B (40 mg mL ), C (60 mg mL ), D (80 mg mL ). Hasil uji fitokimia secara kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak bawang hutan buton mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, quinon, steroid dan triterpenoid. Uji daya hambat terbesar terdapat pada perlakuan D, sedangkan daya hambat minimum terdapat pada perlakuan A. Perlakuan terbaik dari uji kultur bersama juga ditemukan pada perlakuan D. Ekstrak bawang hutan buton pada penelitian ini dapat menghambat pertumbuhan V. harveyi.
The aim of this study was to analyze the potential of Buton forest onion extract (BFOE) Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb. as a prebiotic and an antioxidant. Buton forest onion was extracted using 96% ethanol by maceration method. The prebiotic content of BFOE was determined using high performance liquid chromatography (HPLC). The ability of BFOE as a prebiotic was analyzed the growth of Pseudoalteromonas piscicida 1Ub and Bacillus sp. NP5.and its resistance to artificial gastric acid and α-amylase. Antioxidant activities were determined using 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH). Results indicate that the content of the oligosaccharides of BFOE including inulins, fructooligosaccharides (FOS), galactooligosaccharides (GOS), and raffinoses was 2.1%, 10%, 1% and 7.5%, respectively. The mixed oligosaccharides were found capable to stimulate the growth of P. piscicida 1Ub and Bacillus sp. NP5. The optimum BFOE concentration to stimulate the growth of probiotics was 1.25 mg/mL (0.17 ± 0.02 and 0.21 ± 0.00). The mixed oligosaccharides were also resistant to hydrolysis of artificial gastrice acid and α-amylase, with maximum hydrolysis percentages of 8.25 ± 0.25% and 27.52 ± 1.68%, respectively. The BFOE was capable to DPPH radical scavenge with IC50 of 1.48 µg/mL. The BFOE of this study has the potential to be a prebiotic and an antioxidant.
Budidaya ikan nila secara intensif dengan kepadatan tinggi menyebabkan tingginya limbah sehingga dapat berdampak pada rendahnya kualitas air. Hal ini juga akan memudahkan ikan terserang penyakit. Permasalahan lain pada budidaya ikan nila seperti tingginya penggunaan pakan. Permasalahan tersebur menyebabkan rendahnya produktivitas hasil budidaya ikan nila. Salah satu solusinya adalah dengan budidaya ikan nila sistem bioflok. Budidaya ikan nila menggunakan sistem bioflok telah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ikan, meningkatkan kualitas air, flok yang terbentuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan sehingga mengurangi penggunaan pakan buatan. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan wawasan terkait b budidaya ikan nila dengan menggunakan teknologi bioflok dan pelatihan cara pembuatan bioflok kepada pembudidaya ikan nila pada kelompok budidaya ikan yang ada di Danau Ngade. Kegiatan dilakukan di Danau Ngade Kelurahan Fitu pada Bulan Juni sampai Agustus 2022. Kegiatan meliputi: 1) sosialisasi dengan tujuan untuk menambah wawasan pembudidaya ikan nila dengan menggunakan teknologi bioflok; 2) pelatihan secara langsung cara pembuatan flok di ember, pengukuran flok, penebaran ikan nila, pemeliharaan, dan panen. Hasil dari kegiatan sosialisasi mampu menarik minat peserta, meningkatkan pengetahuan peserta terutama dari kelompok pembudidaya ikan nila yang ada di Danau Ngade terhadap materi bioflok yang diberikan. Terlihat dari interaksi antara peserta dengan narasumber terkait materi yang diberikan selama kegiatan sosialiasi. Sedangkan pada kegiatan pelatihan, pembudidaya mengikuti semua tahapan mulai dari cara pembuatan flok, pengukuran flok, penebaran ikan nila, pemeliharaan, hingga panen. Selama pemeliharaan, praktik yang diberikan adalah 1) manajemen pakan; 2) pengukuran volume flok dan manajemen flok; dan 3) pengukuran beberapa parameter kualitas air seperti pH, suhu, kesadahan, nitrit dan nitrat. Kesimpulan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan peserta terutama pembuddidaya ikan nila dengan menggunakan teknolgi bioflok, mulai dari cara pembuatan flok, pengukuran flok, penebaran ikan nila, pemeliharaan meliputi pemberian pakan dan pengukuran kualitas air, serta panen.
Medicinal plants have been commonly used in aquaculture to increase growth and immunity and control fish diseases as an effort to replace or as alternative to uses of chemical antibiotics and compounds. The use of medicinal plants in aquaculture provides safe and environmentally friendly compounds. Natural products of medicinal plants have been used in humans for thousands of years to treat disease. One of them is Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb. This article describes the potential of E. bulbosa as an antibacterial, prebiotic, and antioxidant as well as its efficacy on aquatic organisms. Addition of extracts and powders of E. bulbosa through feed to white shrimp Litopenaeus vannamei was able to improve growth performance, immune response, and resistance against infection from pathogenic bacteria. Optimal use of E. bulbosa needs to pay attention to dose and size of shrimp cultured. So far, administration of E. bulbosa powder through feed was more effective and efficient than the use of E. bulbosa extract in a large scale. Research on E. bulbosa as an immunostimulant in fish is still limited. Further research on the use of E. bulbosa should be conducted to examine the effect of E. bulbosa on growth performance and fish health on a large scale aquaculture.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.