2019
DOI: 10.14692/jfi.14.6.222
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Insidensi Virus dan Cendawan pada Biji dan Umbi Bawang Merah

Abstract: Incidence of Viruses and Fungi on True Shallot Seed and Shallot Bulb Shallot is an important vegetable in Indonesia. Shallot farmers generally use bulbs as planting material even though there is an option to use true shallot seed (TSS). One important criteria for a good seed quality as planting material is pathogen free. Research was conducted to detect and identify viruses and fungi from TSS and shallot seed bulbs cultivars Bima, Bauji, Thailand, and Tuk-Tuk. Virus detection was carried out by DIBA (dot immun… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1

Citation Types

0
4
0
8

Year Published

2021
2021
2023
2023

Publication Types

Select...
5
2

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 13 publications
(14 citation statements)
references
References 3 publications
0
4
0
8
Order By: Relevance
“…Oleh karena itu, penggunaan biji botani bawang merah (true shallot seed/TSS) sebagai bahan tanam merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah (Nani Sumarni, Rosliani, et al, 2012). Beberapa keuntungan menggunakan TSS adalah volume kebutuhan TSS lebih rendah dibandingkan dengan umbi bibit sehingga pengangkutan dan penyimpanannya lebih mudah, menghasilkan tanaman yang lebih sehat (Saputri et al, 2018), menghasilkan umbi berukuran lebih besar (Pangestuti & Sulistyaningsih, 2011) dan secara ekonomi lebih menguntungkan (Maintang et al, 2019;Makhziah et al, 2019;H. S. P. Rahayu et al, 2019).…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Oleh karena itu, penggunaan biji botani bawang merah (true shallot seed/TSS) sebagai bahan tanam merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah (Nani Sumarni, Rosliani, et al, 2012). Beberapa keuntungan menggunakan TSS adalah volume kebutuhan TSS lebih rendah dibandingkan dengan umbi bibit sehingga pengangkutan dan penyimpanannya lebih mudah, menghasilkan tanaman yang lebih sehat (Saputri et al, 2018), menghasilkan umbi berukuran lebih besar (Pangestuti & Sulistyaningsih, 2011) dan secara ekonomi lebih menguntungkan (Maintang et al, 2019;Makhziah et al, 2019;H. S. P. Rahayu et al, 2019).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…S. P. Rahayu et al, 2019;Roessali et al, 2019;Sembiring, Muharam, et al, 2018;, teknis budidaya TSS (Maintang et al, 2019;Napitupulu et al, 2018;Pernando & Damanhuri, 2019;Rosliani & Basuki, 2013;Sopha, GA, Sumarni, N, Setiawati, W & Balai, 2015;Gina Aliya Sopha & Basuki, 2010;Gina Alya Sopha et al, 2017;N. Sumarni & Rosliani, 2010;Nani Sumarni, Sopha, et al, 2012), produksi benih TSS (Fahrianty et al, 2020;Hilman et al, 2014;Kurniasari et al, 2017;Endah R. Palupi et al, 2017;Endah Retno Palupi et al, 2015;Rosliani et al, 2012Rosliani et al, , 2014Gina A Sopha et al, 2014;Nani Sumarni et al, 2016), hama penyakit pada tanaman TSS (Saputri et al, 2018), perlakuan benih TSS sebelum tanam (Agung & Diara, 2019;Haring et al, 2019;Thoriqussalam & Damanhuri, 2019), viabilitas benih TSS (Andayani, 2020; Megawati et al, 2020;Siburian & Siregar, 2019;Sinaga et al, 2016). Namun sedikit sekali penelitian terkait penyimpanan benih TSS di Indonesia.…”
Section: Pendahuluanmentioning
confidence: 99%
“…Fusarium oxysporum is the most important fungal pathogen in shallot cultivation. The attack of this pathogen causes damage (rot) at the base of the tuber and is reported to cause a decrease in yield of 50% to 100% (Saputri et al, 2019;Wiyatiningsih et al, 2009). Further postharvest handling aimed at controlling tuber-borne pathogens needs to be carried out.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%
“…Hal ini disebabkan produksi biji secara generatif (true shallot seed/TSS) sulit dilakukan karena hambatan kondisi iklim. Penggunaan umbi sebagai bahan perbanyakan dapat meningkatkan risiko penularan penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus (Saputri et al 2018). Beberapa spesies virus, Onion yellow dwarf virus (OYDV), Garlic common latent virus (GCLV), dan Shallot latent virus (SLV) dilaporkan tular umbi dengan efisiensi yang sangat tinggi (Harti et al 2018;Wulandari et al 2015).…”
unclassified