The present study was aimed to predict the absorption profile of a risperidone immediate release tablet (IR) and to develop the level A in vitro-in vivo correlation (IVIVC) of the drug using the gastrointestinal simulation based on the advanced compartmental absorption and transit model implemented in GastroPlus™. Plasma concentration data, physicochemical, and pharmacokinetic properties of the drug were used in building its absorption profile in the gastrointestinal tract. Since the fraction absorbed of risperidone in simulation was more than 90% with low water solubility, the drug met the criteria of class II of the Biopharmaceutics Classification System. The IVIVC was developed based on the model built using the plasma data and the in vitro dissolution data in several dissolution media based on the Japanese Guideline for Bioequivalence Studies of Generic Products. The gastrointestinal absorption profile of risperidone was successfully predicted. A level A IVIVC was also successfully developed in all dissolution media with percent prediction error for Cmax and the area under the curve less than 10% for both reference and test drug.
Prevalensi diabetes melitus berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar yang tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi DKI Jakarta. Ketidakpatuhan berobat pasien diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya kontrol glukosa darah dan meningkatnya resiko komplikasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil tingkat kepatuhan penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini berdesain cross sectional yang dilaksanakan pada April 2019 sampai Juni 2019 dengan total 175 responden diabetes melitus tipe 2. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara terstruktur menggunakan kuesioner kepatuhan MMAS-8. Data diolah dengan menggunakan software statistik dan dianalisa menggunakan analisa distribusi frekuensi dan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 71 responden (40,6%) memiliki tingkat kepatuhan sedang dalam menggunakan obat antidiabetes. Alasan utama ketidakpatuhan responden adalah bosan (43,6%). Ada hubungan bermakna antara tingkat kepatuhan dan hasil tes gula darah. Untuk mengetahui lebih dalam hubungan antara tingkat kepatuhan dengan hasil tes gula darah maka perlu adanya penelitian lanjutan tentang hubungan studi prospektif hasil tes gula darah dengan tingkat kepatuhan.
ABSTRAK Peran apoteker telah mengalami pergeseran dalam beberapa dekade terakhir. Peran yang sebelumnya lebih berorientasi kepada produk (product oriented) telah beralih kepada peran yang lebih berfokus kepada pasien (patient oriented). Salah satu peran yang berfokus kepada pasien adalah pelaksanaan pemberian informasi obat ataupun konseling di apotek. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kualitas pelayanan pemberian informasi obat dan atau konseling oleh tenaga kefarmasian di apotek di wilayah Kabupaten Garut, Jawa barat. Rancangan penelitian berupa potong lintang dengan pendekatan deskriptif. Untuk mengamati pelaksanaan pemberian informasi obat/konseling, dilakukan dengan pendekatan simulasi pasien penggunakan resep yang mengandung obat antidiabetes dan obat lain yang saling berinteraksi menurut literatur. Penelitian ini mendapat izin dari dinas kesehatan kabupaten Garut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian informasi obat oleh tenaga kefarmasian kepada pasien di apotek wilayah garut dilakukan oleh asisten apoteker dan apoteker. Kualitas layanan pemberian informasi obat yang dilakukan oleh apoteker sedikit lebih baik jika dibandingkan pelayanan yang dilakukan oleh asisten apoteker. Kualiltas layanan informasi obat yang dilakukan oleh apoteker masuk kategori kurang baik sedangakan yang diberikan oleh asisten apoteker dalam kategori buruk. Informasi obat pada pasien dengan penyakit kronis hendaknya dilakukan secara langsung oleh apoteker. Apoteker perlu meningkatkan kemampuannya dalam memberikan informasi obat kepada pasien. Kata Kunci : apoteker komunitas, apotek, peran apoteker, Garut, Indonesia ABSTRACT The pharmacist role in Indonesia as well as in the global world has shifted in the last few decades. The previous role that more focus on product has changed to the role that orient to patient care. One of this new pharmacist role form is giving apropriate information about the drug to patien either in the form of simple information or in the form of more complete i.e counceling in community pharmacy or apothec. This research aimed to evaluate the quality of drug information service and or counselling conducted by pharmacy staff in pharmacy in Garut regency, West Java province. This was a cross- sectional study with descriptive approach. Patient simulation method was used to evalulate the practice of drug information delivery and or counselling by pharmacy staff eithe by pharmacy technician or pharmacist to patient come with antidiabetic prescription. This research was conducted by the permission from publich health office of Garut regency. The result showed that the quality of drug information delivery conducted by pharmacist was slightly better than pharmacy technician did. Pharmacist should served patient with chronic desease such as diabetict directly. Both pharmacy technician and pharmacist need to improve their knowledge and skill in handling patient. Key word : community pharmacist, pharmacy , Pharmacist role, Garut, Indonesia
Interaksi obat merupakan bagian dari masalah terkait obat yang dapat mempengaruhi terapi pasien. Kemungkinan interaksi obat meningkat 2,5 kali lipat untuk setiap obat yang ditambahkan dalam resep pasien. Pasien diabetes melitus termasuk yang rentan terhadap kejadian interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran potensi interaksi obat pada peresepan obat antidiabetik oral di RS X Jakarta Pusat periode Januari sampai Maret 2014. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan rancangan deskriptif dan data diambil secara retrospektif. Seluruh resep yang yang mengandung obat antidiabetes oral dijadikan populasi. Besaran sampel dihitung dengan rumus Slovin. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Analisa data dilakukan secara univariat untuk mendeskripsikan persentase kejadian interaksi obat dan analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik kai kuadrat . Dari total 310 resep yang menjadi sampel, terdapat 56,13% resep yang berpotensi mengalami interaksi obat dengan 79,24% interaksi terdapat pada resep dengan ≥5 obat. Mekanisme interaksi secara farmakodinamik mendominasi dengan 214 kasus (40,30%). Uji statistik memperlihatkan terdapat hubungan bermakna antara jumlah obat yang ada dalam resep dengan potensi interaksi obat yang teridentifikasi (p<0,05). Hasil odds ratio menunjukan bahwa pasien yang menerima jumlah obat ≥5 beresiko 10,278 kali lebih tinggi mengalami potensi interaksi obat (95% CI, 5.933-17.806). Potensi interaksi obat pada resep pasien rawat jalan di RS X Jakarta masih cukup tinggi. Apoteker perlu melakukan skrining terhadap resep pasien diabetes melitus sebagai bagian dari pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian khususnya dalam mendeteksi potensi interaksi obat
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.