The paper provides a thorough examination of the impact of COVID-19 on increasing the cost of the construction project. The pandemic of COVID-19 had disrupted the financial and operational of the construction industry. Many projects have been closed and suspended, and this situation has caused great uncertainty in the construction industry. Even though the Instruction of the Minister of Public Work No. 2/2020 issued March 27, 2020, stated that construction activities in Indonesia could continue work. However, it still believes COVID-19 can lead to poor project cost performance. The study used a literature review to explore the factors contributing to the increase in project cost. A case study in the hotel construction project is used to test the factors. The research found six factors have a frequency of occurrence for each cause of cost overrun, namely labor, material, implementation time, project financial aspects, estimated cost, and occupational health and safety. The case study’s two factors are not the cause of the cost overrun based on the interviewee’s answer: heavy equipment and overhead. This paper also explains the mechanism to address cost overrun continue in construction work.
Performance Evaluation is routine work for IAM. Related to this, the Performance Indicator and Performance Factor need to be well understood. This paper presents the result of a preliminary reflection on infrastructure performance, performance indicators, and performance factors. Basic Quality of infrastructure is measure by its Performance to execute its Function. Performance Factor is something that can influence the performance. Performance may consist of several components. Each Performance components indicate different qualities. Each performance component may have different importance levels and different values. The factor may consist of several factors. Each factor has its nature as supporting or resisting performance. Each factor has its strength of influence, its easiness to be manipulated, and its value.
Fenomena dalam keselamatan kebakaran gedung di Indonesia memperlihatkan bahwa pihak pemilik atau pengelola gedung lebih bergantung kapada Dinas Pemadam Kebakaran. Padahal proses membesarnya kebakaran sangat cepat sehingga pemadaman harus dilakukan secara cepat selagi kebakaran masih kecil. Dan hal ini lebih mungkin dilakukan oleh pihak pemilik/ pengelola gedung atau pengguna gedung tersebut dari pada harus menunggu PMK. Oleh karena itu penggunaan sebuah tool diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan persyaratan teknis yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfatan oleh penyedia jasa dan pemilik/pengelola bangunan gedung, serta pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung, melalui mekanisme perijinan, pemeriksaan dan enertiban oleh pemerintah untuk mewujudkan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya kebakaran. Percobaan ini dilakukan dengan cara mengaplikasikan sebuah tool pemeriksaan keandalan bangunan terhadap bahaya kebakaran pada gedung-gedung yang terletak di komplek RSUP DR. M. Djamil Padang berdasarkan komponen sistem keselamatan bangunan (KSKB), yang terdiri dari kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keandalan bangunan gedung berupa Nilai Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (NKSKB) yang merupakan persentase total dari penjumlahan persentase komponen sistem keselamatan bangunan (KSKB). Dari survei yang dilakukan terhadap 27 bangunan, 25 diantaranya memiliki tingkat keandalan bangunan yang baik sedangkan 2 bangunan lainnya memiliki tingkat keandalan bangunan yang cukup. Keywords: sistem keselamatan kebakaran, bangunan gedung.
Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, antara pemerintah dan dunia usaha, serta antardaerah sangat diperlukan dalam meningkatkan potensi keberhasilan pembangunan pariwisata berbasis kewilayahan. Kunci utama untuk menciptakan sebuah daerah dengan industri pariwisata yang baik adalah terwujudnya kenyamanan pengunjung. Kenyamanan pengunjung akan bisa terlaksana jika dua variabel berikut terpenuhi yakni adanya budaya dan perilaku masyarakat yang ramah pariwisata dan adanya infrastruktur yang saling berkesinambungan antar destinasi pariwisata. Untuk itu pemerintah pusat dan daerah harus bersama-sama mewujudkan adanya peningkatan infrastruktur kepariwisataan di provinsi Sumatera Barat. Walaupun kaya akan budaya dan kondisi alamnya nan cantik, tidak membuat provinsi Sumatera Barat kebanjiran kunjungan wisatawan. Bahkan untuk tahun 2015 lalu terjadi penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 13,2%. Untuk itu promosi dan peningkatan infrastruktur pariwisata harus terus dilakukan. Untuk mewujudkan hal diatas, perlu kiranya untuk mengetahui kapasitas infrastruktur di Provinsi Sumatera Barat saat ini dalam rangka mendukung industry pariwisata. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan benchamarking atau titik patok bagi pengembangan infrastruktur kedepannya dalam rangka peningkatan aksesibilitas pariwisata Sumatera Barat. Diharapkan dengan penelitian ini dapat mengetahui kondisi eksisting infrastruktur kepariwisataan provinsi Sumatera Barat dan bagaimana strategi pengembangannya kedepan sehingga bisa menambah kontribusi pendapatan daerah dari sektor pariwisata.
Rantai Pasok Konstruksi adalah sebuah sistem pemasok, produsen, layanan transportasi, distributor dan penjual yang diciptakan untuk mengubah bahan dasar menjadi suatu produk konstruksi sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengguna sesuai nilai yang dimintanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa pola rantai pasok material konstruksi serta menganalisa perilaku para pihak dalam rantai pasok konstruksi bangunan gedung. Penelitian ini dilakukan pada proyek bangunan gedung di Kabupaten Tanah Datar, dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif yakni teknik analisis yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data wawancara dan hasil pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat pola umum rantai pasok konstruksi yang digunakan yakni pola pekerjaan yang dikerjakan sepenuhnya oleh kontraktor utama, pola pekerjaan yang dilaksanakan oleh sub kontraktor termasuk penyediaan material, tenaga kerja dan peralatan, pekerjaan yang dilaksanakan oleh sub kontraktor spesialis dengan peralatan, material dan tenaga kerja disediakan oleh sub kontraktor spesialis, serta pola pekerjaan yang dilaksanakan oleh tenaga kerja dengan keahlian khusus, namun peralatan utama dan material masih diadakan langsung oleh kontraktor utama. Perilaku rantai pasok konstruksi dilakukan dengan mengkaji hubungan interaksi pelaku rantai pasok konstruksi meliputi analisa tentang sistem pengadaan yang digunakan, bentuk perjanjian, sistem pembayaran dan pengelolaan jaringan rantai pasok oleh kontraktor utama terhadap pelaku rantai pasok dibawahnya.
Kebutuhan akan tempat tinggal masyarakat yang semakin tinggi, mendorong dilaksanakannya program sejuta rumah oleh pemerintah yang dimulai tahun 2015. Pada tahun 2016 target program sejuta rumah terdiri dari 700.000 unit untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 300.000 unit lainnya untuk non-MBR (Ditjen PUPR,2016). Kondisi ini mendorong munculnya para pengembang baru yang ikut aktif dalam mengembangkan perumahan sederhana. Konsumen sebagai pemilik akhir dari sebuah produk industri perumahan seringkali mendapatkan permasalahan dari para pengembang. Permasalahan yang timbul seperti: (a) kontruksi bangunan yang tidak memenuhi kaidah-kaidah konstruksi yang benar (tidak memenuhi SNI), (b) infrastruktur yang tidak memadai, (c) tenggang waktu penyelesaian bangunan yang tidak sesuai jadwal yang disepakati, (d) pemahaman konsumen yang kurang akan produk perumahan yang berkwalitas membuat rentan untuk di manipulasi pengembang. Dalam penelitian ini akan dilakukan sebuah pengukuran kinerja dengan menggunakan metoda SCOR ® versi 11 pada industri konstruksi perumahan sederhana. responsiveness dan efficiency merupakan karakteristik yang dapat menggambarkan kinerja rantai pasok yang bersifat dinamis sehingga mampu menyesuaikan setiap perubahan yang terjadi pada pasokan dan permintaan. Harmonisasi antara kinerja dan manajemen rantai pasok diawali dengan menghitung atribut dan metrik kinerja,menentukan bobot metric kinerja dengan pendekatan AHP,menentukan performansi atribut supply chain performance sehingga didapatkan nilai supply chain performance : reliability 0.205, responsiveness 0.107, Agility 0.130, Supply Chain Costs 0.040, dan Supply Chain Asset Management 0.015. ABSTRACTThe need for community housing is increasingly high, encouraging the implementation of a million housing programs by the government which began in 2015. In 2016 the target program for a million houses consisted of 700,000 units for low-income people (MBR) and 300,000 other units for non-MBR (Directorate General of PUPR, 2016). This condition encourages the emergence of new developers who are actively involved in developing simple housing. Consumers as the final owner of a housing industry product, often get problems from the developers. Problems that arise such as: (a) construction of buildings that do not meet the correct construction rules (do not meet SNI), (b) inadequate infrastructure, (c) the deadline for completion of buildings that are not according to the agreed schedule, (d) consumers' lack of understanding of quality housing products makes them vulnerable to developer manipulation. In this study a performance measurement will be carried out using the SCOR® version 11 method in the simple residential construction industry. Responsiveness and efficiency are characteristics that can describe the supply chain performance that is dynamic so that it can adjust any changes that occur in supply and demand. Harmonization between supply chain performance and management begins with calculating performance attributes and metrics, determining the pe...
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.