2018
DOI: 10.14710/jpki.13.2.129-142
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Faktor Perilaku dan Gaya Hidup yang Mempengaruhi Status Prediabetes Pasien Puskesmas Pati II

Abstract: Background: Prediabetes status describes as the condition of blood glucose level above normal but insufficient to be diagnosed as diabetes. The stage of prediabetes is a critical condition of blood glucose level, but could reverse to be normal again if healthy lifestyle is routinely performed. In USA one of three people diagnosed with prediabetes. But most people did not realize that they had prediabetes history. The increasing number of prediabetes occurs due to the absence of typical symptoms. If prediabetes… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2
1

Citation Types

0
1
0
7

Year Published

2020
2020
2022
2022

Publication Types

Select...
5
1

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 6 publications
(8 citation statements)
references
References 1 publication
0
1
0
7
Order By: Relevance
“…Perubahan gaya hidup dapat dilakan salah satunya dengan memilih makanan dengan indeks glikemik rendah, beraktivitas fisik 30 menit sehari dengan teratur serta mengatur asupan diet. Penelitian lain juga menemukan hal yang sama dimana terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan tidak sehat dengan kejadian Prediabetes sebesar 56.2% (17). Dalam penelitian ini, responden yang memiliki Self-awareness tinggi memiliki resiko prediabetes rendah, hal itu dikarenakan responden tersebut memiliki kesadaran diri yang kuat terhadap pola makan yang diterapkan, dimana mereka dapat mengatur dan memilah makanan yang akan dikonsumsinya serta berfikir dua kali sebelum mengkonsumsi makanan yang disebutkan dalam kuesioner Self-awareness pola makan (makanan tinggi glikemik).…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Perubahan gaya hidup dapat dilakan salah satunya dengan memilih makanan dengan indeks glikemik rendah, beraktivitas fisik 30 menit sehari dengan teratur serta mengatur asupan diet. Penelitian lain juga menemukan hal yang sama dimana terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan tidak sehat dengan kejadian Prediabetes sebesar 56.2% (17). Dalam penelitian ini, responden yang memiliki Self-awareness tinggi memiliki resiko prediabetes rendah, hal itu dikarenakan responden tersebut memiliki kesadaran diri yang kuat terhadap pola makan yang diterapkan, dimana mereka dapat mengatur dan memilah makanan yang akan dikonsumsinya serta berfikir dua kali sebelum mengkonsumsi makanan yang disebutkan dalam kuesioner Self-awareness pola makan (makanan tinggi glikemik).…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa mayoritas responden mengalami kelebihan asupan kalori. Selain itu terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dengan status prediabetes responden (Sukenty, Shaluhiyah and Suryoputro, 2018). Perilaku kesehatan lainnya selain pola makan adalah aktivitas fisik.…”
Section: Gambar 2 Peserta Mengisi Kuesioner Pretesunclassified
“…Saat individu melakukan aktivitas fisik maka otot akan menggunakan glukosa otot akibatnya untuk mengisi kekosongan glukosa maka akan mengambil glukosa darah. Hal ini yang mengakibatkan glukosa darah menurun dan tubuh berupaya untuk mempertahankan glukosa tetap normal (Sukenty, Shaluhiyah and Suryoputro, 2018).…”
Section: Gambar 2 Peserta Mengisi Kuesioner Pretesunclassified
“…Kriteria prediabetes adalah seseorang yang memiliki Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) dengan kriteria nilai 100-125 mm/dL dan Toleransi Gula Terganggu (TGT) dengan nilai 140-199 mm/dL serta nilai hemoglobin HbA1C 5,7% sampai 6,4% (ADA, American Diabetes Association, 2020). Hal ini bisa terjadi karena seseorang tidak menyadari sedang mengalami prediabetes karena prediabetes timbul tanpa ada tanda khas seperti penyakit diabetes mellitus (Sukenty et al, 2018). Oleh karena prediabetes muncul tanpa ada tanda gejala, maka terjadi lonjakan prevelansi prediabetes hampir 2 kali lipat prevelansi diabetes mellitus layaknya seperti fenomena gunung es (Rahmy et al, 2015).…”
Section: Introductionunclassified