Foot rot disease epidemic on black pepper in variety of environmental conditions. The foot rot disease on black pepper caused by Phytophthora capsici Leonian, is often destructive to farmers of black pepper. This research aims to study the infection rate and the pattern of development of the black pepper foot rot disease in various condition of the environment. The research was conducted in the areas of black pepper cultivation in the Ultisol and Entisol soils. In each location plots were set with few (<25%) and abundant (>75%) weeds. Variable observed was disease incidence. The data were used to analyze model of development of the black pepper foot rot disease and infection rate. Results of the research showed that the model of development of the black pepper foot rot disease was not affected by soil type, but the type of soil affected the infection rate. At the pepper plantation with abundance of weeds, the disease development followes Gompertz model. At the plantation with few weeds, however the disease developed in a logistic model. The rate of disease infection on the black pepper plant with abundant weeds lower compared with those with few weeds.Key words: epidemic, foot rot disease, infection rate, pattern of development disease
ABSTRAKEpidemi penyakit busuk pangkal batang lada pada kondisi lingkungan yang bervariasi. Penyakit busuk pangkal batang lada yang disebabkan oleh Phytophthora capsici Leonian telah menjadi ancaman bagi petani lada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model perkembangan dan laju infeksi penyakit busuk pangkal batang lada pada kondisi lingkungan yang bervariasi. Penelitian ini dilaksanakan di daerah sentra pertanaman lada dengan jenis tanah Ultisol dan Entisol. Masingmasing lokasi dibuat plot pengamatan pada kondisi lahan yang gulmanya banyak (>75%) dan gulmanya sedikit (<25%). Variabel yang diamati yaitu intensitas penyakit (yang diamati tiap 2 minggu). Data tersebut digunakan untuk menganalisis model perkembangan penyakit dan laju infeksi penyakit busuk pangkal batang lada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model perkembangan penyakit busuk pangkal batang lada tidak dipengaruhi oleh jenis tanah tetapi jenis tanah mempengaruhi laju infeksi penyakit. Pada pertanaman lada dengan gulma banyak, model perkembangan penyakit adalah Gompertz, dan pada lahan dengan gulma sedikit, model perkembangan penyakitnya adalah logistik. Laju infeksi penyakit lebih rendah pada jenis tanah Ultisol dibanding pada tanah Entisol. Pertanaman lada yang gulmanya banyak mempunyai laju infeksi yang lebih rendah dibandingkan dengan pertanaman lada yang gulmanya sedikit.Kata kunci: epidemi, laju infeksi, model perkembangan penyakit, penyakit busuk pangkal batang PENDAHULUAN Lada (Piper nigrum) banyak diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat yang pengusahaannya masih menerapkan teknik budidaya sederhana (Yuhono, 2007). Lada selain terdapat di Lampung
AbstrakPengendalian penyakit tanaman di sentra produksi lada melalui modifikasi lingkungan merupakan pilihan bijak dalam upaya pengurangan penggunaan pestisida. Penyakit busuk pangkal batang lada telah menyebabkan penurunan produksi lada di berbagai daerah sentra rempah. Penyakit ini semakin meningkat dengan adanya pergeseran cuaca yang tidak menentu. Interaksi antar unsur cuaca dan kondisi agroekosistem diduga mempengaruhi perkembangan penyakit busuk pangkal batang lada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antar unsur cuaca (suhu udara, kelembapan udara, jumlah hari hujan, total curah hujan), suhu tanah, dan lengas tanah terhadap terjadinya peningkatan penyakit busuk pangkal batang lada pada berbagai kondisi agroekosistem lada. Penelitian dilaksanakan di sentra pertanaman lada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Analisis lintas digunakan untuk mengetahui hubungan antar unsur cuaca dengan intensitas penyakit busuk pangkal batang lada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa unsur cuaca mempengaruhi peningkatan intensitas penyakit busuk pangkal batang lada. Unsur cuaca yang secara langsung menyebabkan peningkatan intensitas penyakit busuk pangkal batang lada pada tiap daerah bervariasi dan paling dominan adalah curah hujan. Unsur cuaca yang mempengaruhi peningkatan intensitas penyakit di Kabupaten Konawe Selatan adalah curah hujan dan lengas tanah, di Kabupaten Konawe oleh suhu udara, kelembapan udara, dan curah hujan, sedangkan di Kabupaten Kolaka oleh jumlah hari hujan, dan curah hujan.Kata kunci: agroekosistem, busuk pangkal batang, cuaca, lada, sentra rempah.
Abstract
Control of plant diseases in black pepper production centers through environmental modification is a wise choice in efforts to reduce the use of pesticides. The foot rot disease causes production of black pepper has been undergoing a decrease in center spices. The irregular change of the weather was strongly assumed to be the cause of the occurrence of the black pepper foot-rot disease. The interactions between agroecosystems condition and weather elements to influence the development of foot rot disease. The aims of this
Effectiveness of botanical insecticide formulations against cocoa pod borer Conopomorpha cramerella (Snell.). Cocoa pod borer (CPB), Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae), is a major pest on cocoa plants. The research aimed atfinding out botanical insecticide formulations that are effective against CPB. Plant materials used for preparing the formulations were cashew nut shell (Anacardium occidentale), whiteflower albizia (Albizia saponari), siam weed (Chromolaena odorata), and candle bush (Senna alata) extract. This research was conducted in the field using a randomized complete block design with the following treatments: formulation of cashew nut shell extract, cashew nut shell extract + whiteflower albizia bark extract, cashew nut shell extract + siam weed leaf extract, cashew nut shell extract + candle bush leaf extract, cashew nut shell extract + whiteflower albizia bark extract + siam weed leaf extract + candle bush leaf extract, and a synthetic insecticide formulation containing a mixture of lambda-cyhalotrin 106 g/L and thiametoxam 141 g/L as well as control (without botanical and synthetic insecticide treatment). The concentration of botanical pesticides applied from cashew nut shell extract used was 2.5 mL/L, while from other ingredients 250 mL/L.Variables observed were intensity of CPB infestation, degree of damage to the cocoa seed, and the efficacy of botanical insecticide treatments. The results showed that the test botanical insecticide formulations reduced the intensity of CPB infestation by 48.9–55.3% and the degree of seed damage by 52.3–58.2% compared with control. The efficacy of the test botanical insecticide formulations in controlling CPB was relatively the same when compared to each other, with a range of efficacy of 64.2–71.0%, but was lower than that of the synthetic insecticide formulation (92.8% efficacy). The implication of this research is that botanical insecticide formulations have the prospect of being continuously developed and have the potential to reduce the used of synthetic insecticides.
Penelitian bertujuan mengevaluasi pengaruh cendawan endofit dan dosis pupuk anorganik dalam meningkatkan produksi dan ketahanan padi gogo terhadap penyakit blas (P. oryzae). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam pola faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor pertama adalah pemupukan yang terdiri dari: tanpa pupuk anorganik (P0), pemupukan dengan pupuk anorganik 25% dari rekomendasi (P1), pemupukan dengan pupuk anorganik 50% dari rekomendasi (P2), pemupukan dengan pupuk anorganik 75% dari rekomendasi (P3), pemupukan dengan pupuk anorganik 100% sesuai rekomendasi (P4) dan faktor kedua adalah penggunaan cendawan endofit yang terdiri dari: tanpa aplikasi cendawan endofit (C0), aplikasi T. asperellium (C1) dan aplikasi Paecilomyces sp. (C2). Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan metode sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi pemupukan dengan pupuk anorganik dan cendawan endofit pada variabel tinggi tanaman, jumlah anakan, waktu muncul malai, bobot 1000 bulir, hasil gabah kering dan keparahan penyakit. Kombinasi perlakuan pupuk anorganik 75% sesuai rekomendasi dengan cendawan endofit Trichoderma sp. (P3C1) dan Perlakuan pupuk anorganik 75% denganPaecilomyces sp. (P3C2) memberikan respon terbaik dalam meningkatkan produksi dan ketahanan padi gogo terhadap penyakit blas.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.