Tenaga listrik merupakan kebutuhan vital pada kehidupan masyarakat. Dibalik pentingnya fungsi energi lsitrik bagi masyarakat tersebut, sangat disayangkan bahwa belum semua daerah di Indonesia yang tersaluri listrik. Mengatasi hal ini maka perlu dilirik usaha pembangkitan energi listrik alternatif yang ramah lingkungan, tersedia sepanjang hari dan mudah dalam pemasangannya. Pembangkit listrik energi angin mungkin menjadi solusi. Degan kecepatan angin yang berkisar 5 m/s di Indonesia perlu di rancang sebuah turbin angin yang dapat berputar dan menghasilkan energi walau hanya berputar dengan kecepatan rendah. Turbin angin yang dipilih adalah turbin angin sumbu horizontal. Bahan yang direncanakan awalnya adalah kayu dengan asumsi kayu adalah bahan yang mudah didapatkan dan mudah dibentuk. Panjang sudu kayu ini sekitar 0.75 m, tetapi setelah selesai dibuat dan dirakit turbin tidak berputar walau kecepatan angin telah mencapai 4 m/s, hal ini tentu tidak sesuai dengan tujuan dari penelitian. Lalu dipilihlah arkrilik, yang mempunyai keunggulan yang ringan, tipis dan kekuatan yang cukup. Diharapkan dengan keunggulannya, turbin angin ini akan mampu bekerja dengan baik
Renewable energy power generation is a concept of generating electrical energy that is widely applied today. The rapid population growth is proportional to the high demand for electrical energy. There are still a lot of power plants that rely on fossil fuels as a source of energy to drive the turbines. The limitations of fossil energy provide an alternative thought for using renewable energy as electricity generation. Bangka Island is an island with great potential for solar and wind energy. The two energy sources are expected to provide a solution to the scarcity of energy that occurs on the island of Bangka. This research is expected to provide input in solving the problem of the high demand for electrical energy on the island of Bangka and provide an idea that renewable energy is a substitute for limited fossil energy. From each renewable energy generator, research is carried out to obtain the electrical energy produced. The electrical energy data generated by the two power plants will be compared in order to obtain effectiveness and efficiency values. The research was conducted in Bangka district using 50 Wp solar panels and 30 Watt DC generators.
Dalam penelitian ini terkandung unsur pembuktian dan eksperimen yang lengkap mengenai pengambilan keputusan pemakaian panel surya tipe monocrystalline dan polycrystalline khususnya di kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengambilan data antara kedua panel surya yang dibandingkan dilakukan selama 30 hari (23 September 2020 – 22 Oktober 2020) melalui berbagai macam cuaca. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat dan menganalisa pemilihan tipe panel surya yang cocok (monocrystalline atau polycrystalline, masing – masing 250 Wp dengan merek yang sama) untuk kota Pangkalpinang agar dapat meningkatkan suplai energi yang lebih tepat dan efisien. Penggunaan arduino untuk mengambil data pada panel surya dimaksudkan agar data yang didapatkan nantinya bisa lebih akurat dan terpetakan dengan baik jika dibandingan dengan apabila data diambil secara manual dengan cara dicatat. Hasil pengujian menyatakan bahwa panel surya jenis monocrystalline lebih baik dibandingkan polycrystalline dengan perbedaan energi yang dihasilkan sebesar 4.9%.
A solar panel is one alternative energy solution that is widely used today. Solar panels consist of two main types, namely polycrystalline and monocrystalline. The two solar panels have physical differences and the ability to produce electrical energy. Therefore, we compare two solar panels in order to conclude which type of solar panel is the most effective in producing electrical energy. The area used is plateau areas with a mountainous contour and has low humidity and temperature. Data is collected for three days. The solar panels used have a capacity of 200 Wp each. As a data logger, Arduino and several supporting components are used. Polycrystalline solar panels produce a greater voltage than monocrystalline types from the first day to the third day. However the current produced by the two solar panels tends to be the same. The average total energy produced by polycrystalline solar panels is 665.46 watts and monocrystalline solar panels is 500.62 watts. It can be concluded that in mountainous areas it is more efficient to use a polycrystalline type of solar panels.
Permasalahan klasik yang menghambat petani dalam melakukan penyemprotan cairan herbisida karena masih menggunakan sistem penyemprot cairan herbisida secara manual. Penelitian bertujuan untuk menghasilkan alat penyemprot herbisida elektrik yang efisien dan efektif bagi masyarakat, juga untuk mengenalkan serta memanfaatkan energi terbarukan sebagai energi yang mudah di dapatkan dan ramah lingkungan khususnya di bidang pertanian. Sumber yang dihasilkan oleh panel surya 20Wp yaitu berupa Tegangan, Arus, Daya dan Energi Listrik. Pengukuran panel surya diambil selama 7 hari, mulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Hasil yang didapatkan untuk nilai rata-rata terbesar Tegangan, Ampere, dan Daya berada pada hari ke-7 dimana Tegangan sebesar 13,72V, Arus sebesar 0,43A, dan Daya sebesar 5,88W. Sedangkan untuk nilai rata-rata Energi Listrik terbesar berada pada hari ke-2 dan hari ke-5 sebesar 0,60Wh. Adapun yang berpengaruh dalam pengambilan data panel surya pada penelitian ini yaitu Intensitas Cahaya, dengan nilai rata-ratanya paling besar berada pada hari ke-7 yaitu sebesar 905,8 W/m2. Pembuatan alat penyemprot herbisida elektrik berbasis panel surya 20 Wp telah dilakukan dengan hasil yang sangat efektif dan berfungsi sesuai dengan tujuan pembuatan alat yaitu mengenalkan energi terbarukan sebagai energi alternatif yang mudah didapatkan khususnya dibidang pertanian.
This study aims to produce a prototype of greenhouse system which is used for nursery that can be maintained and controlled remotely. The design and control employs power supply from solar panels and applies ESP-32 as a data processor which will be sent on Telegram App. Controlling and monitoring in this study are observed from the comparison between temperature, growth, and plant weight which are performed both automatically in a smart greenhouse and manually cultivated in non-greenhouse. The results obtained at the highest temperature of the smart greenhouse was on the 19th day of testing was 36.10°C and for the manually cultivated in non-greenhouse the temperature was 34.65°C on the 16th day. The lowest temperature for the smart greenhouse was on the 27th day of testing which was 27.51°C and for the manually cultivated in non-greenhouse was 26.64°C. As a result, the plants growth for each treatment increased every week. Plants growth in the smart greenhouse is higher than the growth rate in the manually cultivated in non-greenhouse. Plants weight that had measured are averagely 159 grams in smart greenhouse and 123 grams for the manually cultivated in non-greenhouse.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan merupakan pegabdian masyarakat berbasis non riset. Kegiatan pengabdian dilatarbelakangi oleh pandemi Covid – 19 yang sedang berlangsung di Indonesia dan seluruh dunia. Pada masa pandemi Covid -19 ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengeluarkan kebijakan pembelajaran daring dan melarang pertemuan tatap muka dan berlaku untuk semua jenjang pendidikan. Untuk mendukung pembelajaran baik tatap muka terbatas dan pembelajaran daring, maka tim pengabdian Jurusan Teknik Elektro Universitas Bangka Belitung berencana mengadakan Pelatihan Virtual Lab Khusus Pembelajaran Bidang Teknik untuk Guru SMK Negeri 1 Simpangkatis Guna Mendukung Program Pemerintah Menekan Penularan Covid – 19. Pengabdian ini memiliki beberapa tahapan yang harus diikuti dimulai dari melakukan kerjasama dengan mitra dan kesediaan menjadi mitra, membuat proposal kegiatan pengabdian agar dapat didanai, melakukan kegiatan pelatihan dan membimbing mitra dalam mengembangkan pembelajaran teknik berbasis Virtual Lab, melakukan evaluasi dan pembuatan laporan akhir serta menargetkan salah satunya dapat melakukan publikasi di jurnal nasional pengabdian masyarakat. Kedepannya, dengan dilaksanakannya kegiatan ini diharapkan agar bisa menjadi percontohan pelaksanaan virtual lab bagi SMK – SMK lainnya yang ada di Kabupaten Bangka Tengah khususnya dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Umumnya.
Electricity demand of Bangka Belitung Islands Province from time to time always increases. This is caused by the fact that electricity has become an important part of human civilization in various fields including the fields of economy, technology, social and human culture. Electricity distribution to consumers must be optimal in accordance with the needs of the community and industry. Problems will arise if the power sent from a power plant is far greater than the demand at the load, there will be an energy waste in the electricity company and a swelling use of fossil energy as a fuel generator because most of the power plants in Bangka Belitung Islands Province use fossil energy. To avoid these problems, we need a forecast method. This study used the least square method and linear regression that produces electricity consumers and electricity consumption forecasts in Bangka Belitung Islands Province in 2050 which is estimated to be 3,412554 GWh with an average increase of 3.7% every year.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.