Latar Belakang: Prognosis LKD yang tidak dirawat dengan baik akan berdampak buruk yaitu amputasi bahkan kematian sehingga dibutuhkan tindakan pencegahan yaitu skrining kaki diabetes. Tujuan dari review ini, untuk mengetahui metode skrining kaki diabetes untuk mencegah terjadi luka kaki diabetes (LKD). Metode database yang digunakan pada pencarian artikel yaitu pubmed, wiley dan science direct. Hasil: kata kunci yang digunakan diabetic foot screening OR diabetes foot screening jumlah artikel yang didapatkan 39 artikel dari tiga database dan artikel yang menjadi kriteria inklusi artikel, artikel tahun 2013-2018, merupakan hasil penelitian, sesuai tema scoping review dan artikel full text, sehingga terdapat empat artikel yang terinklusi. Dari artikel tersebut dua artikel yang membahas metode skrining kaki diabetes untuk mendeteksi neuropati dan dua artikel yang membahas metode skrining kaki diabetes untuk mendeteksi angiopati. Skrining kaki diabetes untuk mendeteksi neuropati dapat menggunakan metode sudoscan yang dapat mendeteksi 34% tidak ada neuropati, tanpa gejala 69% dan dengan gejala 61,7%. Metode Ipswich touch test (IpTT) dapat digunakan oleh tenaga non professional di rumah dan klinik dalam mendeteksi neuropati dengan sensitivitas 78,3% dan 81,2%, spesifitas 93,9% dan 96,4%. Metode dalam mendeteksi angiopati adalah ankle brachialis index (ABI). Kombinasi hasil palpasi nadi yang lemah /hilang dan ABI yang abnormal menghasilkan sensitivitas dan nilai prediksi negatif tertinggi (92,3 % dan 89,8%) penyebab peripheral arterial disease (PAD). Kesimpulan: metode skrining kaki diabetes untuk mendeteksi neuropati terdiri atas beberapa metode yang aman untuk digunakan. ABI dapat digunakan mendeteksi PAD. Key word: skrining kaki diabetes, neuropati, angiopati
Early detection of PAD and neuropathy is essential to prevent diabetic foot ulcers (DFU). The study aimed to identify the inter reliability of diabetic foot check-up (Ipswich touch test [IpTT] and palpation of the dorsal pedis and posterior tibialis) between nurses and caregivers. An inter-operator observation study between nurses and caregivers was conducted to evaluate the reliability of diabetic foot check-up in eight public health centers in eastern Indonesia. Patients with diabetes mellitus (DM) with and without diabetic foot ulcer (DFU, n = 144) were included in this study. The nurse demonstrates IpTT and palpation of the dorsal pedis and posterior tibial artery, followed by the caregiver. The McNemar test confirmed no difference in IpTT between nurses and caregivers on the left foot at the first, third, and fifth finger (P > 0.05), similar to the right foot (P > 0.05). The sensitivity of palpation dorsal pedis was (47.3%–50%) and (50%–52%) for the left and right foot, respectively. The insights gained from this study may assist in implementing diabetic foot check-up as an early screening tool for risk DFU in the community setting.
Nyeri merupakan salah satu keluhan yang dirasakan oleh lansia ketika melakukan aktivitas terutama daerah persendian. Dengan melakukan stretching (peregangan) dapat mengembalikan fleksibilitas otot sehingga mengurangi sensasi nyeri. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi nyeri pada persendian, meningkatkan rentang gerak sendi sehingga memudahkan mobilisasi lansia, meningkatkan kekuatan otot lansia, mencegah kontraktur pada sendi yang sering dialami lansia. Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah dengan melatih stretching dinamis-aktif yang didahului dengan pemeriksaan TTV, mengukur rentang gerak sendi, derajat nyeri dengan menggunakan VAS, dan kekuatan otot. Hasil dari kegiatan ini menemukan hasil bahwa stretching mampu meningkatkan rentang gerak sendi, menurunkan derajat nyeri, meningkatkan kekuatan otot, sehingga dapat disimpulkan bahwa streching yang dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam seminggu dan teratur akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kehidupan lansia agar terhindar dari gangguan mobilisasi fisik.
Perubahan pola hidup yang terjadi pada masyarakat terutama pada ibu hamil semakin lama semakin mengalami peningkatan mudah untuk terinfeksi berbagai gangguan penyakit salah satunya infeksi Toxoplasma, Other Disianse, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simplex Virus (TORCH). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan kebiasaan tentang penyakit TORCH pada wanita produktif. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif sampel penelitian ini sebanyak 75 sampel yang diperoleh dengan teknik purposive. Pengumpulan data mengunakan kuesioner pengetahuan wanita tentang penyakit TORCH. Hasil penelitian menjelaskan bahwa 47 responden yang memiliki pengetahuan kurang. Kebiasaan mereka adalah tidak mengkonsumsi daging dan sayuran mentah. Hal ini juga berkaitan demgan pola hidup sehat yang bisa dikatakan melakukan pencegahan terjadinya penyakit TORCH. Wanita produktif memiliki pengetahuan yang kurang karena kurangnya informasi, edukasi dan sosialisasi tentang penyakit TORCH. Pola hidup wanita produktif sebagian besar tidak mengkosumsi daging dan sayuran mentah.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.