Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kematangan gonad ikan tembang (Clupea platygaster). Pengambilan ikan contoh dilakukan dari bulan Juli sampai Desember 2005. Ikan contoh diperoleh dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan gill net dan jager di perairan Ujung Pangkah. Analisis dilakukan terhadap kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas dan diameter telur. Ikan tembang (Clupea platygaster) yang diperoleh selama penelitian berjumlah 254 ekor terdiri dari 124 ekor ikan jantan dan 130 ekor ikan betina dengan kisaran panjang total tubuh 115–240 mm. Nisbah kelamin selama penelitian diperoleh 1:1 (uji “chi-square†pada α=0,05). Ikan tembang jantan pertama kali matang gonad pada selang panjang 175–189 mm dan ikan betina pada panjang 145–159 mm. Berdasarkan nilai tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad, ikan tembang diduga memijah pada bulan Juli sampai Oktober dengan puncak pemijahan pada bulan September. Fekunditas ikan tembang berkisar 25630–465636 butir telur. Adapun diameter telurnya berkisar 0,23–0,74 mm. Berdasarkan distribusi telur, ikan tembang diduga memiliki tipe pemijahan total spawner.
Cimanuk river, which the estuary formed a delta, is a habitat for many fishes that occupied the water in northern coast of Ja va. The estuary is essential for supporting the fish life cycle. The aim of this study was to asscess the diversity of ichthyo fauna in Cima nuk River estuary. The fishes were collected in three months from July to September 2013 at three locations: Pagirikan, Pabean Ilir and Song. Total fish collected were 1,826 individuals, consisted of 103 species from 41 families and 14 orders. Most of them were from Family Ambassidae,Leiognathidae, Scianidae, Gobiidae, and Ariidae.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterkaitan antara ikan Chaetodontidae dengan persentase tutupan karang hidup di perairan sidodadi dan pulau tegal provinsi lampung. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 di 6 stasiun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sensus visual dan line intercept transect (transek garis) yang ditempatkan sejajar dengan garis pantai. Selama penelitian dijumpai sebanyak 115 jenis ikan Chaetodontidae, mewakili 2 genera; yakni Chaetdon (91 jenis), dan Chelmon (24 jenis). Naik turunnya indeks keanekaragaman, keragaman dan dominansi dapt menjadi indikator kualitas terumbu karang. Keanekaragaman (H') berkisar antara 0.28-1.38 dan persentase tutupan karang hidup antara 47,94% sampai 67,14%. Korelasi antara persentase karang hidup dengan ikan Chaetodontidae bersifat positif, dimana koefisien determinan (R) setiap spesies lebih dari 80 %. Keanekaragaman jenis rendah yang diikuti oleh dominansi individu dari satu jenis Chaetodontidae mencerminkan adanya kerusakan atau degradasi terumbu karang. Analisis makanan menunjukkan kesukaan ikan Chaetodontidae terhadap karang hidup sangat tinggi, dari semua spesies yang dianalisis kehadiran zooxanthelae sangat tinggi dibandingkan dengan dengan plankton, detritus dan alga. Hal ini menunjukkan bahwa ikan Chaetodontidae sangat tergantung pada karang hidup sebagai makanan utamanya. C. trifasialis merupakan spesies yang paling baik digunakan sebagai spesies indikator untuk menggambarkan kondisi terumbu karang dibandingkan dengan 3 spesies lainnya.
Pengetahuan mengenai kebiasaan makan diperlukan untuk melihat bagaimana ikan memanfaatkan sumber daya di sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kebiasaan makan ikan indigenous di Waduk Penjalin. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan pada bulan MaretMei 2015. Lokasi penelitian dibagi menjadi 4 stasiun dan pengambilan sampel dilakukan menggunakan jaring insang. Analisis untuk mengetahui kebiasaan makanan ikan dilakukan menggunakan indeks preponderance sedangkan perhitungan luas relung dihitung menggunakan metode Levin's Measure. Secara umum nilai luas relung dari ikan indigenous di Waduk Penjalin berkisar antara 0,713,92. Hasil penelitian menunjukkan ikan uceng (Nemacheilus fasciatus), benteur (Puntius binotatus), dan wader padi (Rasbora lateristriata) tergolong lebih leluasa dari jenis ikan indigenous lainnya, karena mampu memanfaatkan beberapa sumber daya yang berbeda sebagai makanan utamanya. Sifat selektif ditunjukkan oleh ikan julung-julung (Dermogenys pusilla) karena hanya memanfaatkan salah satu jenis pakan alami dengan presentase yang tinggi. Kata kunci: ikan indigenous, kebiasaan makan, luas relung, waduk penjalin ABSTRACT Knowledge about food habits it is need to see how fish utilize their resources. The objective of this study was to assess feeding habits and niches breath fish species indigenous at Penjalin reservoir. This study was conducted during three months from MaretMei 2015. Location of the study were divided into 4 stations and sampling was conducted using gill nets. Feeding habits analysis used of the index of preponderance whereas calculation the niche breath using the method of Levin's Measure. In general, the niches breath of indigenous fish in the Penjalin reservoir ranged between 0.713.92. The result showed that uceng (Nemacheilus fasciatus), benteur (Puntius binotatus), and wader padi (Rasbora lateristriata) classified as more freely of other indigenous fish species, because it is able to utilize several different resources as a main food. Selective trait shown by (Dermogenys pusilla) because only use one kind of natural food with a high percentage.
Yellowstripe scad included the one of commodity that has an important economic value in the Sunda Strait. Commonly, this species processed by Pandeglang fishermen to be the boiled fish, salted fish, grilled fish, besides it also traded in fresh or frozen fish product. The high market demand can not offset the production of this species from the nature. Therefore, it needed an information about resources of yellowstripe scad in the waters of the Sunda Strait in order to manage it well. The objective of this study was to estimate the maximum sustainable yield (MSY) and the optimum fishing effort (fopt), so that the yellowstripe scad resources in the waters of the Sunda Strait can be utilized optimally and sustainably. Based on the standardization analysis, the purse seine be made the standard fishing gear for estimating the MSY of yellowstripe scad. The yellowstripe scad growth patterns during the study is isometric. Trends of CPUE of the yellowstripe scad fisheries tends to decrease during 2003 to 2013. Then, this species was estimated its maximum sustainable yield (MSY) of 304.50 tons per year, with the optimum fishing effort of 12.478 trips per year. The decline of the catch per fishing effort can indicated that the yellowstripe scad fishing conditions in the Sunda Strait was having the overfishing phenomenon.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.