Perkembangan musik keroncong sedang mengalami pasang surut di era disrupsi. Disrupsi sudah cukup mengubah tatanan musik baik dalam aspek musikal, maupun produk. Hal ini menimbulkan sikap resistensi terutama pada musik keroncong yang pendukungnya memiliki idealisme kuat terhadap keaslian musik keroncong. Namun dalam masyarakat sosial, pembaharuan musik keroncong merupakan sebuah inovasi untuk mempertahankan musik keroncong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi bagaimana bentuk resistensi musik keroncong di era disrupsi oleh Orkes Keroncong Gita Puspita. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa Orkes Keroncong Gita Puspita melakukan sikap resistensi terhadap era disrupsi dengan bentuk resistensi semi-terbuka dengan cara mempertahankan instrumentasi asli keroncong walaupun menampilkan keroncong dengan gaya modern, serta hal yang mendasari sikap resistensi tersebut adalah tujuan dibentuknya grup dan latarbelakang musik keroncong di Kabupaten Tegal.
Kroncong is growing and developing very well in Semarang, it can be shown by the live Kroncong music performances that are routinely held once a week by several Kroncong communities, one of which is "Sing Penting Kroncong" event organized by "De Waunk" community. This article describes the innovation of the Kroncong performances entitled "Sing Penting Kroncong" in Semarang. Based on the results of the study, the innovations made in the "Sing Penting Kroncong" performances were in its performances "Sing Penting Kroncong" using a representative stage system supported by spectacular decorations, lighting, sound systems. This program was broadcast live by RRI Semarang and interactive, where listeners can request the desired song and also live streaming via youtube. The form performance is not Kroncong pakem which only consists of seven main musical instruments, namely Bass, Cello, Cuk, Cak, Flute, and Violin alone, but there are several forms of performances, namely Kroncong Jazz (Cong Jazz). Kroncong Rock (Cong Rock), and Kroncong Orchestra (Congkestra) where there are additional instruments such as Drum,
Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi terus meningkat tiap tahunnya, hal ini membuat jumlah pengguna internet atau media sosial semakin tinggi diseluruh Dunia. Kemunculan teknologi digital tersebut membuka peluang di berbagai bidang industri khususnya industri musik, layanan streaming sekarang sudah menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh di era industri 4.0. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi bagaimana penggunaan media sosial sebagai sarana promosi karya musik band Sendau Gurau di era industri 4.0. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa grup band Sendau Gurau melakukan promosi lagunya melalui platform digital YouTube dan media sosial lainnya seperti Instagram, Facebook, Whatsapp yang berkesinambungan sehingga menarik pengguna media sosial untuk menonton hasil karya mereka yang sudah diunggah ke akun YouTube. Dengan strategi promosi tersebut banyak pengguna media sosial yang tertarik menikmati karya musik band Sendau Gurau melalui media sosial maupun live performance.
The characteristics of a region become an identity that is certainly inseparable from the noble values it adheres to, including religious values as the foundation for the formation of art of terebang gede in the Panggung Jati studio, Panggung Jati village, Serang, Banten. This study aims to describe the percussion patterns in the art of Terebang Gede both in text and context by using a qualitative paradigm with descriptive analytical methods. As a highlighted theory, ethnomusicology is used to analyze the existence of music in a culture, both from physical aspects and socio-cultural aspects. The data collection technique is done by interview, documentation study, and literature study. The data analysis stages are carried out in the order of data collection, data reduction, data organizing into a pattern, category, and description into basic descriptions that lead to the concluding process. The results showed that the percussion pattern of terebang gede is very simple. The percussion patterns on all existing musical instruments, such as the musical instrument of koneng, kempul, penganak (bibit), interlude, and bass (terebang gede), still follow the framework of the percussion “standard” which is hereditary from previous generations. Until now, this accompaniment without the development of rhythmic variations has been used to accompany syair or sholawat Al-Barzanjiwith with tones of Sundanese-style songs of the salendro type. Changes in accompaniment were not made because this performance was only performed on special occasions for Muslims to broadcast and support worship which was not intended as entertainment music.
Musik Keroncong pada perkembangannya mengalami kemunduran seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu Orkes Keroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan, mewariskan, dan meneruskan musik keroncong kepada generasi muda dan masyarakat agar tidak hilang ditelan perkembangan zaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses enkulturasi yang diberikan oleh O.K Gema Kencana Banyumas melalui konser tahunan musik keroncong. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enkulturasi yang diberikan oleh O.K Gema Kencana kepada masyarakat melalui konser tahunan yaitu dapat mengamati dan menilai pola permainan dan aransemen dari berbagai grup dan juga alat musik yang digunakan. Seluruh tamu undangan mendapatkan pengetahuan yang baru dan luas dengan adanya konser keroncong yang diadakan oleh O.K Gema Kencana.
O. K Congrock 17 merupakan Orkes Kroncong kreatif di Semarang yang memberikan sajian yang berbeda dari grup musik keroncong lainnya. O. K Congrock 17 menginovasi musik keroncong salah satunya dengan membuat aransemen vokal pada setiap penampilannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakan aransemen vokal yang menjadi identitas O. K Congrock 17 sebagai sebuah orkes keroncong kreatif di kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa Congrock 17 adalah grup musik keroncong yang memiliki identitas sebagai grup musik keroncong yang menampilkan format musik yang menarik karena disertai dengan aransemen vokal yang dinyanyikan dalam bentuk vokal grup. Aransemen vokalnya berupa (1) Pembagian suara menjadi tiga suara atau triad, (2) Teknik Cannon, dan (3) Penambahan lirik. Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa aransemen vokal menjadi identitas O. K Congrock 17 untuk mereduksi anggapan mengenai kesan musik keroncong yang tidak kekinian dan tidak cocok bagi kalangan remaja khususnya di Semarang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.