ABSTRAK Latar belakang : Rasa cemas pada ibu primigravida timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan bayinya. Faktor usia dan sosial ekonomi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil. Tujuan : Mengetahui hubungan usia dan sosial ekonomi dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan.Metode : Jenis penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 56 ibu hamil. Teknik sampling menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner untuk mengukur usia ibu, sosial ekonomi dan tingkat kecemasan. Analisa data menggunakan Chi- Square ( α 0,05).Hasil : Ibu primigravida lebih banyak berusia 20-35 tahun terdapat 27 responden (48%). Sosial ekonomi rendah terdapat 56 responden (76,8%), ibu primigravida dengan kecemasan sedang terdapat 56 responden (58,9%). Ada hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan (p-value =0,043) dan sosial ekonomi dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan (p-value = 0,007).Simpulan : Ada hubungan antara usia dan sosial ekonomi dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan. Kata Kunci : Usia, Sosial Ekonomi, Tingkat Kecemasan, PrimigravidaKepustakaan : 20 pustaka (2008-2017)
Peran kelompok dukungan sebaya merupakan salah faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV. Klinik VCT RSUD Ambarawa memiliki Kelompok Dukungan Sebaya yang bertugas untuk memberikan dukungan kepada ODHA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara peran KDS dengan kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV di Klinik VCT RSUD Ambarawa. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan desain penelitiannya adalah studi potong lintang (cross-sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah ODHA yang mendapat ARV berjumlah 163 orang, dengan sampel yang diambil sebanyak 62 ODHA, dengan mengggunakan teknik Purposive sampling. Uji statistik yang digunakan untuk menghubungkan peran kelompok dukungan sebaya dengan kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV ini adalah uji Fisher Exact. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran peran kelompok dukungan sebaya baik sebanyak 75,8 %, kurang baik sebanyak 24,2 % dan gambaran kepatuhan ODHA yang patuh 77,4 %, tidak patuh 22,6 %. Sedangkan analisis bivariat didapatkan ada hubungan antara peran kelompok dukungan sebaya dengan kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV di Klinik VCT RSUD dengan nilai p = 0,003, maka disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV, yaitu faktor dukungan sosial keluarga dan pengetahuan tentang HIV dan terapinya.
Kanker payudara merupakan keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara. Salah satu penanganan kanker payudara dengan kemoterapi. Perubahan citra tubuh akibat perubahan fisik yang menyertai pengobatan telah ditemukan menjadi respon psikologis yang amat menekan bagi penderita kanker payudara. Dukungan keluarga dapat meminimalkan respon psikologis dan menunjang pemenuhan kebutuhan fisik dan emosi pada saat pasien menjalani perawatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan respon psikologis pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Poliklinik Onkologi RSUD Kabupaten Temanggung. Jenis penelitian ini kuantitatif menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Analisa statistik yang digunakan adalah Chi square. Hasil uji Chi Square diperoleh p value 0,059>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan respon psikologis pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Poliklinik Onkologi RSUD Kabupaten Temanggung. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan respon psikologis pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Poliklinik Onkologi RSUD Kabupaten Temanggung dengan p value 0,059. Bagi keluarga perlu menjaga konsistensi dukungan kepada anggota keluarga yang menderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
In order to support the government's efforts to provide quality health services to adolescents, especially young women, it is necessary to involve health educators to conduct education about Increasing Knowledge about Adolescent Reproductive Health with the Teleconference Method. Problems during menstruation are not only related to cleanliness but also about the emergence of health problems during menstruation. Education on Increasing Knowledge about Adolescent Reproductive Health with the Teleconference Method needs to be given to young women who are still in school. Schools that can be used as partners in this effort include schools whose students are mostly female so that the education that will be provided is right on target. Based on the survey, it is known that students at the Nahdlatul Ulama Vocational School have never received education about Increasing Knowledge about Adolescent Reproductive Health with the Teleconference Method. The implementation of this community service activity is carried out by providing education to Nahdlatul Ulama Vocational High School students online using a zoom meeting platform. The percentage of evaluation results before being given education was in the category of not understanding as much as 13.88%, quite understanding 21.82%, good understanding 56.71% and very good 7.59%. The understanding of female students has increased after being given education, which is included in the very good category by 28.82%, good 53.94%, sufficient 7.82% and less as much as 9.42%. Thus it is known that after being given education there is an increase in students' understanding of Adolescent Reproductive Health. Based on statistical analysis (Wilcoxon test) obtained a significance value of 0.002 < 0.05, which means that there is a significant difference in the level of knowledge between before and after education. Increasing Knowledge about Reproductive Health for Adolescent Girls with the Teleconference Method.ABSTRAKDalam rangka mendukung upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja, khususnya pada remaja putri maka diperlukan keterlibatan tenaga pendidik bidang kesehatan untuk melakukan edukasi tentang Peningkatan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Metode Teleconfrence. Permasalahan pada saat terjadi menstruasi tidak hanya terkait tentang kebersihannya tetapi juga tentang munculnya gangguan kesehatan saat menstruasi. Edukasi tentang Peningkatan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Metode Teleconfrence perlu diberikan pada remaja putri yang masih berada dibangku sekolah. Sekolah yang dapat dijadikan mitra dalam upaya ini antara lain sekolah yang siswanya sebagian besar perempuan sehingga edukasi yang akan diberikan tepat sasaran. Berdasarkan survey, diketahui bahwa siswi di SMK Nahdlatul Ulama belum pernah mendapatkan edukasi tentang Peningkatan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Metode Teleconfrence Pelaksanaan kegiatan pengabdiaan kepada masyarakat ini dilakukan dengan metode pemberian edukasi pada siswa SMK Nahdlatul Ulama secara online menggunakan platform zoom meeting. Persentase hasil evaluasi sebelum diberikan edukasi masuk dalam kategori kurang paham sebanyak 13,88%, cukup paham 21,82%, pemahaman yang baik 56,71% dan sangat baik 7,59%. Pemahaman siswa perempuan mengalami peningkatan setelah diberikan edukasi yaitu termasuk dalam kategori sangat baik sebesar 28,82%, baik 53,94%, cukup 7,82% dan kurang sebanyak 9,42%. Dengan demikian diketahui bahwa setelah diberikan edukasi terdapat peningkatan pemahaman siswa tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Berdasarkan analisis statistik (uji Wilcoxon) didapatkan nilai signifikansi 0,002< 0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan antara sebelum dan setelah edukasi.Peningkatan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja putri dengan Metode Teleconfrence.
Pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien kanker ginekologi yang sedang menjalani rawat inap akan menyebabkan timbulnya perbedaan kebutuhan perawatan supportive yang terbagi atas lima domain diantaranya adalah domain fisik, domain psikologis, domain system informasi, domain dukungan perawatan dan domain seksualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kebutuhan perawatan suportif pasien kanker ginekologi yang sedang menjalani rawat inap. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan kanker ginekologi yang sedang menalani rawat inap yaitu sebanyak 100 orang. dengan tehnik sampling consecutive sampling. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan kuisioner kebutuhan perawatan supportive. Kuesioner tersebut dinamakan Supportive Care Needs Survey (SCNS-SF34 telah dilakukan uji validitas dengan taraf signifikan 5% didapatkan nilai dari uji sebelumnya didapatkan 0,302 – 0,792, maka kuesioner tersebut dikatakan valid dan uji reliabilitas dengan nilair = 0,933, maka disimpulkan r hitung > r tabel, maka kuisioner dikatakan reliable. Analisis univariatnya menggunakan distribusi frekuensi, maka dapat disimpulkan sebagian besar pasien membutuhkan kebutuhan perawatan suportif pada domain fisik (92%), domain psikologis (73%), domain system informasi (80%), dan kurang membutuhkan kebutuhan perawatan suportif pada domain dukungan perawatan (48 %) dan domain seksualitas (11 %).
Hypertension is the most common disease in the elderly and causes death worldwide every year. Hypertension disease can be controlled non pharmacologically such us using tomato juice and carrot juice. To know the different effect of carrot juice and tomato juice to blood pressure of elderly hypertension patients in Lemahireng Village, Bawen Sub-district, Semarang Regency. This type of research was Quasy Experiment using Two - Group Pre Post Test Design. The samples in this study were 30 people with 15 samples of carrot juice group and 15 samples of tomato juice. Blood pressure was measured using a sphygmomanometer. Data analysis used dependent t-test and independen tt-test (α = 0,05). In the carrot juice group, the average systole before administering carrot juice was 165.73mmHg and after it was 149.87 mmHg, while diastole before administering carrot juice was 95.33 and after it was 88.73 mmHg. In the tomato juice group, the average systole before administering tomato juice was 164.47 and after it was 150.53 mmHg, whereas diastole before administering tomato juice was 93.00 and 85.53 mmHg afterwards. There is no significant difference in the effect of administering carrot juice and tomato juice to lower blood pressure. Carrot juice or tomato juice can be used as a non-pharmacological treatment for hypertensive patients.Key words: Hypertension, Carrot juice, Tomato juice
Program pembangunan kesehatan di Indonesia masih berfokus pada upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak terutama pada masa prenatal. Hal ini disebabkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). ASI yang diberikan sejak usia dini dan dilanjutkan dengan ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi serta meningkatkan tumbuh kembang bayi secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian konseling laktasi terhadap pelaksanaan menyusui pada ibu hamil trimester III. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan One Group Pre-test dan Post-test Desain. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III dan sampel yang diambil adalah 18 ibu hamil. Alat penggumpulan data menggunakan lembar observasi BREAST (body position, respons, emotional bonding, anatomy dan sucking time). Analisis data menggunakan wilcoxon.Hasil penelitian didapatkan pelaksanaan menyusui sebelum dilakukan konseling laktasi dalam kategori kurang (72,2%) sedangkan pelaksanaan menyusui setelah dilakukan konseling laktasi (77,8%) dalam kategori baik. Konseling laktasi efektif dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan menyusui denganp-value 0,003 (p<0,005).Konseling laktasi seharusnya diberikan pada masa prenatal sehingga pada saat postpartum, ibu sudah mampu memberikan asi secara maksimal. Pendampingan terhadap ibu hamil juga berperan dalam pelaksanaan pemberian ASI. Kata kunci : Konseling laktasi, ASI, pelaksanaan menyusui THE EFFECTIVENESS OF LACTATION COUNSELING IN THE 3rd TRIMESTER PREGNANT WOMEN ON BREASTFEEDING IMPLEMENTATION ABSTRACT Indonesia's health development program still focuses on improving mother and child health, especially at the prenatal stage. It is due to the high maternal mortality rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR). Breastmilk given from an early age and continued with exclusive breastfeeding for six months can reduce infants morbidity and mortality rate and increase their optimal growth. The purpose is to investigate the effectiveness of lactation counseling to the implementation of breastfeeding in third-trimester. The study design used quasi experiments with one group pre-test and post-test. Population was the 3rd-trimester pregnant mothers, and the samples were 18 mothers. The data collection tool used BREAST observation sheets (body position, response, emotional bonding, anatomy and sucking time). Data analysis used Wilcoxon. The result of the research shows that breastfeeding before lactation counseling is in less category (72,2%) while breastfeeding after lactation counseling (77,8%) is in a goodcategory. Effective lactation counseling is performed to improve the implementation of breastfeeding with p-value 0.003 (p <0.005). Lactation counseling should be given during the prenatal period so that at the time of postpartum, the mother has been able to give breastmilk maximally. Mentoring for pregnant women also plays a role in the implementation of breastfeeding Keywords: lactation counseling, breast milk, breastfeeding implementation
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat darikinerja pelayanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkan dengan apa yangdiharapkan atas pelayanan kesehatan. Adapun indikator kepuasan pasien antara lainprofesionalisme, sikap dan perilaku, kemudahan akses, keandalan, perbaikan mutu, reputasidan kredibel. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kepuasan pasien diHospital Referal Baucau Timor Leste.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey deskriptif , yaituadalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuatgambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini untukmengetahui bagaimana gambaran mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan diruang rawat inap Hospital Referal Baucau.Kesimpulan dari hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa responden yangmenyatakan tidak puas (50% ) dan yang menyatakan puas (50%) dari 48 responden yangrawat inap di Hospital Referal Baucau Timor Leste. Sebagian besar (85,4%) respondenmenyatakan puas untuk indikator sikap dan perilaku, sedangkan (66,7%) respondenmenyatakan tidak puas untuk indikator kemudahan akses.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.