Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) budidaya n kerang mutiara secara terintegrasi dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas keramba jaring melalui penerapan dan pengembangan teknologi budidaya terintegrasi. Metode pelaksanaan PkM ini adalah metode transfer teknologi, dengan langkah-langkah yang telah disepakati bersama antara lain sosialisasi kegiatan PkM, pelatihan, demonstrasi plot (demplot) budidaya kerang mutiara sistem terintegrasi dan pendampingan. Hasil kegiatan PkM memberikan nilai posisif bagi masyarakat sasaran, dengan budidaya kerang mutiara sistem terintegrasi produksi keramba jaring apung tidak lagi mengandalkan pada satu komoditas, akan tetapi satu unit KJA dapat menghasilkan lebih dari satu komoditas yaitu lobster dan kerang mutiara. Dengan demikian. diharapkan kegiatan ini terus dilanjutkan dan diperluas, sehingga tujuan dan manfaat program dapat tercapai dan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan pendapatan masayarakat
Abstrak: Pertumbuhan Kappaphycus alvaerzii dipengaruhi oleh jumlah klorofil-a, fioeritrin serta faktor kualitas lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam yang berbeda terhadap kandungan klorofil-a dan fikoeritrin pada Kappaphycus alvarezii hasil kultur jaringan yang dibudidayakan pada patok dasar. Penelitian ini dilakukan di Perairan Pantai Siwak Desa Gerupuk Kecamatan Sengkol Kabupaten Lombok tengah. Budidaya Kappaphycus alvarezii dilakukan selama tiga puluh hari yaitu pada tanggal 10 Maret sampai dengan 9 April 2020 dengan menggunakan metode patok dasar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan yaitu perlakuan A (jarak tanam 10 cm), B (jarak tanam 15 cm), C (jarak tanam 20 cm), D (jarak tanam 25 cm sebagai kontrol). Bibit Kappaphycus alvarezii yang digunakan adalah hasil kultur jaringan yang telah diadaptasikan di pantai. Pengukuran klorofil-a dan fikoeretrin dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri dan selanjutnya data dianalisa secara statistik. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa jarak tanam 25 cm (kontrol) menghasilkan kandungan klorofil-a tertinggi yaitu 5,4986 mg/l dengan kandungan fikoeritrin 0,0049 mg/l. Kandungan fikoeritrin tertinggi adalah jarak tanam 10 cm yaitu 0,0057 mg/l dengan kandungan klorofil-a sebanyak 4,7662 mg/l. Jarak tanam 25 cm dapat meningkatkan kandungan klorofil-a yang lebih baik karena dengan jarak tanam tersebut memberikan ruang bagi semua bagian thallus rumput laut K. alvarezii untuk bisa menerima cahaya matahari yang cukup dan sesuai untuk kebutuhannya. Jarak tanam 10 cm memberikan kandungan fikoeritrin yang tertinggi, yaitu 0,0057 mg/l karena terlalu rapatnya jarak ini menyebabkan semakin banyak terbentuknya naungan sehingga mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke dalam dinding sel rumput laut. Pada bagian thallus yang sedikit atau tidak menerima cahaya matahari ini diduga terjadi pembentukan fikoeritrin yang lebih banyak sebagai bentuk adaptasi thallus rumput laut pada kondisi tidak mendapatkan cahaya matahari yang optimal. Kesimpulan penelitian ini adalah jarak tanam mempengaruhi kandungan klorofil-a dan fikoeritrin. Jarak tanam yang ideal adalah 25 cm untuk menghasilkan kandungan klorofila-a yang optimum untuk mendukung pertumbuhan.Kata kunci: Fotosintesis, cahaya matahari, talus, pertumbuhan, unsur hara.Abstract: The growth of Kappaphycus alvarezii is influenced by the amount of chlorophyll-a, phycoerythrin and the quality factors of the aquatic environment. This study aims to determine the effect of different plant spacing on the content of chlorophyll-a and phycoerythrin on Kappaphycus alvarezii tissue culture results that are cultivated on the bottom-off method. This research was conducted in the waters of Siwak Beach, Gerupuk Village, Sengkol District, Central Lombok Regency. Kappaphycus alvarezii cultivation is conducted for thirty days, from March 10 to April 9, 2020, using the bottom-off method. The study design used was a completely randomized design with four treatments, namely treatment A (10 cm spacing), B (15 cm spacing), C (20 cm spacing), D (25 cm spacing as a control). Kappaphycus alvarezii seeds used are the result of tissue culture that has been adapted on the beach. Measurements of chlorophyll-a and phycoerythrin were carried out using spectrophotometry and then the data were analyzed statistically. The results of this study found that the spacing of 25 cm (control) resulted in the highest chlorophyll-a content of 5.4986 mg/l with a phycoerythrin content of 0.0049 mg/l. The highest content of phicoeritrin is a spacing of 10 cm which is 0.0057 mg/l with a chlorophyll-a content of 4.7662 mg/l. A spacing of 25 cm can increase the chlorophyll-a content better because the spacing gives space for all parts of the Kappaphycus alvarezii thallus to be able to receive sufficient sunlight and is suitable for their needs. A spacing of 10 cm gives the highest content of phycoerythrin, which is 0.0057 mg / l because of the too-close this distance causes more shading to form and thus reduces the intensity of light entering the seaweed cell wall. On the part of the thallus that receives little or no sunlight, it is thought that the formation of phycoerythrin is more likely to occur as a form of adaptation of the seaweed thallus in conditions that do not get optimal sunlight. This study concludes that the spacing affects the chlorophyll-a and phicoeritrin content. The ideal spacing is 25 cm to produce the optimum chlorophyll-a content to support growth.Keywords: Photosynthesis, sunlight, thallus, growth, nutrients
Desa Bayan Kabupaten Lombok Utara memiliki potensi sumberdaya air dengan kuantitas yang cukup memadai. Berdasarkan pemantauaan saat melakukan survey awal pada awal bulan februari 2020, dari segi kualitas, kondisi air yang digunakan untuk kegiatan budidaya ikan belum memenuhi kaidah standart sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan produktifitas lahan budidaya ikan di Desa Bayan dengan cara melakukan perbaikan kualitas air, yaitu meningkatkan kandungan oksigen terlarut, melalui aplikasi teknologi microbubble. Kegiatan ini dileksanakan melalaui beberapa kegiatan, antara lain dengan melakukan sosialisai tentang sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) yang meliputi semua aspek kompleks yang menjadi permasalahan pada kelompok pembudidaya, yaitu manajemen kualitas air, tata kelola letak pembangunan kolam budidaya, SDM pengelola kolam budidaya, pemberian pakan dan obat ikan, panen, transportasi ikan, dll. Pada kelompok tersebut juga diujicobakan teknologi mikrobubble untuk meningkatkan kadar oksigen pada kolam budidaya masyarakat. Micro bubble pada media budidaya ikan dapat dihasilkan dengan beberapa metoda dengan karakteristik yang berbeda-beda. Metoda tersebut antara lain dengan elektrolityc microbubble generator, porous plate (PP), ventury tube type bubble generator, dan spherical body in a flowing water tube. Mikrobubble yang diujicobakan pada kegiatan ini adalah mikrobubble bertipe ventury tube. Aplikasi tekhnologi ini dapat menghasilkan produktifitas ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeliharaan ikan yang tidak menerapkan tekhnologi ini
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bibit Eucheuma cottonii dari habitat aslinya di perairan Teluk Ekas dan menangkarkan bibit tersebut. Penelitian ini dilakukan di Teluk Ekas Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode ekplorasi di perairan Teluk Ekas serta mendeskripsikan hasil pengamatan. Eucheuma cottonii yang berhasil di temukan dan di ekslporasi dari perairan Teluk Ekas, memiliki ciri morfologi lebih banyak memiliki bakal talus sehingga tampak sebagai duri-duri pada thalus. Talus keras dan kaku serta berwarna coklat kehijauan. Eucheuma cottoniidijumpai menempel pada batuan dan karang yang berada pada kisaran kedalaman 1 meter sampai dengan 1,5 meter. Eucheuma cottoniimenempel kuat pada subtrat sehingga sulit untuk diambil dengan tangan, harus menggunakan pisau atau alat pemotong lainnya. Eucheuma cottoniidapat ditangkarkan dan tumbuh dengan baik di perairan Teluk Ekas. Kata kunci: Kappaphycus alvarezii, habitat, talus, karang, domestikasi Abstract: The objective of this study was to obtain Eucheuma cottonii seeds from their natural habitat in Ekas Bay and breed these seeds. This research was conducted in Ekas Bay, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. The method used in this study is the exploration method and description method. Eucheuma cottonii which has been found, has more morphological characteristics that have a talus so that it appears as thorns in the thalus. Talus is hard and stiff and has a greenish brown color. Eucheuma cottonii was found attached to rocks and corals which were in the range of 1 meter to 1.5 meters. Eucheuma cottonii sticks firmly to the substrate so that it is difficult to take by hand, must use a knife or other cutting tool. Eucheuma cottonii can be bred and grow well in Ekas Bay. Keywords : Kappaphycus alvarezii, habitat, talus, coral, domestication
Abstrak: Sargassum aquifolium merupakan alga coklat dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas pembungkus makanan, bahan baku makanan, farmasi serta kosmetik. Tujuan artikel ini adalah untuk mengkaji komponen yang dimiliki Sargassum aquifolium dan berpotensi sebagai hormon pemicu tumbuh untuk Eucheuma cottonii. Metode yang digunakan pada penulisan artikel ini adalah studi pustaka yang berasal dari google scholar, Elsevier dan academia. Informasi yang diperoleh selanjutnya disintesis dan dibuat formulasi rumusan kesimpulan. Data kualitatif yang digunakan pada artikel ini adalah hasil analisis berbagai referensi terkait dengan review yang disusun. Hasil sintesis yang diperoleh menerangkan bahwa Sargassum aquifolium mengandung karbohidrat (59,51%), lemak (8,41%), Ca (3,34%), Fe (0,12%), P (0,18%) Fe (0,12%), Ca (3,34%), air (12,79%), abu (12,79%), N (7.22%). Komponen yang ada pada Sargassum aquifolium tersebut, berpotensi sebagai fitohormon yang dapat digunakan sebagai pemicu tumbuh pada Eucheuma cottonii.Kata kunci: ekstrak, alga coklat, fitohormon, pertumbuhan, rumput laut. Abstract: Sargassum aquifolium is brown algae and can be used as raw material for food wrapping paper, food raw materials, pharmaceuticals, and cosmetics. The objective of this study is to review articles that study the components possessed by Sargassum aquifolium and potentially as a growth trigger hormone for Eucheuma cottonii. The method used in writing this article is a descriptive literature study from google scholar, Elsevier, and Academia. The qualitative data used in this article is the result of the analysis of various references related to the reviews prepared. Based on the synthesis of the article study, it was explained that Sargassum aquifolium contained carbohydrates (59.51%), fat (8.41%), Ca (3.34%), Fe (0.12%), P (0.18%) Fe (0.12%), Ca (3.34%), water (12.79%), ash (12.79%), N (7.22%). The components in Sargassum aquifolium have the potential as a phytohormone which can be used as a growth trigger for Eucheuma cottonii.Keywords: extract, brown algae, phytohormone, growth, seaweed.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.