PENDAHULUANPendidik sebagai pilar dalam menyiapkan generasi muda dapat memberikan inspirasi kepada siswa bukan sebagai obyek belajar, tetapi memposisikan siswa sebagai subyek belajar. Pendidik harus menyadari bahwa siswa berangkat dengan membawa bekal ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh dari berbagai sumber yang ada yaitu: buku, modul, diktat, atau sumber lain dari internet. Sehingga peran pendidik harus mampu memfasilitasi atau sebagai fasilitator atas apa yang dibutuhkan oleh siswa dalam mengembangkan potensinya. Selanjutnya perubahan paradigma belajar dari siswa bekerja secara individu kemudian beralih secara kelompok dalam memecahkan masalah. Proses pemecahan masalah dapat dilakukan dengan cara proyek yang dapat diselesaikan secara berkelompok dan berkolaborasi dalam mencapai tujuan belajar. Tugas pendidik memberikan arahan, pelayanan yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal.Proses belajar mengajar fisika masih didominasi dengan metode klasikal yaitu ceramah dan tanya jawab sehingga mengakibatkan pembelajaran fisika masih bersifat Teacher-Centered. Hal ini menjadi kurang
The corona virus outbreak is taking place in Indonesia and global society since March, 2020. The virus spread from person to person through physical contact so that the government prohibit gathering activities. This condition forced application of online learning in the field of education. This study aims to measure the active presence, learning outcomes and effectiveness of online physics learning through WhatsApp, google form, and email. Topics in online physics learning were Heat (March 24, 2020) and Thermodynamics (March 31, 2020). This study is an evaluation research that conducted in the following steps: 1) Determine the schedule for Physics online learning for class X every Tuesday at 09.00-10.30 am (1.5 hour), 2) Create or using the available a WhatsApp group that had been created by homeroom teacher, 3) Create a google form for student attendance, 4) Create a link to be delivered in the WhatsApp group, therefore the structured assignments were delivered via email, 5) Review student assignments, and 6) Recapitule students’ active presence and physics learning outcomes. Results of the study reveal that the average of students’ active attendance at March 24, 2020 was 87.25%, and the average learning outcomes was 87.89. The average of students active attendance and the average learning outcomes at March 31, 2020 were 94.75%, and 79.66, respectively. The average achievement of active attendance and learning outcomes were 91% and 83.77, respectively. This result indicate that student achievement was passed the minimum competence level in physics, i.e 75. It can be concluded that online physics learning using WhatsApp for communication combined with google form for assessment is effective, both for teacher and students.
Tujuan: Katarak merupakan penurunan progresif kejernihan lensa yang umumnya membutuhkan tindakan operasi. Tindakan operasi sendiri dapat menimbulkan kecemasan ditambah jika ada komplikasi. Dukungan keluarga dapat menimbulkan efek penyangga yaitu menahan efek-efek negatif dari stres terhadap. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien post operasi katarak. Metode: Jenis penelitian adalah korelasional dengan tehnik cross sectional, Lokasi penelitian di RSUD Dr. Slamet Martodirdjo Pamekasan Madura, pada bulan Oktober 2019, jumlah populasi 80 orang, dengan besar sampel 44 orang menggunakan tehnik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisoner, Instrumen penelitian menggunakan kuisioner Hamilton anxiety ranting scale (HARS) untuk kecemasan, dan kuisioner dukungan menggunakan skala likert yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisa data dengan uji korelasi Rank spearman dengan α < 0,05. Variable penelitian dukungan keluarga meliputi; dukungan emosional. dukungan pengharapan. dukungan informasi. dukungan nyata. dan variable kecemasan. Hasil: Data hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden mendapat dukungan yang baik dari keluarga, hampir seluruh responden tidak mengalami kecemasan dan hanya sedikit responden yang mengalami kecemasan ringan dan berat. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi, dukungan emosional dengan tingkat kecemasan. Simpulan: Keluarga perlu memberikan dukungan yang baik kepada pasien, sehingga dapat mengurangi kecemasan sebelum operasi, penelitian selanjutnya perlu meneliti hubungan tingkat kecemasan dengan kondisi pasien pasca operasi.
Permasalahan mitra yaitu pelayanaan bidang akademikterkendala dengan adanya pandemi Covid-19 khususnya dharma Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dan KKN. Solusi yang ditawarkan pendampingan peserta KKN secara daring menjadi relawan informasi dengan memanfaatkan aplikasi InaRisk milik BNPB pusat. Permasalahan lain adalah aplikasi InaRisk milik pihak lain, sehingg mitra dan pelaksana pengabdi tidak mendapatkan data hasil isian aplikasi InaRisk tersebut. Solusi yang ditawarkan adalah mengembangkan aplikasi berbasis web dengan indikator sama dengan di aplikasi InaRisk. Metode pelaksanan merupakan satu kesatuan dalam pendampingan dan sosialiasi pengisian data tingkat risiko penyebaran Covid-19 melalui pendataan terhadap keluarga inti dan dasawisma (Inarisk Keluarga). Jumlah responden yang berhasil dikumpulkan Inarisk Keluarga sebanyak 7.380. Berikut dimensi dari Inarisk Desawisma di Kabupaten Sumenep dengan persentase indiktor tertinggi:pengetahuan tentang Covid-19 (Keluarga saya mengetahui tentang Covid-19: 97,737%), lingkungan rumah (keluarga saya tinggal di rumah dengan pencahayaan sinar matahari langsung: 93,509%), kondisi tempat tinggal (tempat tinggal keluarga saya memiliki sumber air bersih: 97,182%), perilaku/kebiasaan(keluarga saya menyediakan : tissue basah/antiseptic, masker, sabun antiseptic dan disinfektan bagi keluarga di rumah: 73,293%), rencana keluarga(keluarga saya memiliki aturan dan kesepakatan dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat (phbs) di rumah: 83,509%), kapasitas keluarga(anggota keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit : jantung/diabetes/gangguan pernafasan kronik: 74,038%).
Banyaknya peserta BPJS Kesehatan yang belum mengerti perihal hak dan kewajiban peserta BPJS Kesehatan, membuat para petugas kesehatan di fasilitas kesehatan sering konflik dengan pasien maupun keluarga pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan pemahaman tentang hak dan kewajiban peserta BPJS Kesehatan. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Kurangnya pemahaman peserta BPJS Kesehatan disebabkan belum adanya informasi yang jelas, benar, terperinci dan detail perihal peraturan, pembiayaan, hak dan kewajibannya, sanksi jika terlambat membayar iuran, faskes tujuan, rujukan berjenjang, pelayanan gawat darurat, cara menyampaikan keluhan, maupun perihal pelayanan kesehatan apa saja yang bisa dan tidak bisa didapatkan. Pihak BPJS Kesehatan melakukan sosialisasi secara pasif, yaitu hanya melakukan sosialisasi jika diundang datang oleh pihak yang berkepentingan. Menurut UU No. 08 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen BPJS Kesehatan selaku pelaku usaha berkewajiban memberikan informasi dan sosialisasi yang jelas, benar, dan jujur perihal produk barang atau dan jasa yang akan diberikan, tidak boleh sampai menimbulkan penafsiran, harus jelas, terperinci, dan detail. ABSTRACT Key word: Rights, Responsibilities, Socialization, BPJS KesehatanThe large number of BPJS Kesehatan participants who did not understand the rights and responsibilities of BPJS Kesehatan participants, made medical workers in health facilities often had conflict with patients and patient's family. This research was conducted to describe the understanding about the rights and obligations of BPJS Kesehatan participants. The method in this research is qulitative descriptive research, this research is intended to investigate the condition, condition or other matters, which result presented in the form of research report. Lack of understanding of BPJS Kesehatan participants due to the absence of clear, correct, detailed and detail information regarding regulations, financing, rights and obligations, sanctions if late dues, health facility destinations, tiered referral, emergency services, how to submit complaints, or concerning health services anything that can and can not be obtained. BPJS Kesehatan socializes passively, which is only doing socialization if invited to come by interested parties. According to Law No. 08 of 1999 on Consumer Protection, BPJS Kesehatan as a business actor is obliged to provide information and socialization that is clear, true and honest about the product of goods or and services to be provided, should not cause the interpretation, must be clear, detailed, and detail Pendahuluan Banyaknya peserta BPJS Kesehatan yang belum mengerti perihal hak dan kewajiban peserta BPJS Kesehatan, membuat para petugas kesehatan di fasilitas kesehatan sering konflik dengan pasien maupun keluarga pasien. Kondisi ini diperburuk dengan banyaknya kesenjangan antara
This Classroom Action Research aims to improve the performance and achievement of Physics learning outcomes of XKR1 students at SMK Negeri 3 Yogyakarta with the application of the Problem Based Learning model in learning Physics of Competence in Heat Temperature and Mechanical Properties of Materials. This research is two cycles, each cycle includes four steps, namely planning, action, observation and reflection. The results showed an increase in cycle performance 1: 22.50%, cycle 2: 38.75%, an increase of 16.25%. Increased Physics learning achievement pre-cycle average of 30.75, cycle 1 averaged 65.08, in cycle 2 the average was 72.50. This study was 2 cycles, because in cycle 2, achievement of student learning outcomes reached an average on average 70, the application of the PBL model needs to be applied because of the increase in performance and achievement of learning outcomes.
Introduction: The communication and interaction is the essence of every human as a social being. But, normal communications is not realyzed by the deaf speaking children. Deaf and speech impaired children affect self-concepts that affect communication. Where it will caused them to become inferior or have less confident. The confidence is begins through the formation of self-concept which formed from the experiences in their social interactions. This study aims to find the description of the communication and self-concept of the deaf and speech impaired children in SLB Darma Wanita Sumenep. Methods: This study used qualitative as a research methode with phenomenology approach. Respondents in this study are students of SLB Darma Wanita Sumenep who deaf and speech impaired start on birth. The sampling technique is used purposive sampling counted 10 respondents. The data collected by observation and in-depth interviews of respondents. The data were analyze with triagulation of the interview , key person, and observation. Results: Based on the results of this study, known that between the deaf speaking children and the normal people have problems in terms of understanding the symbols and sentences that there not regularly, so they often occur discommunication. The self-concept of deaf speaking children is tend to be shy with the opposite gender, less open with new people, but they have a high spirits for they futures. They need encouragement to socialize with new people and other normal people. It can make their self-concept and self-confidence can be better. Conclusion: The communication deaf and speech impaired children experience obstacles in sending or receiving messages due to interference in understanding the symbols and writing that are given.
Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan lebih kepada masyarakat tentang resiko dan bahaya apabila tertular oleh virus covid 19, covid 19 menjadi penyakit yang sangat menakutkan pada saat sekarang hal ini berkaitan dengan cepatnya penularan virus covid 19 yang dapat menyebar tanpa diketahui darimana asalnya, karena berdasarkan penelitian virus ini dapat hidup pada benda mati selama 8 jam sehingga perlu adanya sosialisasi tentang pencegahan penyebaran covid 19. Bentuk pencegahan yang diterapkan selain lockdown suatu wilayah adalah dengan menerapkan protokol kesehatan dalam keseharian seperti selalu menggunakan masker, menjaga jarak minimal 1 meter ketika melakukan interaksi dengan orang lain, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, membawa handsanitizer apabila bepergian. Kegiatan yang dilakukan dalam pendampingan pencegahan penyebaran covid 19 adalah 1) survei pendahuluan untuk melihat secara langsung masyarakat apakah membutuhkan pendampingan atau tidak 2) sosialisasi dengan Aparat Desa dan Masyarakat 3) Demonstrasi penggunaan masker yang baik dan benar 4) Demonstrasi langkah-langkah mencuci tangan dengan sabun
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.