Pengasapan ikan merupakan metode pengawetan ikan melalui penambahan senyawa kimia asap dan panas, sedangkan penggaraman ikan adalah pengawetan ikan dengan menambahkan garam pada jumlah tertentu dan dikeringkan. Kedua metode pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada ikan sehingga menghambat pertumbuhan mikroba. Kombinasi perlakuan pengaraman dan pengasapan akan menghasilkan produk ikan dengan daya awet yang lama, rasa dan aroma yang khas serta dapat langsung di konsumsi, perlakuan kombinasi ini jika diaplikasikan pada ikan layang akan menghasilkan produk ikan layang asin asap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan garam terhadap nilai evaluasi sensori ikan layang asin asap. Manfaat penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi pengembangan industri rumah tangga dan petani pengolahan hasil perikanan di Maluku Utara, khususnya pengolahan ikan layang asin asap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi larutan garam yang berbeda berpengaruh terhadap karakteristik sensori ikan layang asin asap pada nilai kenampakan, rasa dan konsistensi, tetapi tidak pada nilai aroma, jamur dan lendir. Berdasarkan karakteristik sensori terhadap ikan layang asin asap menunjukkan bahwa produk dengan perlakuan perendaman pada larutan garam 20% (LA4) adalah yang paling disukai dibandingkan produk lainnya baik dari nilai kenampakan, rasa dan konsistensi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterkaitan antara ikan Chaetodontidae dengan persentase tutupan karang hidup di perairan sidodadi dan pulau tegal provinsi lampung. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 di 6 stasiun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sensus visual dan line intercept transect (transek garis) yang ditempatkan sejajar dengan garis pantai. Selama penelitian dijumpai sebanyak 115 jenis ikan Chaetodontidae, mewakili 2 genera; yakni Chaetdon (91 jenis), dan Chelmon (24 jenis). Naik turunnya indeks keanekaragaman, keragaman dan dominansi dapt menjadi indikator kualitas terumbu karang. Keanekaragaman (H') berkisar antara 0.28-1.38 dan persentase tutupan karang hidup antara 47,94% sampai 67,14%. Korelasi antara persentase karang hidup dengan ikan Chaetodontidae bersifat positif, dimana koefisien determinan (R) setiap spesies lebih dari 80 %. Keanekaragaman jenis rendah yang diikuti oleh dominansi individu dari satu jenis Chaetodontidae mencerminkan adanya kerusakan atau degradasi terumbu karang. Analisis makanan menunjukkan kesukaan ikan Chaetodontidae terhadap karang hidup sangat tinggi, dari semua spesies yang dianalisis kehadiran zooxanthelae sangat tinggi dibandingkan dengan dengan plankton, detritus dan alga. Hal ini menunjukkan bahwa ikan Chaetodontidae sangat tergantung pada karang hidup sebagai makanan utamanya. C. trifasialis merupakan spesies yang paling baik digunakan sebagai spesies indikator untuk menggambarkan kondisi terumbu karang dibandingkan dengan 3 spesies lainnya.
The study was conducted in December 2016 to February 2017 in East Halmahera waters with the aim to examine the relationship between the length of weight and potential and the level of utilization of tuna. The results showed that the long frequency distribution of tuna was ranging from 10.0-28.2 cm, with a maximum length value of 29.93 cm, a growth coefficient of 0.74 per month and a measure of fish worth catching for spawning. The relationship between the weight of tuna in East Halmahera waters is W=0.0078L3.2982, where the length of tuna is greater than this weight increase due to environmental conditions and oceanographic parameters that affect the growth of tuna. The results of the MSY analysis or the sustainable resource potential of tuna in East Halmahera waters using the Fox method, found that the MSY value or sustainable potential of tuna was 4,176.54, with a maximum effort level of 8,047 Trips. This utilization rate is still low from the value of MSY and continues to decline this is due to the low value of fishing efforts.
This research was carried out with a survey method during August 2019 with the aim of knowing the biodiversity of target fish and their potential in the coral reef ecosystem in the waters of Maitara Island, North Maluku Province by collecting primary and secondary data in the form of coral reef conditions (lifeform), fish conditions (diversity, uniformity and dominance) as well as environmental parameter data in the form of temperature, salinity, current velocity, and brightness. The collection of data on the condition of coral reefs and fish was carried out simultaneously, namely 1 dive at each station. Visual census method is used for reef fish data. The results of visual observation of reef fish in the waters of Maitara Island found that there were 13 familyes included in the major fish group consisting of 7 familyes, 1 family of indicator fish and 5 target fish groups. The reef fish found at the observation location of station 1 consisted of 59.3% major fish groups, 24.2% target fish and 16.5% indicator fish and at station 2 reef fish consisted of 62.1 major fish groups. %, target fish is 23.8% and indicator fish is 4.1%. Overall, the results of the visual observations of reef fish showed that major fish were the most dominant, found as much as 66.7% of the target fish groups were 23.9% and indicator fish groups were 9.4%. The lack of presence of indicator fish groups shows that the fertility of the coral reef ecosystem in the waters of Maitara Island is no longer in good condition, because the indicator fish group is a type of fish that indicates good and bad parameters of coral reef conditions in the waters.
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk melihat status terumbu karang dan ikan karang di periaran sidodadi dan tegal provinsi lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei sampai juli tahun 2010 di 6 stasiun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metoda sensus visual dan line intersep transek (transek garis). Jumlah ikan yang ditemukan sebanyak 684 ekor yang mewakili 14 suku, yaitu; Pomacentridae (10 jenis), Pomachantidae (3 jenis), Caesio (1 jenis), Scaridae (3 jenis), Labridae (8 jenis), Apongidae (6 jenis), Chaetodontidae (3 jenis), Chelmon (1 jenis), Serranidae (2 jenis), Siganidae (2 jenis), Lutjanidae (1 jenis) Acanhuridae (5 jenis) dan Haemulidae (2 jenis). Naik turunnya indeks keanekaragaman, keragaman dan dominansi dapat menjadi indikator kualitas terumbu karang dan famili Chaetodontidae paling baik digunakan sebagai idikator. Keanekaragaman (H') berkisar antara 0.28-1.38 dan persentase tutupan karang hidup antara 47,94% sampai 67,14%. Status terumbu karang secara umum dalam kondisi baik, namun kegiatan antropogeik pada beberapa lokasi akan mempercepat degradasi terumbu karang, terutama tanpa adanya pengawasan. Rusaknya kondisi lingkungan tersebut menyebabkan persentase atau kehadiran ikan-ikan karang yang ditemukan di lokasi penelitian lebih sedikit dibandingkan dengan lokasi-lokasi lainnya di Indonesia.Kata Kunci : Sidodadi, Tegal, Terumbu Karang, Ikan Karang.. I. PENDAHULUANPerairan Sidodadi dan Pulau Tegal merupakan perairan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan perikanan, dalam hal ini sebagai sentral Keramba Jaring Apung (KJA). Sebagai sentral budidaya laut (marine culture) sudah tentu kondisi perairan harus mendukung atau harus dijaga untuk mendukung kegiatan tersebut. Tingginya permintaan akan produk perikanan menyebabkan masyarakat melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut, tidak terkecuali penangkapan ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan. Selain itu, di perairan Sidodadi dan Pulau Tegal juga merupakan tempat wisata dengan akses masuk dari pantai ringgung.Kelompok ikan karang merupakan taksa terbesar dari hewan-hewan vertebrata yang berasosiasi dengan terumbu karang, bahkan mendiami terumbu karang dengan keanekaragamn yang tertinggi (Adrim, 2007).Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem pemasok pangan yang sangat potensial bagi manusia, karena berbagai jenis biota laut seperti ikan, algae, crusteacea dan molusca dapat ditemukan di ekosistem ini. Kehadiran berbagai jenis biota ini mengundang kegiatan eksploitasi sumberdaya secara besar. Aktivitas penambangan karang, penangkapan ikan dengan bahan beracun dan bahan peledak penggunaan alat tangkap yang tidak selektif serta pencemaran yang terjadi di laut maupun di darat merupakan masalah utama terjadinya degradasi terumbu karang. Keberadaan dari biota-biota ini tidak terlepas dari peran terumbu karang yang mempunyai fungsi alarni sebagai lingkungan hidup, sebagai pelindung fisik bagi sistem pulaunya, sebagai sumber daya hayati dan sebagai sumber keindahan (SUKARNO et aL 1981).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.