Peran Tikus Sebagai Reservoir Leptospira di Tiga Ekosistem di Kabupaten Bantul, Yogyakarta

Abstract

Bantul is one of leptospirosis endemic areas which has been reported the cases every year and the presence of rats is an important risk factor relating to leptospirosis incidence in Bantul. Therefore, the role of rats as reservoir was examined in three types of ecosystems: forest, non-forest, and coastal ecosystems. Rat trapping was carried out using 100 single livetraps which were distributed in 9 locations: 2 points in the forest, 5 points in the non-forest, and 2 points in the coastal ecosystem. The rats were identified and their kidneys were collected and preserved in 70% alcohol medium. Leptospira were detected in the kidney by using PCR method. A number of 196 rats were obtained during the study. Most of them were commensal rats obtained from settlements ecosystems. Rattus tanezumi was the dominant species in the three ecosystems, but the highest infection rate of leptospira pathogen was in R.norvegicus. Coastal ecosystems were contained more infected rats, where the main habitat were mangrove forests. Based on these results, rats have great potency in leptospirosis transmission in Bantul, especially in settlements and coastal areas although leptospirosis cases were reported rarely in study area. Nonetheless, awareness of transmission should be disseminated since the presence of pathogenic leptospira in rats is very high.
 Keywords: leptospirosis, rat, reservoir, ecosystem, Bantul
 Abstrak
 Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah endemis leptospirosis yang sejak lama melaporkan kasus ini setiap tahunnya dan keberadaan tikus merupakan faktor risiko penting yang mempengaruhi kejadian leptospirosis di Kabupaten Bantul. Oleh karena itu peranan tikus sebagai hewan reservoir diteliti di tiga jenis ekosistem yaitu ekosistem hutan, non-hutan, dan pesisir. Penangkapan tikus dilakukan menggunakan perangkap tunggal sebanyak 100 buah yang disebar di 9 titik lokasi, meliputi dua titik di ekosistem hutan, lima titik di ekosistem non-hutan, dan dua titik di ekosistem pesisir. Tikus tertangkap diidentifikasi kemudian organ ginjalnya dikoleksi dan diawetkan dalam medium alkohol 70%. Bakteri leptospira dideteksi pada specimen ginjal dengan metode PCR dari total 196 tikus diperoleh selama penelitian. Sebagian besar tikus diperoleh dari ekosistem dekat pemukiman dan semuanya merupakan tikus komensal. Rattus tanezumi merupakan spesies dominan di ketiga ekosistem, namun persentase infeksi leptospira patogen paling tinggi terdapat pada R. norvegicus. Ekosistem pesisir mengandung tikus terinfeksi leptospira patogenik paling tinggi, dengan habitat utama hutan mangrove. Berdasarkan hasil ini maka tikus berpotensi besar menularkan leptospirosis di Kabupaten Bantul, terutama di daerah pemukiman dan pesisir. Meskipun kasus leptospirosis di daerah penelitian sedikit sekali dilaporkan, namun kewaspadaan terhadap penularan perlu dilakukan sedini mungkin karena leptospira patogenik yang terkandung dalam tikus tergolong tinggi.
 Kata kunci: leptospirosis, tikus, reservoir, ekosistem, Bantul

Potensi Penularan Leptospirosis pada Petugas Rumah Pemotongan Hewan di Kota Salatiga

“…Berdasarkan studi di Bantul, tikus berpotensi besar menularkan leptospirosis di kawasan permukiman. 4 Studi seroprevalensi pada hewan ternak di Jogjakarta menunjukan 13,03% sapi positif leptospirosis. 5 Pekerjaan yang berisiko tinggi untuk terkena leptospirosis adalah petani, peternak, dan pekerja rumah pemotongan hewan.…”

Prevalensi Leptospira Sp. pada Tikus dan Ayam dari Permukiman Padat di Denpasar Selatan, Indonesia

“…Penelitian lain dilakukan Joharina pada Tahun 2019 di daerah yang sama yaitu Yogyakarta menunjukan 40 tikus positif Leptospira sp. dengan metode uji PCR dari total 196 tikus (11) . Adanya kasus positif Leptospira sp.…”

“…Kondisi selokan yang tidak baik dapat menjadi tempat yang disenangi oleh R. norvegicus atau tikus got karena dekat dengan air (18) . Sejalan dengan Joharina, Pujiyanti (11) yang menyebutkan dalam penelitiannya bahwa proporsi tikus got (43%) lebih banyak ditemukan positif Leptospira sp. dibandingkan tikus rumah (9%) dan tikus belukar (31%).…”

Leptospira pada Tikus dan Badan Air serta Riwayat Penularan Penderita di Daerah Baru Kasus Leptospirosis di Bantul

“…10,11 Tikus sebagai hewan reservoir Leptospira yang ditemukan juga berpotensi besar menularkan leptospirosis di Kabupaten Bantul terutama di daerah pemukiman dan pesisir, selain itu juga ditemukan pula tikus sawah yang positif Leptospira. 11,12 Pengendalian leptospirosis sebaiknya dilakukan berdasarkan gambaran epidemiologi yang bersifat spesifik lokal di wilayah yang bersangkutan. 13 Data epidemiologi di Desa Gilangharjo sebagai daerah baru terjadinya leptospirosis belum diketahui khususnya status Leptospira pada tikus sebagai hewan reservoir maupun di badan air serta riwayat penularan penderita.…”

“…Pada tahun 2017, B. indica positif Leptospira juga pernah ditemukan di Kabupaten Bantul pada lokasi yang berbeda tetapi dengan prevalensi yang lebih rendah yaitu 11% (satu positif dari sembilan ekor). 12 Hal tersebut menunjukkan bahwa B. indica berperan penting sebagai reservoir Leptospira di lokasi penelitian dan di Kabupaten Bantul pada umumnya. Seperti halnya di Bangladesh, genus Bandicota secara signifikan lebih banyak yang positif Leptospira dibandingkan dengan genus Rattus dan Mus.…”