Kader UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) merupakan penunjang penting promosi kesehatan di lingkungan sekolah. Kader UKS perlu memiliki literasi yang baik tentang gizi dan pemilihan bahan makanan sehat. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan sebanyak 2 sesi. Edukasi sesi 1 dilakukan secara virtual tentang gizi seimbang dan pemilihan bahan makanan sehat, sedangkan sesi 2 dilakukan pelatihan luring tentang cara penentuan status gizi remaja melalui praktik pengukuran berat badan, tinggi badan, dan perhitungan indeks massa tubuh (IMT)/ umur. Evaluasi edukasi sesi 1 yang dilakukan pada 22 siswa kader UKS menunjukkan peningkatan skor rata-rata yaitu dari 6 menjadi 8. Evaluasi edukasi sesi 2 menunjukkan seluruh siswa dapat mempraktikkan pengukuran status gizi remaja. Evaluasi pasca kegiatan yang dilakukan 7 setelah edukasi sesi 1 melalui survei pemilihan bahan makanan menunjukkan rata-rata keragaman pangan siswa tergolong sedang. Bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh siswa adalah kelompok bahan pangan serelia, sayur dan buah (non sumber vitamin A), telur, kacang-kacangan, dan bijibijian. Keragaman pangan tersebut masih perlu ditingkatkan karena sebagai bagian dari promotor kesehatan, seharusnya kader UKS dapat mempraktikkan pola makan yang sehat. Secara umum, kegiatan pengabdian masyarakat ini berhasil meningkatkan pengetahuan siswa tentang pemilihan bahan makanan sehat dan keterampilan siswa dalam mengukur status gizi. Meskipun demikian, praktik siswa dalam pemilihan bahan makanan yang beragam perlu ditingkatkan terutama dengan cara intervensi yang melibatkan pihak sekolah dan wali murid terutama dalam upaya penyediaan bahan makanan yang beragam dan sehat di sekolah dan di rumah.
AbstrakKonsumsi sayur dan buah merupakan salah satu syarat dalam pemenuhan gizi seimbang pada anak balita. Akan tetapi, anak balita cenderung tidak mau mengonsumsi sayur dan buah karena berbagai faktor. Pertama, sayur dan buah rasanya cenderung pahit dan tidak enak dibandingkan makanan ringan atau makanan manis. Kedua, pengetahuan mengenai pentingnya mengonsumsi sayur dan buah juga masih kurang. Oleh karena itulah, pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan konsumsi sayur dan buah pada anak balita khususnya murid-murid TK/PG Yasporbi Surabaya. Metode pengabdian masyarakat yang dilakukan adalah metode experimental dengan edukasi menggunakan pemutaran video dan permainan puzzle. Video yang diputarkan berupa lagu anak-anak tentang sayur dan buah serta nama-nama kedua jenis makanan tersebut. Populasi yang terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebanyak 90 orang dari kelas Play Group, TK A dan TK B. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini menunjukkan bahwa murid-murid TK/PG Yasporbi Surabaya sangat tertarik dan antusias menonton video lagu sayur dan buah. Selain itu, murid-murid TK berpartisipasi dalam permainan puzzle dan berani untuk menyebutkan nama-nama sayur dan buah didepan kelas. Edukasi gizi menggunakan metode permainan puzzle dapat diterapkan kepada anak balita untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah.
AbstractFruit and vegetable consumption is one of the aspects of a balanced nutrition in toddler. However, toddlers are less likely to consume fruit and vegetable because of many factors. Firstly, fruit and vegetable has a bitter taster. Besides, toddlers think that it is not as delicious as confectionary or savoury snacks. Therefore, this community development event was done in TK/PG Yasporbi Surabaya in order to improve fruit and vegetable awareness in toddler and also to increase its consumption. The method of this community development event was experiment study using educational approach. The education method employed was video and puzzle games. The population involved in this event was 90 students from varying degree of age. The results showed that the TK/PG Yasporbi Surabaya students were very enthusiast watching the video. Moreover, they participated in the puzzle game and played in fruit and vegetable name riddle game. In short, nutrition education using puzzle game approach can be applied in toddler to increase their fruit and vegetable consumption.
Minuman probiotik adalah salah satu jenis minuman yang difermentasi dalam jangka waktu tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan waktu fermentasi terhadap kadar probiotik sari buah stroberi (Fragaria anannassa). Penelitian dengan desain rancangan acak kelompok (RAK) menggunakan satu faktor yaitu perbedaan waktu fermentasi (20 jam, 24 jam, 28 jam). Masing-masing perlakuan dilakukan 2 kali ulangan sampel. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kadar probiotik dan aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel yang difermentasi selama 20 jam menghasilkan jumlah koloni bakteri sebanyak 1,8×1015 cfu/ml dan aktivitas antioksidan sebesar 1112 ppm. Sampel yang difermentasi selama 24 jam menghasilkan jumlah koloni bakteri sebanyak 3×1015 cfu/ml dan nilai aktivitas antioksidan sebesar 985 ppm, sampel yang difermentasi selama 28 jam menghasilkan jumlah koloni bakteri sebanyak 5,5×1015 cfu/ml dan nilai aktivitas antioksidan sebesar 865 ppm. Tidak ada perbedaan pada hasil analisis meskipun rerata kadar probiotik dan aktivitas antioksidan menunjukkan adanya peningkatan disetiap jamnya. Semakin lama waktu fermentasi maka kadar probiotik dan aktivitas antioksidan semakin meningkat.
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan buah dengan manfaat kesehatan yang beragam. Pemanfaatan belimbing wuluh masih terbatas dan banyak terbuang. Penelitian ini memanfaatkan belimbing wuluh dalam pembuatan cuka. Proses pembuatan cuka dilakukan dengan dua tahapan yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh fermentasi alkohol yang menggunakan kultur campuran (S. cerevisiae dan L. plantarum) terhadap cuka belimbing wuluh (sifat fisikokimia dan sensoris). L. plantarum dengan konsentrasi 1%, 2%, 4% digunakan pada fermentasi alkohol. Hasil dari pengujian diperoleh pH wine dan cuka adalah berkisar 3.57-3.65, kadar alkohol wine adalah 5.68-9.46%, kadar asam asetat berkisar 0.32-0.35%, aktivitas antioksidan 2.51 hingga 4.95 ppm, kadar fenolik berkisar 28.07 hingga 29.49 mg GAE/g. Hasil uji sensoris yang dilakukan didapatkan nilai yang hampir seragam antara cuka dengan penambahan L. plantarum konsentrasi berbeda.
Kurangnya asupan vitamin B12 dapat memengaruhi jaringan saraf karena vitamin B12 berperan penting dalam sistem saraf. Kejadian hipertensi berhubungan dengan fungsi kognitif lansia yang disebabkan oleh proses penuaan yang memicu perubahan tertentu pada lansia, salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara asupan vitamin B12 dan tekanan darah dengan kejadian demensia pada lansia di Dinas Sosial UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang. Penelitian ini merupakan penelitian observational analytic dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian adalah 53 responden yang dihitung menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner MMSE (Mini Mental State Examination) untuk mengukur tingkat demensia, form Food Weighing untuk mengukur asupan vitamin B12, dan Sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (77,4%) memiliki asupan vitamin B12 yang tergolong kurang, sebanyak 41,1% mengalami hipertensi, dan sebanyak 37,7% responden mengalami probable gangguan demensia. Hasil uji statistik Rank Spearman menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan vitamin B12 dengan kejadian demensia (p=0,002) dan terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan darah dengan kejadian demensia (p=0,000).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.