Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jarak tanam terhadap pertumbuhan rumput laut (Eucheuma cottonii) hasil kultur jaringan dengan metode patok dasar.Penelitian ini dilakukan perlakuan dengan perbedaan jarak tanam rumput laut hasil kultur jaringan. Beberapa refrensi budidaya rumput laut menganjurkan jarak tanam yang diterapkan adalah 25 cm. Namun, jarak tersebut diduga terlalu lebar karena ukuran bibit rumput laut Eucheuma cottonii hasil kultur jaringan lebih kecil (50 g) dari ukuran benih konvensional (100 g). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat 4 peralakuan, yaitu P0 dengan jarak 25 cm sebagai perlakuan kontrol, P1 dengan jarak 20 cm, P2 dengan jarak 15 cm dan P3 dengan jarak 10 cm, dengan masing-masing 4 ulangan.Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA) pada taraf nyata 5% dengan selang kepercayaan 95%. Hasil penelitian pertumbuhan mutlak paling tinggi didapatkan pada perlakuan P1 dengan nilai rata-rata 124 g, laju pertumbuhan spesifik paling tinggi terdapat pada perlakuan P1 dengan nilai rata-rata 4,15 %/hari, dan nilai rendemen karaginan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata.Pengamatan rendemen karaginan pada Eucheuma cottonii menunjukkan hasil berurutan pada masing-masing perlakuan yaitu kontrol sebesar 17%, P1 dan P2 sebesar 16%, dan P3 sebesar 14%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jarak tanam memiiki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii kultur jaringan dengan metode patok dasar (off bottom). Dengan jarak tanam terbaik dalam penelitian ini adalah P1 (20 cm)
AbstrakPenelitian ini bertujuan mengidentifikasi lokasi perairan untuk pengembangan budidaya laut di Kabupaten Lombok Utara. Pengumpulan data kondisi biofisik perairan yang mencakup aspek kualitas perairan dan oseanografi yang merupakan data penunjang bagi pengambilan keputusan kesesuaian biofisik pengembangan budidaya laut.Identifikasi lokasi perairan untuk budidaya laut menuntut penerapan beberapakriteria. Penerapan kriteria sangat membantu dalam mengidentifikasi dan memilihlokasi budidaya secara obyektif, dimana secara mendasar terdiri dari atas kelompok kriteria kesesuaian kualitas air dan oseanografi. Hasil identifikasi lokasi perairan berdasarkan aspek oseanografi dan kualitas perairan, maka perairan Kabupaten Lombok Utara terutama di Kecamatan Tanjung dan Gangga sangat sesuai untuk pengembangan budidaya laut, terutama komoditas yang memiliki peluang ekspor tinggi seperti kerapu, rumput laut dan kerang mutiara.Kata kunci : identifikasi, lokasi perairan, budidaya laut, pengembangan Abtract This study aimed to identify the location of the waters for mariculture development in North Lombok regency.The data collection biophysical conditions of waters which includes aspects of water quality and oceanographic constitute supporting data for decision making biophysical suitability of mariculture development.Identify the location of the waters for mariculture requires the application of several criteria.The application of the criteria is very helpful in identifying and selecting the location of cultivation in an objective, which is basically composed of the top group suitability criteria for water quality and oceanographic. Results of identifying the location of water based on aspects of oceanography and water quality, the waters of the North Lombok, especially in the district of the Tanjung and the Ganga is very suitable for the development of marine aquaculture, especially commodities which have high export opportunities such as grouper, seaweed and pearl shells.Keywords: identification, location waters, aquaculture, development
Hubungan timbal balik yang terjadi antara hutan mangrove dan kegiatan budidaya ikan selayaknya mengharuskan para pembudidaya ikan untuk tetap menjaga sinergi keduanya tidak terganggu. Namun demikian, tidak semua pembudidaya ikan mengetahui akan hal ini, sering kali pembukaan lahan budidaya dilakukan dengan mengurangi kepadatan vegetasi mangrove secara drastis, tanpa diikuti oleh proses penanaman kembali. Hal ini juga terjadi pada salah satu daerah hutan mangrove di Nusa Tenggara Barat, yaitu di Dusun Cemare Kabupaten Lombok Barat. Lahan budidaya dibuka tanpa adanya usaha untuk menjaga agar vegetasi mangrove tetap dalam proporsi yang seimbang. Mempertimbangkan begitu besarnya peran mangrove secara ekologi menyebabkan harus segera dilakukan kegiatan penanaman kembali pada habitat mangrove yang telah rusak. Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan melibatkan dosen, mahasiswa, dan kelompok pengelola setempat. Hasil pengabdian adalah telah tertanamnya bibit pohon mangrove di area terdampak, serta terjalinnya kerjasama dengan kelompok pengelola sumberdaya setempat untuk pemantauan pohon mangrove yang telah ditanam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kulit sapi terhap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih lobster pasir (panulirus homarus). Metode yang digunakan dalam penelitian itu yaitu metode experimental mengunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan 5 perlakuan yaitu pemberian 100% ikan rucah, 75% ikan rucah+25% kulit sapi, 50% ikan rucah + 50% kulit sapi, 25% ikan rucah + 75% kulit sapi dan 100% kulit sapi yang di ulang sebanyak 3 kali. pengamatan di lakukan selama 60 hari. parameter yang di amati meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan dan tingkat kelansungan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik tertinggi terdapat pada perakuan 3 (50% ikan rucah + 50% kulit sapi), yang dimana memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). Berdasarkan penelitian ini, untuk menggunakan pakan dengan 50% ikan rucah + 50% kulit sapi dan melakukan uji proksimat pada kulit sapi mentah dan rebus.
ABSTRAKCoronavirus 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virusCoronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan dapat mengakibatkan sindrom pernapasan akut yang parah.Kasus pertama penyakit ini ditemukan di Wuhan Cina pada Desember 2019, kemudian menyebarluas dan menjadi pandemi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Temuan kasus positif COVID-19di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara dengan 1.589.359 kasus, dimana 9.892di antaranya ditemukan di provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk menekan laju penambahan kasusCOVID-19 diperlukan upaya konkrit, di antaranya: selalu mentaati protokol kesehatan (prokes)yaitu dengan menjaga jarak, menggunakan masker dan selalu mencuci tangan. Kegiatan KKN inibertujuan untuk memberikan informasi (sosialisasi) kepada masyarakat di Kecamatan Sakra Barat,Kabupaten Lombok Timur mengenai bahaya COVID-19, cara mencegah (upaya preventif) danmenanggulanginya. Metode sosialisasi yang digunakan yaitu dengan pendekatan persuasif baiksecara langsung maupun melalui sejumlah media sosial seperti Instagram, Facebook, Whatsapp,YouTube, dan sebagainya. Melalui serangkaian kegiatan KKN ini masyarakat di Kecamatan SakraBarat, Kabupaten Lombok Timur mendapatkan informasi yang lengkap dan masif mengenaibahaya penyakit COVID-19, dan semakin tersadar untuk senantiasa mentaati protokol kesehatanagar terhindar dari penyakit COVID-19.
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem laut yang penting karena berfungsi sebagai habitat beragam jenis, sebagai pemerangkap substrat perairan, peredam gelombang, pendaur ulang zat hara, dan sebagai penyerap sejumlah besar karbon dari atmosfer (blue cabon). Dewasa ini kondisi kesehatan ekosistem lamun senantiasa mengalami penurunan/degradasi, padahal ekosistem lamun menopang sejumlah besar kelangsungan hidup makhluk hidup lainnya bahkan beberapa di antaranya berdampak langsung terhadap manusia. Maka dari itu, perlu dilakukan kajian mengenai kondisi padang lamun yang hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan penataan kawasan perairan agar tetap berorientasi pada upaya pelestarian ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji stuktur komunitas lamun di perairan Gili Gede, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Pengamatan jenis dan persentase penutupan lamun menggunakan kuadran transek berukuran 50cm x 50cm. Pengukuran nilai parameter kualitas air dilakukan secara insitu di lapangan dan di Laboratorium Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Sekotong, Lombok Barat. Hasil penelitian menujukkan bahwa komunitas padang lamun di perairan Gili Gede tersusun atas 4 (empat) jenis, yaitu: Halophilla pinifolia, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, dan Thalassia hemperichii dengan persentase penutupan berkisar antara 17-47%, dan rerata penutupan sebesar 35%. Jenis lamun Enhalus acoroides merupakan jenis yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam komunitas padang lamun di perairan Gili Gede. Seagrass is an important marine ecosystem because of its function as habitat for various species, as substrate trapper, wave reducer, nutrient recycler, and as an absorber of large amounts of carbon from the atmosphere (blue cabon). Today, the condition of seagrass ecosystems is constantly decreasing, even though seagrass ecosystems support a large number of other living things, some of which have a direct impact on humans. Therefore, it is necessary to conduct a study on seagrass community structure whose the results can be taken into consideration in making policies related to the arrangement of water areas so that it remain oriented towards ecosystem conservation efforts. This study aims to examine the structure of the seagrass community in Gili Gede, Sekotong District, West Lombok Regency. Observation of the type and percentage of seagrass cover using a 50cm x 50cm transect quadrant. The analysis of water quality parameter was carried out at the Laboratory of Marine Cultivation Fisheries Center (BPBL) Sekotong, West Lombok. The results showed that the seagrass communities in Gili Gede were composed of 4 (four) species, namely: Halophilla pinifolia, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, and Thalassia hemperichii with a cover percentage ranging from 17-47%, and an average cover of 35%. The seagrass species, Enhalus acoroides, is the species that has the highest contribution to the seagrass community in Gili Gede
Teluk ekas merupakan sentra budidaya perikanan yang ada di pulau Lombok. Ekas buana merupakan salah satu desa yang berbatasan wilayahnya dengan Teluk Ekas. Mayoritas masyarakat Desa Ekas buana merupakan para pembudidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Dimana Keterampilan budidaya rumput laut didapatkan secara otodidak dan terun temurun sehingga sebagian besar tidak mengerti tentang teknik budidaya yang baik dan benar. Oleh karena itu perlunya masyarakat Desa Ekas Buana diberikan penambahan ilmu budidaya rumput laut. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan selama 3 bulan. Masyarakat sasaran adalah para pembudidaya rumput laut di Desa Ekas Buana Kecamatan Jerowaru. Metode yang digunakan adalah pendidikan orang dewasa. Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan kegiatan penyuluhan dengan tema pengkayaan pengetahuan pembudidaya rumput laut tentang kedalaman yang optimal bagi pertumbuhan dan kualitas rumput laut Eucheuma cottonii di Desa Ekas Buana lombok timur telah menambah pengetahuan mereka akan kedalaman optimal untuk budidaya rumput laut yang baik agar dapat menghasilkan kualitas yang baik. Selain itu masyarakat disadarkan bahwa perilaku menjaga kelestarian dan kebersihan pantai akan mendukung kegiatan budidaya yang mereka lakukan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.