Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun bangun-bangun terhadap performa ayam pedaging. Metode yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAK) dengan 5 (lima) perlakuan dan 4 (empat) ulangan, metode yang digunakan Rancangan Acak Lengkap RAL). Setiap unit percobaan ditempati oleh lima ekor ayam. Penelitian ini menggunakan lima taraf perlakuan infusa daun bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour) dalam air minum dan empat ulangan. Perlakuan A1 = 0% infusa daun bangun-bangun, perlakuan A2 = 0,5% infusa daun bangun-bangun, A3 = 1% infusa daun bangun-bangun, A4 = 1,5% infusa daun bangun-bangun, dan A5 = 2% infusa daun bangun-bangun. Pemberian infusa daun bangun-bangun dalam air minum tidak signifikan (P> 0,05) pada pertambahan bobot badan, konsumsi, dan konversi pakan. Disimpulkan dari penelitian ini: pemberian infusa daun bangun-bangun dapat ditoleransi hingga 2% dalam hal berat badan, konsumsi ransum dan konversi ransum. Penambahan bobot tertinggi diperoleh pada pemberian 2% infusa dalam air minum.
Penelitian ini didasarkan pada paradigma baru pembangunan pertanian yaitu pembangunan pertanian terpadu. Pembangunan pertanian bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi maju yang murah, sederhana, dan efektif disertai penataan dan pengembangan kelembagaan pertanian di pedesaan. Pertanian terpadu sebagai solusi permasalahan dalam pembangunan ekonomi. Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisa pendapatan petani model pertanian terpadu jagung-sapi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota tepatnya di Kecamatan Payakumbuh. Pemilihan daerah penelitian dilakukan dengan cara segaja. Penelitian ini akan dilakukan selama 3 bulan pada bulan juli - Oktober 2022. Penentuan sampel penelitian menggunakan metode pengambilan sampel bola salju. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara menggunakan kuisioner untuk memperoleh data primer dan metode dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis pendapatan usaha tani, dan menggunakan analisis R/C ratio dan profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah produksi jagung yang dihasilkan 3,48 ton/hektar. Penerimaan total yang diperoleh sebesar Rp11.327.000 dan biaya total sebesar Rp8.759.250. Jadi pendapatan total yang diperoleh dari usahatani jagung terpadu adalah Rp 2.567.750. Rata-rata jumlah produksi sapi yang dihasilkan 3 ekor/musim. Penerimaan total yang diperoleh adalah Rp 98.441.500 dengan biaya total Rp 78.910.069,57. Jadi pendapatan total yang diperoleh dari usaha ternak sapi terpadu adalah sebesar Rp 19.531.430,43. Nilai R/C ratio usahatani jagung terpadu adalah 1,26; dengan nilai tingkat keuntungan sebesar 30,54%. Sedangkan nilai R/C ratio usahatani sapi terpadu adalah 1,22, dengan nilai tingkat keuntungan sebesar 22,37%. Nilai R/C ratio dan tingkat keuntungan yang diperoleh menunjukkan model usahatani terpadu jagung-sapi layak untuk diusahakan dan dikembangkan.
Pola pemeliharaan itik petelur di Provinsi Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Limapuluh Kota sebagian besar menggunakan model kombinasi dikandangkan dan penggembalaan di sawah sehingga peternak sering berpindah-pindah tempat untuk mencari lokasi sawah yang sedang musim panen. Seiring tuntutan efisiensi pemeliharaan dan keterbatasan lahan diperlukan alternatif pola pemeliharaan itik dengan analisis kelayakan usahanya.Tujuan penelitian ini adalah analisis kelayakan usaha pola pemeliharaan semi intensif kering itik petelur dara (fase grower) umur dua bulan di Kabupaten Limapuluh Kota. Metode analisis kelayakan usaha dengan pendekatan rasio R/C (revenue/cost) pada model penerapan pola pemeliharaan semi intensif kering itik petelur dara (fase grower) sebanyak 102 ekor umur satu hari sampai dua bulan dengan kandang panggung tertutup dan kandang terbuka sistem kering tanpa kolam pemandian dengan pagar pembatas di Kabupaten Limapuluh Kota. Pakan yang diberikan adalah pakan komplit pabrikan umur 0-14 hari dilanjutkan pakan adukan umur 15-60 hari.Hasil penelitian menunjukkan komponen biaya tetap berupa biaya penyusutan kandang, sewa tanah dan peralatan sebesar Rp 47.800,00 ; biaya listrik dan air sebesar Rp 12.000,00 biaya variabel berupa pembelian bibit DOD (Day Old Duck) untuk 102 ekor sebesar Rp 620.000,00 ; biaya pakan dan obat-obatan sebesar Rp 2.001.640,00 ; biaya sekam dan jerami untuk alas kandang sebesar Rp 15.000,00 ; biaya tenaga kerja sebesar Rp 120.000,00. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan itik petelur grower umur dua bulan (mortalitas 1%) sebesar Rp 3.232.000,00 dan penjualan kotoran itik sebesar Rp 28.000,00. Total biaya sebesar Rp 2.816.440,00 dengan total pendapatan sebesar Rp 3.260.000,00 sehingga didapatkan rasio R/C sebesar 1,16. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola pemeliharaan semi intensif kering itik petelur dara (fase grower) umur dua bulan diperoleh : biaya tetap sebesar 2,1% dari total biaya, biaya bibit sebesar 22% dari total biaya, biaya pakan sebesar 71,1% dari total biaya, biaya alas kandang sebesar 0,5% dari total biaya dan biaya tenaga kerja sebesar 4,3% dari total biaya. Rasio R/C sebesar 1,16 sehingga layak untuk dikembangkan karena lebih tinggi dari bunga bank.
Produktivitas sebagian besar ditentukan oleh ketersediaan pakan. Populasi ternak terus bertambah karena itu juga dibutuhkan pakan lebih. Pemberian pakan yang berkelanjutan dan kualitas yang memadai adalah salah satu faktor penentu kesuksesan pertanian. Pemanfaatan pakan lokal secara optimal yaitu sebuah teknologi, menggunakan jerami jagung yang diolah dengan bantuan Trichoderma sp. Kambing kontrol diberi pakan jerami jagung 60% dan daun gamal 40% serta penambahan saka dan mineral sebanyak 2%. Kambing perlakuan pakan yang diberikan adalah jerami jagung yang diinokulasi Trichoderma sp. 60 %, daun gamal 40 %. Berdasarkan hasil pengamatan, dengan pemberian jerami jagung fermentasi Gliricidia daun 60% + 40% menghasilkan rata-rata PBB 95,2 g / ekor / hari sedangkan kambing kontrol menghasilkan rata-rata 35,7 gram PBB / ekor / hari. Berdasarkan pelaksanaan penelitian ini, kambing dengan fermentasi R / C ratio 1,34 dan perlakuan kambing dan kontrol 0,9. Ini berarti bahwa perlakuan ini cukup baik untuk dikembangkan dan diimplementasikan untuk menghasilkan keuntungan sebesar 34%.
The aim of this study was to determine the response of adding ginseng leaf supplements (Talinum Paniculatum Gaertn) to the diet on the introduction of meat products, including dietary intake, body weight gain and dietary transformation in broilers. The subjects of the study were 100 broilers with five treatments and four replicates grown from DOC for 33 days. A control treatment was a 100% mixed diet (A), and B was a mixed died with 0.5% ginseng leaf mixture supplement. Treatment C was a mixed died with 1% ginseng leaf mixture supplement, with 1.5% ginseng leaf mixture supplement (D treatment), and with 2% additive to the ginseng leaf mixture (E treatment). The blended diet consisted of corn, palm meal, soybean meal, fishmeal, oil, and top mix. The variables measured were diet intake, weight gain, and diet conversion. The research method used an experiment with a completely randomized design. The results showed that the addition of the ginseng leaf meal feed additive to the diet had no significant effect (P> 0.05) on dietary intake, body weight gain, and diet conversion. The conclusion of this study is that the addition of up to 2% of the ginseng leaf meal feed additive to the diet did not negatively affect the appearance of the product and broilers.
ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk melihat batasan dan kriteria wilayah tahapan pelayanan IB (introduksi, pengembangan dan swadaya) di Sumatera Barat dengan batasan dan kriteria antara lain: jumlah pelayanan IB per tahun, Service per conception (S/C) dan Conception Rate (CR), waktu pelaksanaan IB, wilayah, jumlah akseptor, cakupan wilayah binaan, populasi akseptor, dan sumber dana.Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014di Kabupaten Limapuluh Kota, Kota Padang, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam, Kabupaten Solok dan Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat.Berdasarkan batasan dan kriteria wilayah tahapan pelayanan IB, maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Agam, Kabupaten Solok, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Dharmasraya dan Kota Padang masih berstatus Wilayah Tahap Pengembangan.
Penelitian dengan penambahan mix tepung daun ginseng (Talinum paniculatum Gaertn.) dalam ransum bertujuan untuk mengetahui responnya terhadap penampilan organ fisiologis dan bursa fabricius ayam pedaging. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan di laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak dan di kandang ayam pedaging Laboratorium Produksi Ternak, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Penelitian ini dimulai sejak DOC sampai umur 33 hari, sebanyak 100 ekor ayam dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuannya adalah ransum basal 100% sebagai kontrol (A), penambahan mix tepung daun ginseng 0,5% (B), penambahan mix tepung daun ginseng 1% (C), penambahan mix tepung daun ginseng 1,5% (D) dan penambahan mix tepung daun ginseng 2% dalam ransum basal (E). Ransum basal terdiri dari jagung, bungkil sawit, bungkil kedele, tepung ikan, minyak dan top mix. Variabel yang diukur adalah persentase bobot hati, jantung, limpa dan bursa fabricius. Metode penelitian dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan mix tepung daun ginseng dalam ransum memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap persentase bobot hati, jantung, limpa dan bursa fabricius. Kesimpulan penelitian ini adalah penambahan mix tepung daun ginseng dalam ransum sampai level 2% tidak memberikan respon yang negatif terhadap penampilan organ fisiologis dan bobot bursa fabricius ayam pedaging.
The Kemuning Women Farmers Group (KWT) is a fairly active farmer group in Jorong Ampang, Nagari Piobang, Payakumbuh District, Fifty City District, West Sumatra. KWT Kemuning has group activities in agriculture and animal husbandry. In the field of animal husbandry, he is active in raising cattle which are raised in colonies. The problem found in rearing is the poor growth of the cows. This is seen from the performance of thin cows. The service activities carried out were counseling on cattle rearing patterns, cattle health checks, making complete feed fermentation based on corn plant waste and administering worm medicine. The method of service carried out is in the form of lectures, discussions and direct practice. The results obtained were complete feed fermentation based on corn plant waste liked by cows and there were indications that the cows in the group were infected with worms after a cow health examination.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.