Penelitian dilakukan di kawasan pesisir Likupang, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara bertujuan menelaah karakteristik lahan tambak dan laut untuk budi daya. pengambilan contoh tanah, air, plankton, dan makrobentos di tambak dengan acak berlapis sederhana yang mewakili lokasi tambak dekat sawah/kebun, tambak di antara sawah/kebun dan bakau/pantai serta tambakdekai bakau/pantai.
ABSTRAKKabupaten Kepulauan Sangihe dengan tiga pulau terdepannya dan panjang pantai 297 km memiliki potensi untuk pengembangan budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii), tetapi belum tersedia data kondisi perairannya. Penelitian bertujuan untuk mengkaji karakteristik, kesesuaian, dan daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut di kawasan pesisir Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Data karakteristik perairan yang dikumpulkan berupa pasang surut, kecepatan arus, arah arus, kedalaman, kecerahan, suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, nitrat, nitrit, nitrogen amonia total, fosfat, padatan tersuspensi total, bahan organik total, dan jenis substrat. Analisis dengan weighted linear combination dalam SIG dilakukan untuk penentuan kesesuaian perairan dan besarnya kapasitas perairan digunakan untuk penentuan daya dukung perairan. Hasil kajian menunjukkan bahwa karakteristik perairan Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat mendukung usaha budidaya rumput laut, tetapi kedalaman perairan yang relatif dangkal dan adanya alur pelayaran yang menjadi faktor pembatas dalam kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut.
ABSTRAKBudidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan aktivitas dominan budidaya laut di Kabupaten Parigi Moutong. Namun demikian belum ada data dan informasi mengenai kesesuaian lahan maupun sarana penunjangnya. Untuk itu dilaksanakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut, serta sarana penunjangnya di Kabupaten Parigi Moutong. Metode survai diaplikasikan dalam pengambilan data terutama data primer. Model kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut di Kabupaten Parigi Moutong disusun berdasarkan model hirarki. Analisis kesesuaian lahan dilakukan secara spasial dengan memadukan antara SIG dan multicriteria analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, kondisi perairan pesisir Kabupaten Parigi Moutong dapat mendukung usaha budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode tali panjang. Perairan pesisir Parigi Moutong dicirikan dengan kisaran pasang surut 1,38 m dan rata-rata kecepatan arus 0,11 m/detik; kecerahan 12,51 m; kedalaman 24,06 m; suhu 29,47 o C; salinitas 32,95 ppt; pH 8,14; dan oksigen terlarut 6,77 mg/L. Substrat dasar perairan didominasi oleh karang yaitu 27% dari total titik pengamatan. Kondisi masyarakat di kawasan Minapolitan sangat mendukung dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut. Dari hasil analisis dapat ditentukan bahwa sepanjang pesisir pantai layak untuk dikembangkan budidaya rumput laut dengan total luas 61.804 ha, mulai dari Kecamatan Ampibabo, Kasimbar, dan Tinombo. Lokasi yang memiliki tingkat sangat sesuai (S1) seluas 9.350 ha (15,13%), sesuai (S2) seluas 52.265 ha (84,57%), dan cukup sesuai (S3) seluas 189 ha (0,31%).
ABSTRAKKondisi kualitas perairan di suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya proses alami dan dampak dari aktivitas manusia. Oleh karena itu, pemantauan kualitas perairan yang dapat memberikan estimasi kualitas perairan yang representatif dan sesuai sangat diperlukan. Statistik multivariat yang dikombinasikan dengan analisis spasial telah digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis kondisi kualitas perairan di Kabupaten Morowali. Sembilan parameter penting kualitas perairan telah dikumpulkan pada bulan Juni 2011. Hasil analisis klaster menunjukkan bahwa kualitas perairan di lokasi penelitian dikategorikan menjadi dua kelompok (klaster 1 dan 2). Dengan menggunakan analisis komponen utama diperoleh sebanyak empat signifikan komponen dengan persentase kumulatif sebesar 69,180% dari total ragam. Analisis spasial dari komponen utama menunjukkan pola yang serupa dengan klaster analisis yaitu secara umum wilayah penelitian terbagi menjadi dua wilayah dengan karakteristik yang berbeda. Dengan pendekatan statistik multivariat ini dapat digunakan untuk merancang pengambilan titik pengamatan di masa yang akan datang sehingga lebih efektif dan efisien.
ABSTRAKKabupaten Pohuwato di Provinsi Gorontalo telah ditetapkan sebagai salah satu kabupaten/kota untuk lokasi pengembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia, namun produktivitas tambaknya masih tergolong relatif rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik lahan dalam upaya menentukan kesesuaian dan pengelolaan lahan untuk budidaya di tambak demi peningkatan produktivitas tambak, serta penentuan Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Pohuwato. Faktor yang dipertimbangkan dalam mengetahui karakteristik lahan adalah: topografi, tanah, hidrologi, dan iklim. Analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak. Pengelolaan lahan ditentukan berdasarkan karakteristik lahan yang disesuaikan dengan teknologi dan komoditas yang dapat diaplikasikan di tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lahan tambak di Kabupaten Pohuwato ditunjukkan oleh topografi yang bentuk wilayahnya relatif datar dan berelevasi rendah, tanah didominasi oleh tanah sulfat masam, kualitas air maupun pasang surut dapat mendukung usaha budidaya di tambak, dan curah hujan tergolong rendah. Dari luas tambak yang ada di Kabupaten Pohuwato yaitu 5.368,2 ha ternyata 1.954,4 ha tergolong cukup sesuai (Kelas S2), 2.556,2 ha tergolong kurang sesuai (Kelas S3), dan 857,6 ha tergolong tidak sesuai (Kelas N). Sebagai faktor pembatas budidaya di tambak adalah kemasaman tanah yang tinggi, kandungan bahan organik tanah yang tinggi, dan tekstur yang tergolong kasar, sehingga pengelolaan lahan yang dilakukan adalah remediasi untuk menurunkan kemasaman tanah, pemberian pupuk yang mengandung nitrogen untuk mempercepat proses penguraian bahan organik dan pemberian pupuk kandang untuk lokasi yang rendah kandungan bahan organiknya untuk memperbaiki struktur tanah dasar tambak. Sistem dan teknologi budidaya yang disarankan adalah monokultur udang dengan teknologi tradisional dan tradisional plus untuk tambak yang tergolong cukup sesuai (Kelas S2) dan monokultur ikan bandeng atau polikultur ikan bandeng dan rumput laut dengan teknologi tradisional untuk tambak yang tergolong kurang sesuai (Kelas S3).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan potensi kawasan pesisir di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang layak sebagai lokasi pengembangan budidaya tambak ramah lingkungan dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG). Data sekunder yang didapatkan berupa data iklim, data pasang surut, peta Rupabumi Indonesia kawasan Maros skala 1:50.000, citra digital landsat ALOS AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008 dan peta bathimetri skala 1:200.000. Data primer didapatkan di lokasi penelitian dengan metode survai berupa kualitas air dan tanah tambak. Sebaran stasiun pengamatan dilakukan secara acak dan sistematik, di mana setiap lokasi pengambilan contoh ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS). Data primer dan sekunder serta data citra satelit digital tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara spasial menggunakan SIG. Berdasarkan hasil survai dan evaluasi kelayakan lahan budidaya tambak ramah lingkungan di wilayah pesisir Maros seluas 10.249,1 ha. Yang berkelayakan sedang (3.111,4 ha) dan rendah (7.137,7 ha), tersebar di Kecamatan Bontoa, Lau, Marusu, dan Maros Baru, masing-masing dituangkan dalam peta prospektif skala 1:50.000.<br /><br />
Wilayah Kabupaten Brebes terletak di bagian paling Barat dari Provinsi Jawa Tengah dengan batas sebelah Utara Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Kota Tegal, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan sebelah Barat dengan Wilayah Cirebon. Evaluasi kesesuaian lahan sangat penting dilakukan karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi, dan geografi yang bervariasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik lahan sebagai upaya untuk menentukan kesesuaian dan pengelolaan lahan untuk budidaya udang windu di tambak Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah. Faktor yang dipertimbangkan dalam mengetahui karakteristik lahan adalah: topografi dan elevasi, tanah, hidrologi, dan iklim. Analisis spasial dalam sistem informasi geografis (SIG) digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan budidaya udang. Hasil evaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan di dalam penelitian ini merupakan kesesuaian aktual atau kesesuaian lahan pada saat dilaksanakan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis kesesuaian lahan tambak di Kabupaten Brebes, didapat nilai kesesuaian untuk budidaya udang windu, sangat sesuai (S1) seluas 134,7 ha; cukup sesuai (S2) seluas 4.290,05 ha; sesuai bersyarat (S3) seluas 6.414,73 ha; dan tidak sesuai (N) seluas 469,34 ha.
ABSTRAKDi Indonesia, silvofishery diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif terbaik untuk mencapai pengelolaan ekosistem mangrove dan tambak ekstensif secara optimal dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status kelayakan rekayasa tambak silvofishery di Desa Jayamukti Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Evaluasi dilakukan dengan menerapkan metode survai tingkat detail yang berbasis sistem informasi geografis (SIG) dan memanfaatkan citra satelit worldview-2. Survai lapang meliputi pengambilan contoh tanah, pengukuran elevasi lahan tambak, pengukuran pasang surut, dan pengukuran kualitas air secara insitu. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kondisi rekayasa tambak eksisting dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada produktivitas dan keberlanjutan tambak silvofishery di lokasi studi. Ketidaksesuaian lebar dan kedalaman saluran dengan kondisi tunggang pasut lokal (< 1 m) menyebabkan tidak efektifnya fungsi saluran dalam menyediakan kuantitas dan kualitas air yang optimal untuk kegiatan budidaya. Selanjutnya penelitian ini juga menemukan ketinggian pematang primer dan sekunder eksisting umumnya lebih rendah dibandingkan ketinggian pematang ideal dengan selisih rata-rata masing-masing -0,68 m hingga -0,56 m. Nilai salinitas air dengan kisaran 7-65 ppt juga merupakan faktor pembatas utama produktivitas lahan. Nilai salinitas air tambak yang tinggi berkaitan erat dengan variasi spasial elevasi dasar tambak dan penurunan efektivitas fungsi saluran tambak akibat sedimentasi. Jika faktor pembatas lingkungan dan ketidaksesuaian rekayasa tambak tersebut tidak ditangani dengan baik tentunya akan mengancam keberlanjutan kegiatan budidaya berbasis silvofishery di lokasi penelitian.KATA KUNCI: silvofishery, rekayasa tambak, kualitas lingkungan, SIG, Kabupaten Subang ABSTRACT:The
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.