Kanker payudara (KPD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, dikarenakan banyaknya kesakitan dan kematian akibat kanker. Di Indonesia di laporkan bahwa kanker payudara mayoritas ditemukan pada kelompok wanita, meskipun angka insidensi kanker payudara ini menduduki peringkat kedua di antara Negara asia Peningkatan angka kejadian kanker payudara terutama di Negara berkembang dikarenakan adanya perubahan gaya hidup diantaranya: rendahnya partisipasi masyarakat dalam olahraga, peningkatan jumlah orang yang mengalami obesitas, dan konsumsi alcohol. Beberapa program untuk mengurangi faktor risiko kanker payudara telah dilakukan diantaranya skrining kanker payudara (SADANIS) di mana pemeriksaan payudara dilakukan oleh petugas medis, dimana SADANIS lebih murah dan mudah bila dibandingkan dengan pemeriksaan Mammography. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanual bekerjasama dengan Puskesmas Pakutandang Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung untuk meningkatkan pengetahuan kelompok PUS (pasangan usia subuh) dan WUS (wanita usia subut) dan mengetahui lebih dini tanda dan gejala dari kanker payudara serta menurunkan angka kejadian kanker payudara di tahun 2020. Metode pelaksanaan kegiatan tersebut meliputi: Pendidikan kesehatan pada kelompok PUS, WUS, Lansia tentang kanker payudara. Pendidikan kesehatan dan pelatihan pada kelompok Kader tentang pemeriksaan kanker payudara. Pemeriksaan deteksi dini kanker payudara (SADANIS) Stikes Immanuel dan Tenaga Kesehatan Puskesmas Pakutandang (Dokter dan Bidan). Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini antara lain: meningkatnya pengetahuan pada kelompok PUS, WUS, Lansia tentang kanker payudara, meningkatnya pengetahuan pada kelompok Kader tentang pemeriksaan kanker payudara. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pada kelompok kader melakukan pemeriksaan sadanis.
AbstrakPembuangan limbah domestik atau buangan dari rumah tangga di daerah perkotaan masih dilakukan langsung ke sungai. Sebagian besar penduduk belum memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL). Penyuluhan kepada masyarakat di RW 03 Kelurahan Ciseureuh Kecamatan Regol Kota Bandung diperlukan, mengingat sebagian besar (78%) masyarakat tidak memiliki saluran pembuangan air limbah. Air buangan yang berasal dari pembuangan kotoran langsung di alirkan ke selokan dan akhirnya ke sungai. Bila hal tersebut dilakukan terus-menerus, maka akan dapat mencemari air sungai dan dapat menyebabkan penyakit maupun gangguan kesehatan bagi masyarakat. Penyuluhan dilakukan oleh tim pengabdian masyarakat Program Studi S1 Kesehatan masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung pada 12 orang perwakilan warta RW 03 Kelurahan Ciseureuh. Hasil evaluasi pretest dan postest dikatakan dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang pentingnya saluran pembuangan air limbah pada setiap rumah tangga. Untuk dapat merealisasikan kepemilikan saluran pembuangan air limbah tidak cukup hanya dengan penyuluhan, akan tetapi diperlukan keterlibatan pemerintah kelurahan dan puskesmas untuk mengupayakan biaya dalam pembuatan saluran pembuangan air limbah tersebut. Kerja sama dengan yayasan atau organisasi yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan pengadaan jamban dan saluran pembuangan air limbah di masyarakat sangat diperlukan. Untuk upaya mandiri warga dapat dilakukan dengan cara arisan ataupun dengan pinjaman lunak dari dana desa.
Siklus menstruasi yang tidak teratur merupakan gangguan menstruasi yang terjadi diluar interval siklus menstruasi normal. Stres merupakan respon tubuh sifatnya nonspesifik terhadap beban yang merupakan respon fisiologis, psikologis, perilaku dari manusia yang mencoba untuk beradaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pada mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan immanuel Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random sampling dengan subjek penelitian sejumlah 80 responden yang berasal dari prodi S1 Keperawatan, S1 Kesehatan Masyarakat, S1 Gizi, D3 Keperawatan, D3 MPRS, dan D3 Kebidanan. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis uji statistik yang digunakan Spearman Rank. Hasil uji menunjukkan hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi yang tidak teratur memiliki p value = 0,004. Kesimpulan: ada hubungan tingkat stres mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan immanuel bandung. Saran: kepada pihak kampus yakni untuk lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanan terhadap mahasiswanya.
Abstrak: Setiap anak pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara alami, baik secara fisik, mental dan kematangan organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul pada remaja tersebut. Usia pubertas pada anak remaja sekitar usia 10 tahun sampai 20 tahun. Pada anak perempuan masa ini ditandai dengan menstruasi (menarche), pertumbuhan payudara, tumbuhnya rambut di daerah kemaluan, sedangkan pada anak laki-laki pada masa pubertas ditandai dengan perubahan suara yang disertai dengan tonjolan kerongkongan (Adam’s apple), perubahan panjang penis, dan tumbuhnya rambut kemaluan. Pada awal memasuki masa pubertas, seorang remaja biasanya membutuhkan banyak informasi mengenai perkembangan, pertumbuhan dan perubahan yang dialaminya sehingga anak mencari informasi dengan bertanya kepada orang tua, teman, atau orang-orang yang berada di sekitar lingkunganya, tidak semua orang sekitar lingkungan remaja bisa membantu permasalahan yang dihadapi remaja sehingga mereka mencari dengan cara sendiri, misalnya dengan bertanya pada orang dewasa lainnya, dari majalah, atau bahkan dari internet. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat yang di lakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Immanuel bekerjasama dengan SD Sukawening adalah untuk meningkatkan pengetahuan anak remaja tentang pubertas, dan mempersiapkan lebih dini datangnya masa pubertas sehingga diharapkan anak lebih siap menghadapi perubahan secara fisik dan psikologis yang akan terjadi nanti sehingga dampak negatif pubertas tidak terjadi pada anak remaja. Metode kegiatan pelaksanaan tersebut meliputi memberikan pendidikan kesehatan tentang pubertas pada anak remaja kelas 4.5.6 dan pemutaran video. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat antara lain, pengetahuan anak meningkat tentang pubertas, anak sudah memahami perubahan yang akan terjadi pada masa pubertas baik secara fisiologis maupun secara psikologis, anak mengetahui bagaimana cara menghadapi masa pubertas dan kemana mencari informasi yang benar tentang pubertas jika mengalami masalah atau ada hal yang ingin di tanyakan tentang perubahan yang dialaminya. Peserta yang mengikuti kegiatan sebanyak 60 orang. Abstract: Adolescence experiences growth and development naturally, physically, mentally and the reproductive organs begin to function and secondary sex characteristics appeared. The age of puberty in adolescents is around the age of 10 to 20 years. The female period is being marked by menstruation (menarche), breast and pubic hair growth, while in male, puberty is characterized by voice changes accompanied by Adam's apple protrusion, changes in penis length, and pubic hair. At the beginning of puberty, adolescence usually needs a lot of information about the development, growth, and changes, thus they seek information by asking parents, friends, or people around. Sometimes, people around them will not be able to help; consequently, they search by themselves, such as asking other adults, read magazines, or even from the internet. The purpose of community service activities carried out by Immanuel School of Health Science in collaboration with SD Sukawening were to increase adolescent knowledge about puberty, and prepare for the early arrival of puberty; thus, they are expected to be better prepared facing physical and psychological changes; so that the negative impact puberty does not occur in them. The method of implementation involved providing health education about puberty and video screening to school-aged students in grades 4, 5, 6. The results of community service activities to adolescents such as increasing knowledge about puberty; understanding changes physiologically and psychologically; how to deal with puberty, and where to find correct information if they experience problems or to fulfill curiosity regarding puberty problems. There are sixty respondents participated during the program.
Karies gigi merupakan masalah yang sering ditemukan pada kesehatan gigi yang buruk, hal ini sering dialami oleh anak usia 4-6 tahun, dikarenakan anak belum mampu mengosok gigi dengan benar, pola makan yang buruk. Karies gigi dapat menganggu anak dalam beraktifitas, kurang konsentrasi, akibat lain dari karies gigi pada anak adalah penyebaran toksin atau bakteri pada mulut melalui aliran darah, saluran pernafasan, hal tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan anak akan mudah terkena penyakit. Anak TK / PAUD tidak mengosok gigi, mengosok gigi adalah rutinitas kita sebaiknya 2 x dalam sehari, mengosok gigi sangatlah banyak manfaatnya, merawat gigi seperti mengosok gigi, membersihkan karang gigi, menghindari bau mulut, tidak terjangkit penyakit gusi. Hasil karakteristik survey kesehatan, prevalensi karies gigi pada balita usia 3-5 tahun sebesar 81.7 %. Prevalensi karies gigi menurut usianya usia 3 tahun (60%), usia 4 tahun (85 %), dan usia 5 tahun (86.4 %) dengan demikian umur balita merupakan golongan rawan terjadi karies gigi. Usia anak menjaga kesehatan gigi memang tidak mudah untuk bisa mandiri merawat giginya, apalagi mengosok gigi dua kali sehari, pada usia dini, anak belum memahami pentingnya kesehatan gigi. Kesehatan gigi perlu diterapkan sejak usia dini, agar gigi mereka tumbuh dengan baik.
This study aims to analyze the relationship between the knowledge and motivation of women of childbearing age regarding vulva hygiene to prevent leucorrhoea. The method used is quantitative with a cross-sectional research design. The sampling technique was done using simple random sampling and data analysis using the chi-square test. The results showed that many women of childbearing age experienced leucorrhoea, knowledge was relatively low and motivation was low. In conclusion, there is no significant relationship between the knowledge and motivation of women of childbearing age about vulva hygiene to prevent leucorrhoea. Keywords: Leucorrhoea, Vulva Hygiene, Women of Reproductive Age
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.