ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya manajemen laba pada peristiwa pergantian Direktur Utama (CEO). Pergantian CEO dalam penelitian ini meliputi baik pergantian rutin maupun pergantian non-rutin berdasarkan informasi yang diperoleh dari risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS). Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengalami pergantian CEO pada periode penelitian tahun 2000 sampai 2009. Terjadinya praktek manajemen laba diukur menggunakan akrual diskresioner dengan Modified Jones Model dan Rowchordory' of Real Earnings Management. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada peristiwa pergantian CEO non-rutin, CEO yang baru menjabat melakukan manajemen laba dengan menggunakan akrual diskresioner untuk menurunkan laba pada tahun pergantian. Bukti terjadinya manajemen laba pada peristiwa pergantian CEO konsisten dengan teori bahwa CEO baru akan meminimalkan laba yang dilaporkan pada tahun pergantian jabatan mereka dengan cara 'earning bath'. Namun demikian, penelitian ini tidak berhasil membuktikan terjadinya manajemen laba pada peristiwa pergantian CEO rutin. Selain itu, CEO lama dalam peristiwa pergantian CEO non-rutin tidak melakukan manajemen laba pada tahun terakhir sebelum pergantian. Oleh karena itu, manipulasi laba bukan argumen untuk pergantian CEO non-rutin.
Kata kunci: Manajemen laba, akrual diskresioner, pergantian CEO rutin dan non-rutin
ABSTRACT
This study investigates earnings management of CEO changes in Indonesia. CEO change is classified either as routine or non-routine based on RUPS (General Shareholders Meeting) and RUPSLB (Extraordinary General Shareholders Meeting) information. The samples are listed company undergoing CEO changes in the Indonesian
This study explores the informational and opportunistic characteristics of earnings management in ASEAN countries. Earnings management has an impact on the profitability of the companies. A positive relation between earnings management and future profitability reveals that earnings management is informational. However, negative a relation between earnings management and future profitability indicates that earnings management is opportunistic.This study uses data from the OSIRIS database. Four hundred and eighty five (485) companies from the Philippines, Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand are used as a sample. This study focuses on 2 types of earnings management: (1) accrual earnings management and (2) real earning management. Modified Jones model is used for the accrual earnings management. Real earnings management follows Roychowdury (2006).The results show that the characteristics of earnings management are not consistent. Real earnings management is informational in Thailand, but opportunistic in Indonesia. Accruals earnings management is informational in the Philippines, but opportunistic in Malaysia. Country factors such as culture may explain the inconsistency of the results in ASEAN.Abstrak: Penelitian ini mengeksplorasi karakteristik informasional dan oportunistik dari manajemen laba di negara-negara ASEAN. Manajemen laba akan berdampak pada kemampulabaan perusahaan. Hubungan positif antara manajemen laba dan kemampulabaan di masa depan mengungkapkan bahwa manajemen laba bersifat informasional. Sebaliknya, hubungan negatif antara manajemen laba dan kemampulabaan perusahaan di masa depan mengindikasikan bahwa manajemen laba bersifat oportunistik.Penelitian ini menggunakan data dari database OSIRIS. Empat ratus delapan puluh lima (485) perusahaan dari Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand digunakan sebagai sampel. Penelitian ini berfokus pada dua jenis manajemen laba: (1) manajemen laba akrual dan (2)
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.