitas generasi di masa mendatang. Anak stunting perlu diberikan sarapan agar dapat fokus pada pelajaran dan beraktivitas optimal di sekolah. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis beda asupan zat gizi makro dan mikro saat sarapan pada siswa sekolah dasar stunting dan tidak stunting di Kota Kupang. Metode: Desain case control diterapkan dalam studi ini. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2019 di SD Inpres Maulafa dan SD Negeri Kelapa Lima, Kota Kupang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan zat gizi, meliputi karbohidrat, protein, lemak, zat besi, seng, vitamin A, dan kalsium, sedangkan variabel terikat, yaitu stunting. Asupan zat gizi dikumpulkan menggunakan form food recall 1x24 jam dan status stunting ditentukan dengan melakukan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise kemudian dihitung menggunakan indikator TB/U. Sampel penelitian adalah siswa kelas 5 dengan jumlah 58 siswa stunting dan 58 siswa tidak stunting yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling dan diuji dengan independent t-test. Hasil: Lebih banyak responden berjenis kelamin perempuan yang stunting (58,6%). Ada perbedaan asupan karbohidrat (p=0,022), protein (p=0,044), lemak (p=0,046), zat besi (p=0,035) dan seng (p=0,043) saat sarapan pada siswa stunting dan tidak stunting. Simpulan: Ada perbedaan asupan zat gizi makro dan mikro saat sarapan pada siswa sekolah dasar stunting dan tidak stunting di Kota Kupang.
Stunting merupakan salah satu masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting masih menjadi masalah kesehatan prioritas di Indonesia. Penanganan stunting dilakukan melalui intervensi Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif pada sasaran 1000 hari pertama kehidupan dari anak sejak di kandungan sampai berusia 23 bulan. intervensi gizi-spesifik diselenggarakan oleh sektor kesehatan, sedangkan intervensi gizi-sensitif biasanya diselenggarakan oleh sektor lain. Kegiatan pengabdian inidilaksanakan dengan tujuan untuk memberdayakan Kader melalui teknologi pengolahan ikan sebagai sumber protein hewani dalam mencegah Stunting pada Balita di daerah terpencil di Pulau semau Kabupaten Kupang. Diharapkanagar dari kegiatan ini, dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ikan sebagai sumber protein hewani dalam mencegah stunting dan cara mengolah ikan menjadi snack yang bergizi. Metode pelaksanaan kagiatanini adalah penyuluhan dan praktek bersama masyarakat. Tempat pelaksanaannya adalah Desa Batuinan Semau Kabupaten Kupang pada tanggal 18 Juli 2022. Hasil yang diperoleh setelah kegiatan ini adalah perubahan pengetahuan dan ketrampilan para kader untuk lebih terampil mengolah snack yang menarik dan bergizi dari sumber bahan pangan lokal yang ada disekitar mereka. Hal ini ditandai dengan antusias dari setiap peserta kader saat membuat bola-bola mie ikan dan sempol ikan kelor, selain itu pihak desa juga turut terlibat mendukung kegiatan ini dengan memasukkan dalam salah satu program desa yaitu pemberian makanan tambahan (PMT) bagi Ibu hamil dan anak balita.
Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu pangan lokal yang memiliki kandungan yang gizi yang tinggi. Daun kelor kaya akan beta karoten, vitamin C, vitamin E, polifenol, dan sumber antioksidan alami yang baik. Akan tetapi tanaman kelor masih kurang dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan pangan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajarkan kader posyandu dan ibu balita tentang olahan kelor, yaitu kroket kelor, cendol kelor dan bolu kelor. Sasaran kegiatan ini adalah kader dan ibu balita di Posyandu Kamboja II, Kelurahan Sikumana, Kota Kupang. Kegiatan ini dilaksanakan dalam 2 metode, yaitu ceramah dan demo/praktik. Hasil kegiatan ini adalah seluruh peserta paham tentang pembuatan makanan berbasis kelor dan mampu menghasilkan keuntungan dari penjualan produk tersebut. Kegiatan ini diharapkan dapat membuat ibu balita memiliki variasi makanan yang diberikan kepada balita dan juga produk ini dapat dijual untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Banyak remaja putri yang tidak puas dengan tubuhnya sehingga melakukan diet untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Akan tetapi seringkali diet yang dilakukan remaja putri merupakan diet beresiko padahal diet ini akan membawa dampak negatif bagi kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kaitan antara variabel bebas, yaitu teman sebaya dan aktivitas fisik dengan variabel terikat, yaitu perilaku diet remaja putri. Rancangan cross sectional diaplikasikan dalam studi ini. Waktu studi ini adalah bulan Januari sampai Mei 2022 di Kota Kupang. Responden dalam studi ini, yaitu remaja putri berjumlah 349 orang yang diambil dengan teknik accidental sampling. Variabel teman sebaya dikumpulkan menggunakan kuesioner, sedangkan aktivitas fisik dikumpulkan dengan form The International Physical Activity Questionnaire - Short Form (IPAQ-SF). Variabel perilaku diet yang dikumpulkan menggunakan kuesioner Youth Risk Behavior Surveillance. Uji chi square dipakai untuk menelaah hubungan variabel bebas dan terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor teman sebaya (P-value = 0,000) dan aktivitas fisik (P-value = 0,014) berhubungan signifikan dengan perilaku diet remaja putri. Remaja putri perlu diberikan edukasi secara terus-menerus agar membina hubungan positif dengan teman sebaya dan selalu beraktivitas fisik secara teratur dengan porsi yang cukup.
ABSTRAK Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah gizi seperti gizi kurang, stunting dan obesitas. Kabupaten Kupang menempati urutan keempat dengan kejadian stunting tertinggi di Provinsi NTT, dengan 27,4% pada balita pendek dan 19,8% pada balita yang sangat pendek sehingga diperlukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut satunya dengan edukasi gizi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di SD Inpres Batakte Kabupaten Kupang pada bulan mei 2023. Kegiatan terdiri dari edukasi gizi seimbang menggunakan media food model, penilaian status gizi (TB/U) dan pemberian PMT. Peserta kegiatan ini adalah siswa kelas I-VI. Edukasi gizi menggunakan food model dapat meningkatkan pengetahuan siswa dari 54% dan menjadi 78%. Hasil penilaian status gizi (TB/U) terdapat 19% siswa yang tergolong pendek dan 9,2% siswa yang tergolong sangat pendek pada SD Inpres Batakte yang perlu menjadi perhatian pihak terkait. Rekomendasi kegiatan tindak lanjut adalah memberikan meningkatkan frekuensi edukasi dan pemantauan status gizi serta memberikan intervensi gizi yang lebih optimal untuk meningkatkan status gizi siswa. Kata Kunci: Stunting, Food Model, PMT-AS ABSTRACT School-age children are a group that is vulnerable to nutritional problems such as malnutrition, stunting, and obesity. Kupang Regency is in fourth place with the highest incidence of stunting in the Province of NTT, with a proportion of 27.4% for short toddlers and 19.8% for very short toddlers, so various efforts are needed to overcome this problem, one of which is nutrition education. This community service activity was carried out at SD Inpres Batakte, Kupang Regency, in May 2023. The activity consisted of education on balanced nutrition using the media food model, assessment of nutritional status (TB/U), and provision of PMT. The participants in this activity were students in grades I–VI. Nutrition education using the food model can increase students' knowledge from 54% to 78%. The results of the nutritional status assessment (TB/U) found that 19% of students were classified as short and 9.2% of students were classified as very short at SD Inpres Batakte, which needed to be brought to the attention of related parties. The recommendation for follow-up activities is to provide nutritional interventions in the form of PMT for school children with a more optimal number and frequency to improve students' nutritional status. Keywords: Stunting, Food Model, Supplementary Feeding
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.