2018
DOI: 10.15851/jap.v6n2.1221
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Efektivitas Analgesik 24 Jam Pascaoperasi Elektif di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2017

Abstract: Nyeri akut pascaoperasi masih merupakan permasalahan dalam pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Hampir 50% pasien pascaoperasi elektif mengalami nyeri yang berujung terhadap peningkatan kejadian nyeri kronik dan penurunan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai analgesik yang digunakan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan efektivitasnya terhadap nyeri pascaoperasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional prospektif cross-sectional… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1

Citation Types

0
1
0
6

Year Published

2019
2019
2020
2020

Publication Types

Select...
5

Relationship

0
5

Authors

Journals

citations
Cited by 5 publications
(7 citation statements)
references
References 7 publications
0
1
0
6
Order By: Relevance
“…Therefore, timing of analgesics administration was essential to reduce the incidence of analgesia gap. Based on the Institute for safe medication practices (ISMP), provision of maintenance drugs administered over 30 minutes behind schedule would have negative impact on patients and provide suboptimal results (12, 13). This study had several limitations.…”
Section: Discussionmentioning
confidence: 99%
“…Therefore, timing of analgesics administration was essential to reduce the incidence of analgesia gap. Based on the Institute for safe medication practices (ISMP), provision of maintenance drugs administered over 30 minutes behind schedule would have negative impact on patients and provide suboptimal results (12, 13). This study had several limitations.…”
Section: Discussionmentioning
confidence: 99%
“…Nyeri akut yang tidak teratasi dapat menyebabkan beberapa akibat, yaitu respons nyeri yang tidak hilang atau berkurang, meningkatkan risiko nyeri kronik, mampu meningkatkan respons inflamasi tambahan, mengganggu proses penyembuhan luka, meningkatkan waktu perawatan di rumah sakit yang akan berakibat lanjut peningkatan risiko infeksi nasokomial, bahkan dapat meningkatkan kejadian mortalitas. [3][4][5] Penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2011 sampai dengan 2012 menggambarkan angka mortalitas pada pasien luka bakar masih cukup tinggi, yaitu sebesar 27,6%. Salah satu upaya menurunkan angka mortalitas yang tinggi tersebut adalah diterapkan manajemen nyeri yang baik.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Nyeri pascabedah yang tidak ditangani dengan baik menyebabkan pemanjangan masa rawat, penyembuhan luka, dan dapat berubah menjadi nyeri kronik. [1][2][3] Pemberian analgetik preventif merupakan salah satu cara mengurangi nyeri pascabedah. Beberapa obat telah digunakan sebagai terapi analgetika preventif antara lain parasetamol, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), opioid, ketamin, obat anestesi lokal, dan gabapentin.…”
Section: Pendahuluanunclassified