2021
DOI: 10.30743/best.v4i2.4578
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Prevalensi Penurunan Visus Akibat Kelainan Refraksi Selama Perkuliahan Online Masa Pandemi Covid-19

Abstract: Penyakit refraksi adalah kelainan refraksi cahaya pada mata, sehingga cahaya tidak terfokus pada retina atau makula. Jika daya biasnya tidak seperti ini, maka cahaya akan lebih fokus pada bagian depan retina (misalnya rabun jauh, rabun jauh), dan dengan kaca mata negatif, atau fokus pada bagian belakang retina, seperti hyperopia (rabun dekat), yang membutuhkan penggunaan lensa. Pelaksanaan perkuliahan secara langsung di tengah Pandemi Covid-19 pasti sangat beresiko dalam penularan virus Covid-19. Perkuliahan o… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1

Citation Types

0
0
0
4

Year Published

2022
2022
2023
2023

Publication Types

Select...
3
1

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(4 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
4
Order By: Relevance
“…3 Menurut data vision 2020, program kerjasama antara International Agency for the Prevention of Blindness (LAPB) dan World Health Organization (WHO), menyatakann tahun 2006 kemungkinan 153 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan visus yang disebabkan oleh kelainan refraksi mata tidak dikoreksi. 4 153 juta orang tersebut sedikitnya 13 juta diantaranya merupakan anak dengan usia 5-15 tahun yang merupakan prevalensi tertinggi yang terjadi di Asia Tenggara WHO, pada tahun 2020. 4 ' 5 Menurut Kemenkes, penyebab paling umum dari gangguan penglihatan di seluruh dunia adalah kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, hingga mencapai 48,99%.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…3 Menurut data vision 2020, program kerjasama antara International Agency for the Prevention of Blindness (LAPB) dan World Health Organization (WHO), menyatakann tahun 2006 kemungkinan 153 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan visus yang disebabkan oleh kelainan refraksi mata tidak dikoreksi. 4 153 juta orang tersebut sedikitnya 13 juta diantaranya merupakan anak dengan usia 5-15 tahun yang merupakan prevalensi tertinggi yang terjadi di Asia Tenggara WHO, pada tahun 2020. 4 ' 5 Menurut Kemenkes, penyebab paling umum dari gangguan penglihatan di seluruh dunia adalah kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, hingga mencapai 48,99%.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…4 153 juta orang tersebut sedikitnya 13 juta diantaranya merupakan anak dengan usia 5-15 tahun yang merupakan prevalensi tertinggi yang terjadi di Asia Tenggara WHO, pada tahun 2020. 4 ' 5 Menurut Kemenkes, penyebab paling umum dari gangguan penglihatan di seluruh dunia adalah kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, hingga mencapai 48,99%. Setelah kelainan refraksi, katarak merupakan penyebab tersering kedua dengan 25,81%, diikuti oleh Age Related Macular Degeneration (AMD) dengan 4.1%.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Ukuran bola mata yang terlalu panjang ataupun terlalu pendek dapat menyebabkan kelainan refraksi. Kelainan refraksi terbagi menjadi tiga kategori, yaitu miopia, hiperopia dan astigmatisme (Dhaiban et al, 2021) Kelainan refraksi dapat ditemukan pada semua kelompok usia (Sihombing et al, 2021). Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di dunia adalah gangguan refraksi yang tidak dapat terkoreksi (48,99%) dan merupakan penyebab kedua kebutaan terbesar (Kemenkes, 2018).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pelaksanaan perkuliahan daring juga berkontribusi menyebabkan mahasiswa mengalami penurunan visus akibat kelainan refraksi selama perkuliahan online masa Pandemi COVID-19 (Sihombing et al, 2021). Sejalan dengan hasil tersebut, menurut Siswoyo et al, (2022) ada hubungan antara unsafe action penggunaan gadget dan nilai visus pada remaja miopia.…”
Section: Pembahasanunclassified