Achievement of the nutrition minimum service standard at Manokwari District Hospital in West PapuaBackground: There are three indicators of nutrition services that are regulated in the hospital Minimum Service Standards (MSS), namely the timeliness of food distribution, patient's plate waste, and the accuracy of the patient’s diet. The achievement of minimum service standards as the indicator of quality for nutrition services at Manokwari District Hospital has not yet been known.Objective: To find out the implementation of minimum service standards for nutrition services,i.e. the promptness of food distribution, the proportion of plate waste, and accuracy of the patient’s diet at Manokwari District Hospital. Methods: This was a mixed-method study conducted at Manokwari District Hospital, West Papua, from January until March of 2018. A quantitative approach with patient samples was carried out to quantify the achievement of MSS for nutrition service. Punctuality of food distribution and accuracy of the diet was measured using observational sheets while the patient’s plate waste was determined using food weighing. A qualitative approach through in-depth interviews with patients, nutritionists, cooks, food service workers, and nurses was performed to explore the influencing factors. Results: The percentage of timeliness of patient food distribution was only 37.1%, the waste of patients’ food reached 34.5% and the accuracy of the patient's diet was only 83.87%. These were affected by poor human resource management, inadequate hospital facilities, and foods brought from outside of the hospital. Conclusions: Promptness of patient’s food distribution, plate waste and diet accuracy in Manokwari District Hospital has not reached the minimum service standard for nutrition service.
Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan belajar anak, termasuk pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada pada usia remaja dan disiapkan sebagai tenaga terampil sesuai bidang keahliannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor gizi yang meliputi asupan energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan zink), kebiasaan sarapan, dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMK di Sleman, DIY. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional pada 100 siswa kejuruan dengan jurusan bidang teknik kendaraan ringan yang berasal dari SMKN 2 Depok, SMKN 1 Seyegan dan SMK Muhammadiyah Prambanan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik individu dan semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Status gizi ditentukan dengan indikator IMT/U dan prestasi belajar diukur dari nilai ujian praktik mata pelajaran kejuruan. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan subjek memiliki asupan energi defisit (68%), protein defisit (40%), lemak defisit (57%), karbohidrat defisit (65%), vitamin C defisit (27%), zat besi defisit (59%), zink defisit (93%), status gizi normal (67%), dan kebiasaan sarapan jarang (35%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dan zat gizi serta status gizi dengan prestasi belajar (p>0,05) tetapi ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan (p=0,010) serta pekerjaan ayah dan ibu (p=0,030 dan p=0,031) dengan prestasi belajar. Disimpulkan bahwa kebiasaan sarapan merupakan faktor gizi yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa SMK.
Background: Perception and judgment against one’s own body is called body image. Limited studies have been performed on body image of the population living in boarding schools who has relatively homogeneous environmental characteristics and restricted access towards communication media.Objective: To determine the correlation between individual factors and environmental factors with body image of female students at religious boarding school.Methods: A cross-sectional study was conducted in 142 female students aged 15-19 years old in Islamic Centre Bin Baz (ICBB) boarding school Bantul. Individual factors included nutritional status, nutritional knowledge, and self-esteem, respectively measured by using BMI/age that interpreted using manual from Ministry of Health 2010, multiple choice questionnaire, and Rosenberg Self-Esteem Scale (RSE). Environmental factors encompassed culture, social economic status, and social support, respectively measured by using check lists of parent’s ethnics, social economic status questionnaire, Social Support Questionnaire Number (SSQN) and Social Support Questionnaire Satisfaction (SSQS). Body image was measured using CDRS (The Contour Drawing Rating Scale) form. All variables were tested using chi square test and logistic regression.Results: Individual factors that had significant correlations with body image were nutritional status (p<0.05; RP=1.3; 95%CI=2.68-2.83) and self-esteem (p<0.05; OR=21.3; 95%CI=3.97-114.3). Meanwhile, for environmental factors, they were social economic status (p<0.05) and social support satisfaction (p<0.05; 95%CI=0.02-0.95).Conclusion: Individual and environmental factors have correlation with body image of female students at religious boarding school.
Penyediaan makanan yang higiene dan sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi.Banyaknya kejadian keracunan makanan yang terjadi di pondok pesantren dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan penerapan higiene sanitasi khususnya oleh penjamah makanan yang bertugas menyiapkan makanan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan penjamah makanan tentang keamanan pangan dan hubungannya dengan mutu keamanan pangan di pondok pesantren berdasarkan skor keamanan pangan (SKP) dan angka kuman.Penelitian menggunakan rancangan cross-sectional yang dilakukan di 4 pondok pesantren tradisional di Yogyakarta dan melibatkan 31 orang penjamah makanan. Instrumen pengumpulan data meliputi kuesioner pengetahuan, formulir skor keamanan pangan (SKP), dan angka kuman diuji dengan metode total plate count (TPC). Analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan 93,5% penjamah makanan memiliki tingkat pengetahuan keamanan pangan yang baik. Namun, analisis statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang keamanan pangan dengan skor keamanan pangan (p>0,05; r=0,200) maupun antara pengetahuan keamanan pangan dengan angka kuman (p>0,05; r=0,000). Kata kunci:angka kuman, keamanan pangan, pengetahuan, penjamah makanan, pondok pesantren.
<p><strong>ABSTRACT</strong></p><p><em><strong>Background</strong>: There is a challenge to overcome nutrition problems as the number of older adults increases, including the older adults who live in nursing home. Food service in nursing home often get less attention, such as in the portion size of meals that is served to the older adult. In PSTW Budi Luhur, portion size is served by one representation of the older adults in each group or “pramurukti”, and it is still unknown whether the portion size is served accurately. Portion size infl uenced food and energy intake in adults.</em></p><p><em><strong>Objectives</strong>: To investigate the association between portion accuracy with food intake of older adults in PSTW Budi Luhur, Bantul, Yogyakarta.</em></p><p><em><strong>Methods</strong>: Forty four older adults were recruited in the observational, cross sectional study in PSTW Budi Luhur, Bantul, Yogyakarta from May to June 2015. Portion in distribution unit, portion accuracy, and food intake were measured by food weighing and observation for 15 days at lunch. Spearman rank correlation formula were used to analyze the association between portion accuracy and food intake.</em></p><p><em><strong>Results</strong>: Most of the portion sizes of grains, meat, poultry and fi sh, beans and bean products, fruits, and vegetables were served inaccurately. Food intakes from grains, meat, poultry and fi sh, and vegetables were mainly defi cient, while intakes from beans and bean products, and fruits were largely good. There was signifi cant association between portion accuracy and food intake in all food groups (p-value<0.05) with medium strength of correlation (r=0.4-<0.6).</em></p><p><em><strong>Conclusion</strong>: There was association between food accuracy and food intake in elderly, in which larger food portion leads to higher food intake, and vice versa.</em></p><p><strong>KEYWORDS</strong>:<em> portion, portion accuracy, food intake, older adults, nursing home</em></p><p><br /><strong>ABSTRAK</strong></p><p><em><strong>Latar belakang</strong>: Peningkatan jumlah lansia memberikan tantangan untuk dilakukannya upaya-upaya mengatasi atau menanggulangi permasalahan gizi yang sering muncul pada lansia termasuk lansia yang tinggal di panti wreda. Pelayanan makan di panti wreda kurang mendapat perhatian termasuk porsi makanan yang disajikan ke lansia. Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur, pembagian porsi dilakukan oleh salah satu lansia pada tiap wisma atau pramurukti, dan tidak diketahui ketepatan porsi yang disajikan ke tiap lansia. Pada orang dewasa, besar porsi mempengaruhi asupan makan dan energi. </em></p><p><em><strong>Tujuan</strong>: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketepatan porsi dan asupan makan, gambaran ketepatan porsi dan gambaran asupan makan lansia di PSTW Budi Luhur. </em></p><p><em><strong>Metode</strong>: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi cross sectional. Penelitian berlangsung pada bulan Mei-Juni 2015 dengan jumlah subjek 44 lansia. Porsi di unit distribusi, ketepatan porsi dan asupan makan diukur menggunakan metode penimbangan makanan dan observasi selama 15 hari pada saat makan siang. Uji yang digunakan adalah uji korelasi Spearman rank correlation.</em></p><p><em><strong>Hasil</strong>: Sebagian besar porsi makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah yang disajikan tidak tepat. Sebagian besar asupan makanan pokok, lauk hewani dan sayur termasuk kurang, sedangkan lauk nabati dan buah termasuk baik. Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang bermakna antara ketepatan porsi dan asupan makan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah (p<0,05) dengan kekuatan korelasi yang sedang (r=0,4-<0,6).</em></p><p><em><strong>Kesimpulan</strong>: Terdapat hubungan antara ketepatan porsi dan asupan makan pada lansia, semakin besar porsi yang diberikan maka semakin besar asupannya dan sebaliknya.</em></p><p><strong>KATA KUNCI</strong><em>: porsi, ketepatan porsi, asupan makan, lansia, panti wreda</em></p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.