Karakteristik Karkas dan Non Karkas Ayam Broiler Jantan dan Betina pada Umur Pemotongan 30 Hari

Abstract

The population of commercial broiler chickens in Indonesia is increasing along with the high level of consumption of Indonesian poultry meat. The difference in the weight of broiler chicken harvest due to sex differences allows for differences in the percentage of carcass, non carcass and physical quality of broiler chicken meat. The aim of study was to analysis the sex differences in broiler chickens against the carcass and non carcass characteristics produced. 10 broiler chickens, each of male and female aged 30 days randomized from 14 000 broiler chickens that maintained in closed house were analyzed. The variables observed were carcass characteristics (carcass percentage, cut up of carcass, edible and non edible carcass components, and physical quality of breast meat) and non carcass characteristics (non carcass components). The data obtained were analyzed using the t-test. The average body weight of male and female chickens were 1 834.10 g and 1 659.40 g. The carcases percentage of male and female broilers were 69.38% and 70.78%. The bone percentage of male and female broilers were 17.27% and 15.56%. The cooking shrinkage value of male and female broilers breast meat were 36.32% and 42.50%. As a conclusion, male broilers with greater body weight produced a smaller significant of carcas percentage, and a significantly greater of bone percentage, but had better in physical quality than female broiler chickens.

Pengaruh Tepung Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Potongan Komersial Karkas Ayam Broiler

“…Ayam kemudian ditimbang untuk mendapatkan bobot hidup. Setelah itu, ayam dipotong sesuai dengan metode sembelih halal dengan memotong kerongkongan (esofagus), memotong saluran pernafasan (trakea), dan pembuluh darah (vena jugolaris dan arteri karotidea) (Ulupi et al, 2018). Ayam dibiarkan hingga tidak mengeluarkan darah dan tidak bergerak lagi.…”

“…Hasil penelitian menunjukkan pemberian tepung kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus) memberikan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap bobot potong dan bobot karkas ayam broiler. Menurut Ulupi et al (2018), masa pertumbuhan diawali dengan pertumbuhan tulang, semakin meningkat umur ayam maka pertumbuhan tulang mengalami penurunan sedangkan pertumbuhan otot dan deposisi lemak mengalami peningkatan. Hasil yang tidak berbeda nyata diasumsikan karena penimbunan lemak sangat besar terjadi pada umur 42 hari sehingga pengaruh dari tepung kulit buah naga tidak terlihat.…”

“…Tabel 4 menunjukkan rataan bobot sayap ayam broiler Strain Ross umur 42 hari tertinggi berada pada perlakuan T1 yaitu sebesar 152,33 gram dan rataan bobot sayap ayam broiler terendah ada pada T2 yaitu sebesar 135,17 gram. Rata-rata bobot sayap dalam penelitian ini berkisar Persentase sayap didapat berdasarkan pada pertumbuhan tulang samakin tinggi bobot tulang sayap semakin tinggi pula persentase sayap begitu pun sebaliknya semakin rendah bobot tulang sayap maka semakin rendah pula persentase sayap (Ulupi et al, 2018). Menurut Simangunsong et al (2014), kandungan kalsium (Ca) tepung kulit buah naga adalah sebesar 1,82-2,40 % sedangkan kandungan fosfor (P) yaitu berkisar 0,00203-0,00211 %, kandungan kalsium pada tepung kulit buah naga bisa memenuhi kebutuhan ayam pedaging akan tetapi kandungan fosfor tepung kulit buah naga yang sangat rendah dibawah kebutuhan ternak.…”

Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Agroindustri Keripik Ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur

“…Para responden mengatakan bahwa bahan baku yang sulit didapat ini disebabkan oleh tutupnya tempat-tempat pariwisata yang mengakibatkan berkurangnya distribusi karkas ayam ke restoran-restoran serta hotel-hotel sehingga kepala ayam yang merupakan bahan baku keripik ayam mengalami kurangnya persediaan di supplier. Karkas ayam merupakan bagian ayam yang meliputi saya, dada, paha, dan punggung (Ulupi et al, 2018).…”

Pengaruh Kepadatan Kandang Pada Closed House Terhadap Persentase Potongan Karkas Ayam Broiler Umur 14—28 Hari

“…Perlakuan kepadatan kandang yang tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase sayap diduga disebabkan oleh sayap merupakan bagian yang didominasi oleh tulang dan kurang berpotensi menghasilkan daging. Hal ini sejalan dengan Ulupi et al (2018) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya persentase sayap juga di dasarkan pada pertumbuhan tulang semakin tinggi bobot tulang sayap semakin tinggi pula persentase sayap begitu pun sebaliknya semakin rendah bobot tulang sayap maka semakin rendah pula persentase sayap serta sayap ayam pedaging banyak mengandung jaringan tulang. Selama pertumbuhan, tulang tumbuh secara terus-menerus dengan laju pertumbuhan relatif lambat, sedangkan pertumbuhan otot relatif lebih cepat sehingga rasio otot dengan tulang meningkat selama pertumbuhan, sehingga dengan menggunakan kepadatan kandang 15 ekor/m 2 sampai kepadatan kandang 21 ekor/m 2 tidak berpengaruh terhadap persentase sayap (Tabel 1).…”