Uwi plants (Dioscorea sp.) as one of the types of tuber plants have the potential to support food diversity and food security in the future because it is very tolerant to be planted on dry land with a huge potential in Indonesia. The research aims to obtain a variety of diversified foods based on uwi plants. The research method used a completely randomized design laboratory scale consisting of six treatments repeated three times. These factors are the various colors of tubers used as research material including dark yellow (orange), yellow, murky white, white, purple and purple spurt. Observations include texture, elasticity, aroma, colour and taste through organoleptic tests. Instant noodles and wet noodles are used as a comparison. The study was conducted in the Agronomy Laboratory of the Faculty of Agriculture, Merdeka University, Madiun, from October to December 2018. The results showed that compared to conventional noodles as a control, the appearance of colour, taste, texture and aroma of noodles after being cooked was not much different. Whereas seen from the elasticity of uwi noodles has a lower elasticity. The difference is also in the appearance of raw dried noodles, the color and aroma are still inferior to dry noodles and instant noodles. Thus, uwi flour is potential to be developed as a food ingredient, considering that uwi carbohydrates have a low glycemic index.
Kabupaten Lombok Tengah merupakan sentra produksi pangan, khususnya beras di Propinsi NTB. Namun potensi untuk berswasembada pangan tersebut terancam akibat alih fungsi lahan untuk aktivitas di luar pertanian. Penelitian ini menggunakan data sekunder terakhir yang tersedia (tahun 2019 dan 2020) untuk menganalisis di tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten (Kabupaten Lombok Tengah) tentang: luas tanam tanaman pangan/kapita/tahun, luas lahan minimal/kapita/tahun untuk mencapai swasembada pangan; jumlah produksi tanaman pangan dan menentukan tingkat potensi berswasembada pangan setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas tanam tanaman pangan per kapita tahun 2020 di Kabupaten Lombok Tengah sebesar 216,67 % dari lahan minimal untuk berswasembada pangan (minimal 0,06 ha/kapita/tahun); tersempit di Kecamatan Praya dan terluas di Kecamatan Praya Barat Daya. Jumlah produksi tanaman pangan setara kalori 2.208.837.325.200 Kilo kalori atau setara 613.565.924 kg beras/tahun. Kecamatan dengan potensi daya dukung berswasembada pangan tinggi (mampu berswasembada pangan dan memberi kehidupan layak) adalah Praya Barat Daya, Pujut, Praya Timur dan Praya Barat; sedangkan yang berdaya dukung sedang (mampu berswasembada minimal sejumlah Kebutuhan Fisik Minimum tapi kehidupan belum layak) adalah kecamatan: Jonggat, Janapria, Praya Tengah, Kopang, Batukliang Utara, Pringgarata, Batukliang, dan Praya. Kecamatan Praya merupakan wilayah yang paling rawan mengalami penurunan potensi berswasembada pangan menjadi rendah akibat dari tingginya laju pembangunan ekonomi dan pertambahan penduduk yang mengkonversi lahan pertanian produktif.
Kesejahteraan petani lahan kering termasuk petani ubi kayu tergolong rendah akibat rendahnya produktivitas lahan dan nilai ekonomi komoditi tersebut serta gap periode yang lebih lama dibandingkan komoditi lain. Pengembangan agroindustri berbasis ubi kayu merupakan pendekatan strategis untuk menumbuhkan sumber nafkah berkelanjutan bagi keluarga petani. Tujuan utama penelitian adalah mengetahui: potensi produktif keluarga petani ubi kayu untuk pengembangan agroindustri, potensi nilai tambah agroindustri berbasis ubi kayu dan merancang model nafkah berkelanjutan berbasis ubi kayu yang berdampak mensejahterakan keluarga petani miskin di wilayah pertanian lahan kering marjinal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dan pengumpulan data menggunakan teknik survai, studi kasus, Focus Group Discussion, penelusuran dokumen, observasi langsung, dan pengumpulan data sekunder. Lokasi penelitian adalah di wilayah lahan kering marjinal Pulau Lombok, yakni di Kabupaten Lombok Barat (meliputi Kecamatan Sekotong, Gerung, Gunungsari dan Lingsar) dan Lombok Tengah (meliputi Kecamatan Pringggarata dan Jonggat). Rancangan model Strategi Nafkah Berkelanjutan Berbasis Ubi Kayu Bagi Rumahtangga Petani Miskin di Wilayah Lahan Kering Marjinal mengutamakan potensi sumberdaya local, nilai tambah agroindustri ubi kayu, pemasaran terpadu, serta motivasi dan persepsi petani yang positif terhadap pemberdayaan dan peningkatan pendapatan ekonomi melalui pengembangan agroindustri berbasis ubi kayu, yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan petani ubi kayu.
Soybean is a strategic food in Indonesia whose needs continue to increase. However, efforts to increase local soybean production are still difficult due to the large number of imported soybeans entering. This fact has resulted in a decline in farmers' interest in soybean cultivation. In addition, programs to increase local soybean production are still focused on irrigated land, whose use is still competitive with corn and rice. Therefore, this study aims to 1) assess the production and socio-economic potential of soybean agribusiness, 2) determine the added value of soybean-based agroindustries, and 3) estimate the need for soybeans on an agro-industrial scale that makes farmers in the dry land of Central Lombok prosperous. This research was conducted for four months, starting from June to October 2020. The number of research respondents was 30 respondents who were selected by purposive sampling. The results showed that soybean productivity was 5.75 Ku / hectare and income was IDR 2,433,588.88 / hectare. The added value of the farming family for the tofu agroindustry is Rp. 7,989, and the Tempe agroindustry is Rp. 5,131. The minimum amount of soybean needed for the tofu and tempeh agroindustry or the farmer's family to be prosperous is 1,365.38 kg/capita/year. This improvement is expected to be an incentive to foster farmer interest so that soybean production can increase.
Kota Mataram sebagai ibukota provinsi sekaligus pusat ekonomi, budaya dan jasa memiliki tingkat konsumsi akan bahan pangan terutama beras sangat tinggi. Hal ini karena kepadatan penduduk di Kota Mataram yang tinggi. Di Kota Mataram, aliran produksi beras mulai dari produsen hingga sampai ke konsumen membentuk saluran pemasaran. Dengan membuat pemetaan saluran beras yang terdapat di Kota Mataram dapat diketahui hubungan antara masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dan margin pemasaran yang tercipta. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis margin dan efisiensi pemasaran yang diperoleh oleh setiap lembaga pemasaran dalam agroindustri beras di Kota Mataram. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, sedangkan pengumpulan data dengan teknik survei dengan mewawancarai responden yang terdiri petani (pedagang gabah), pedagang di tingkat penggilingan (Rice Milling Unit), pedagang besar, dan pedagang pengecer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa margin dan keuntungan pemasaran yang terbesar dari proses distribusi beras, terdapat pada pedagang di tingkat penggilingan, sedangkan yang terkecil terdapat pada pedagang pengecer, serta proses jalur distribusi atau saluran pemasaran beras di Kota Maram telah efisien.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.