<p><strong>ABSTRACT</strong></p><p><strong>Background:</strong> Stunting is a growth impairment resulting from chronic malnutrition condition or prolonged<em> infectious diseases. It may cause growth retardation, low endurance, lack of intelligence and productivity. Stunting prevalence in Indonesia reached 37.2% where Special Region of Yogyakarta reached 27% and Bantul District was 18.08%. Low birth weight babies have a life chance, however, when they survive they are still vulnerable to diseases, growth retardation, and developmental disorders. Statistics showed that 90% low birth weight cases found in developing countries and the mortality rate was 35 times higher in infants with low birth weight compared to infants with normal birth weight. </em></p><p><strong>Objectives:</strong> To understand the relationship between weight low birth (BBLR) and stunting in children 6-23<em> month in Sedayu District Bantul Yogyakarta.</em></p><p><strong>Methods:</strong> This study used observational research with cross-sectional design. The population in this<em> study were parents and children from 6-23 months which were 1217 subjects. The sample used in this study as many as 190 subjects were selected by using proportional probability to size techniques. Data were analyzed by using chi-square test. </em></p><p><strong><em>Results: </em></strong><em>Bivariate analysis showed that low birth weight infants was significantly related with stunting (OR= 6.16; 95% CI: 3.007-12.656). In other words, children born with low birth weight status had a chance 6.16 times greater to become stunting than the children who birth weight normal </em></p><p><strong><em>Conclusion: </em></strong><em>There was a relationship between low birth weight infants and stunting in children 6-23 months in Sedayu Subdistrict, Bantul District, Yogyakarta. </em></p><p><strong><em>KEYWORDS</em></strong><strong><em>: </em></strong><em>low birth weight, stunting, children aged 6-23 months</em></p><p><em> </em></p><p><strong>ABSTRAK</strong></p><p><strong>Latar belakang:</strong> Stunting adalah gangguan pertumbuhan yang terjadi akibat kondisi kekurangan gizi<em> kronis atau penyakit infeksi kronis. Dampak yang ditimbulkan antara lain lambatnya pertumbuhan anak, daya tahan tubuh yang rendah, kurang kecerdasan dan produktivitas yang rendah. Prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 37,2%, sementara di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 27%, di Kabupaten Bantul sebesar 18,08%. Bayi BBLR memiliki kesempatan hidup dan ketika bertahan mereka mudah terkena penyakit, retardasi pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental. Statistik menunjukan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematian 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan bayi berat badan lahir lebih dari 2.500 gram. </em></p><p><strong>Tujuan:</strong> Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan<em> di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Yogyakarta. </em></p><p><strong>Metode:</strong> Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi<em> dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak yang berumur 6-23 bulan yang berjumlah 1217 responden. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 190 yang diambil dengan teknik proporsional probability to size yaitu prosedur penarikan sampel dimana peluang terpilihnya suatu unit sampel sebanding dengan ukuran. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan uji statistik chi-square.</em></p><p><strong>Hasil:</strong> Berdasarkan analisis Chi-Square menunjukkan anak yang BBLR memiliki hubungan yang signifikan<em> dengan kejadian stunting (p value <0,000) dengan nilai OR 6,16 (95% Cl: 3,007-12,656), dengan kata lain anak yang lahir dengan berpeluang 6,16 kali lebih besar untuk mengalami stunting dari pada anak yang memiliki berat badan lahir normal. </em></p><p><strong>Kesimpulan:</strong> Ada hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di<em> Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul, Yogyakarta. </em></p><p><strong>KATA KUNCI:</strong> stunting, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), anak usia 6-23 bulan<strong></strong></p><p><em> </em></p>
Perilaku konsumtif remaja merupakan tindakan yang terlihat secara nyata dalam mendapatkan, mengkomsumsi, dan menghabiskan barang hasil industri dan jasa tanpa batas dan lepas kendali yang ditandai dengan kehidupan mewah dan berlebihan. Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh faktor intermal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang dimaksud adalah konsep diri, sehingga tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif remaja di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang melibatkan remaja di Kota Denpasar yang berjumlah 318 orang dengan rentang usia 15 – 18 tahun, yang dipilih berdasarkan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala pengukuran. Skala yang pertama yaitu skala konsep diri (r : 0,895) dan skala kedua yaitu skala perilaku konsumtif (r : 0,905) Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan hasil rxy = -0,633. Hasil tersebut berarti bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif, yang berarti bahwa semakin rendah konsep diri remaja, semakin tinggi perilaku konsumtif remaja dan begitu pula sebaliknya. Konsep diri berpengaruh sebesar 40% terhadap perilaku konsutif, sedangkan sisanya sebesar 60% dipengeruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang dimaksud adalah yaitu kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan keluarga (Sumartono, 2002). Kata Kunci : Konsep Diri, Perilaku Konsumtif dan Remaja
The use of health insurance is highly related with a person’s life depending on the perception of an individual and health belief model they own. Perception and health belief model bear an important role in determining how a person percieve their future especially related to health and older age well-being. One alternative in promising older age well being and health is through health insurance. This research was aimed to determine the role of individual perception upon insurance and health belief model in decision making process using life insurance. The method of this research is using quantitative method. The subjects of this research were the individuals using life insurance. The total subject in this research is 90 whom were selected using cluster random sampling. For hypothesis, the data was analyzed using multiple regression. The result of multiple regression analysis in this study is 0.764. Relative contribution of perception variable is 98.38% and the health belief model variable is 1.61%. Effective contribution of perception variable is 57.45% and the health belief model variable is 0.94%. This results show that there is a relation between the role of individual perception upon insurance and health belief model in decision making process using life insurance. However, when the data was analyzed using partial correlation, only individual perception of insurance variable has a relation with decision making variable. Keyword : Perception, Health Belief Model, Life Insurance
Eksistensi dan pencapaian kinerja yang optimal dalam perusahaan atau organisasi tidak terlepas dari peran karyawan di dalamnya. Sumber daya manusia menjadi elemen yang utama sebab manusia yang mengendalikan elemen lainnya. Permasalahan yang sering dihadapi perusahaan atau organisasi ialah mempertahankan karyawan dengan prestasi dan etos kerja tinggi. Banyak faktor yang memengaruhi keterlibatan aktif karyawan dalam keberhasilan perusahaan atau organisasi, salah satunya ialah work engagement. Work engagement mendorong keterlibatan karyawan secara aktif bagi kemajuan perusahaan atau organisasi yang ditunjukkan melalui semangat bekerja tinggi dan rasa memiliki terhadap perusahaan atau organisasi. Pemimpin memiliki andil dalam membentuk work engagement karyawan. Kesuksesan pemimpin dalam mengarahkan karyawan dan perusahaan atau organisasi dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan. Gaya kepemimpinan transformasional merupakan salah satu pendekatan kepemimpinan yang dapat digunakan untuk meningkatkan work engagement karyawan. Pemimpin transformasional menginspirasi dan memotivasi karyawan untuk memberikan upaya terbaik bagi perusahaan atau organisasi dengan menyampingkan kepentingnan pribadi dan secara sadar berusaha untuk mencapai keberhasilan perusahaan atau organisasi. Artikel ini akan membahas keterkaitan penerapan gaya kepemimpinan transformasional dalam meningkatkan work engagement pada karyawan secara teoritis.
The nutrition transition in low-middle income countries is marked by rising intakes of highly caloric, low nutrient-dense (junk) foods, decreasing intakes of fruits and vegetables, and sedentary behavior. The objective of this study was to explore interactions among fruit-and-vegetable intake, junk food energy intake, sedentary behavior, and obesity in Indonesian children. We conducted this school-based, case-control study in 2013 in Yogyakarta Special Province, Indonesia. The cases were 244 obese children aged 7–12 years having a BMI ≥95th percentile of an age- and sex-specific distribution from the Centers for Disease Control and Prevention. The controls (n = 244) were classroom-matched children with a BMI <85th percentile. Using conditional logistic regression, the relative odds (95% confidence intervals; OR: 95% CI) of obesity given reported frequent fruit-and-vegetable intake (≥3 servings/day), low junk food energy (≤1050 kcal/day) intake and low sedentary behavior (<5 h/day) was 0.46 (0.30–0.69), 0.61 (0.37–0.98), and 0.18 (0.12–0.28), respectively. Effect sizes were dose-responsive and appeared additive. For example, children with low sedentary behavior and frequent fruit-and-vegetable intake were 92% less likely (OR = 0.08; 0.04–0.15) to be obese than children not exceeding either of these thresholds. Similarly, children frequently eating fruits and vegetables and reporting a low junk food energy intake were 70% less likely (OR = 0.30; 0.15–0.59) to be obese. The findings were unchanged after adjusting for child, maternal, and household covariates. Preventive interventions for child obesity need multiple components to improve diets and raise levels of physical activity rather than just addressing one of the three types of assessed behaviors.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.