2016
DOI: 10.15562/phpma.v4i2.64
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Faktor Risiko Ibu dan Bayi Terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di Bali: Penelitian Case Control

Abstract: Latar belakang dan tujuan: Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan angka kematian neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 19/1000 kelahiran hidup. Penyebab utamanya adalah gangguan pernapasan/asfiksia (35,9%), prematur, BBLR (32,4%) dan sepsis (12%). Kejadian asfiksia neonatorum 5 tahun terakhir di RSUP Sanglah Denpasar relatif stagnan yaitu: 2010 (8,6%), 2011 (9,3%), 2012 (11,6%), 2013 (8,3%) dan 2014 (11,3%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko ibu dan bayi… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
4
0
8

Year Published

2018
2018
2024
2024

Publication Types

Select...
6

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 9 publications
(14 citation statements)
references
References 0 publications
0
4
0
8
Order By: Relevance
“…7 Asfiksia neonataroum dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor bayi seperti aspirasi cairan amnion, darah, mekonium, muntahan, imaturitas paru, kelainanan jantung bawan dan paru, anemia pada getus, retardasi pertumbuhan intrauterin, kehamilan lewat waktu, infeksi fetus; faktor ibu yang dapat mengakibatkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga dapat mengakibatkan aliran oksigen ke janin berkurang seperti hipoksia ibu karena anemia berat, penyakit paru kronis, perdarahan antepartum abnormal seperti plasenta previa atau solusio plasenta, preeklampsia, eklampsia, diabetes melitus, obat anestesi yang berlebihan pada ibu, infeksi berat, kehamilan lebih dari 42 minggu; faktor plasenta seperti infark dan hematoma plasenta; faktor tali pusat seperti lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolaps tali pusat; dan faktor persalinan seperti jenis persalinan, penolong persalinan, persalinan dengan penyulit (letak sungsang, kembar, distosia bahu, vakum ekstraksi, forcep), persalinan lama atau macet, ketuban pecah dini. [7][8][9][10] Persalinan dengan tindakan, terutama jika tindakan tidak ada tanda persalinan, tidak mendapat manfaat dari pengeluaran cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga bayi dapat mengalami gangguan pernasapasan yang lebih persisten. Kompresi toraks janin pada persalinan kala II mendorong cairan paru keluar dari saluran pernapasan.…”
Section: Abstrakunclassified
See 1 more Smart Citation
“…7 Asfiksia neonataroum dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor bayi seperti aspirasi cairan amnion, darah, mekonium, muntahan, imaturitas paru, kelainanan jantung bawan dan paru, anemia pada getus, retardasi pertumbuhan intrauterin, kehamilan lewat waktu, infeksi fetus; faktor ibu yang dapat mengakibatkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga dapat mengakibatkan aliran oksigen ke janin berkurang seperti hipoksia ibu karena anemia berat, penyakit paru kronis, perdarahan antepartum abnormal seperti plasenta previa atau solusio plasenta, preeklampsia, eklampsia, diabetes melitus, obat anestesi yang berlebihan pada ibu, infeksi berat, kehamilan lebih dari 42 minggu; faktor plasenta seperti infark dan hematoma plasenta; faktor tali pusat seperti lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolaps tali pusat; dan faktor persalinan seperti jenis persalinan, penolong persalinan, persalinan dengan penyulit (letak sungsang, kembar, distosia bahu, vakum ekstraksi, forcep), persalinan lama atau macet, ketuban pecah dini. [7][8][9][10] Persalinan dengan tindakan, terutama jika tindakan tidak ada tanda persalinan, tidak mendapat manfaat dari pengeluaran cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga bayi dapat mengalami gangguan pernasapasan yang lebih persisten. Kompresi toraks janin pada persalinan kala II mendorong cairan paru keluar dari saluran pernapasan.…”
Section: Abstrakunclassified
“…Hal ini berarti sectio caesar dilakukan bila ibu maupun janin dalam keadaaan darurat misalnya gawat janin, kelainan letak janin, kelainan plasenta, hipertensi dalam kehamilan seperti eklampsia dan preeklampsia, partus lama, panggul sempit, makrosomia dan ketuban pecah dini (KPD). 7,14 Alasan persalinan yang paling banyak ditemukan baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol adalah KPD sebanyak 16 Hal ini dapat disebabkan oleh karena faktor-faktor lainnya yang dapat menyebabkan asfiksia seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan bayi kembar, partus lama, dan lain-lain. [14][15] Melahirkan dengan alat, mekonium pada cairan amnion, dan pecah ketuban yang berkepanjangan adalah faktor risiko asfiksia perinatal pada bayi baru lahir.…”
Section: Metodeunclassified
“…Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Widiani, Kurniati, & Windiani, 2016) dengan Faktor risiko ibu dan bayi twrhadap kejadian asfiksia neonaturum di Bali tahun 2016, hasil penelitian didapatkan ibu bersalin dengan bayi asfiksia pada kelompok ibu paritas 1 atau > 3 dengan proporsi lebih besar yaitu 47 orang ibu (54,6%), dibandingkan dengan ibu bersalin paritas 2-3 sebanyak 39 orang ibu (45,4%).…”
Section: Paritasunclassified
“…Menurut penelitian Negara et al (2016), kasus ibu hamil positif HIV/AIDS yang tidak bekerja tinggi karena penularan HIV dari suami pasien atau pasangan pasien sebelumnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Widiani et al (2016) namun tidak sesuai dengan penelitian Syalfina & Devy (2015). Asfiksia neonatorum 4,5 kali lebih banyak pada ibu bekerja dibandingkan ibu rumah tangga.…”
Section: Hasil Penelitianunclassified
“…Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara berat badan lahir bayi dengan APGAR Score bayi pada ibu hamil positif HIV/AIDS. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rahmawati & Ningsih (2016), Wahyuningsih & Liliana (2016), serta Widiani et al (2016). Bayi dengan berat badan lahir rendah lebih berisiko mengalami kejadian asfiksia neonatorum.…”
Section: Hasil Penelitianunclassified