Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan indikator 4C's yang selaras dengan kurikulum SMA/MA yang digunakan di Indonesia yaitu kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika SMA kelas X semester 1 yang terdiri dari 3 bab yaitu: sistem persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel yang memuat nilai mutlak, SPLTV, dan fungsi. Kegiatan penelitian dimulai dari analisis masalah kurikulum di Indonesia dan menganalisis literatur kemampuan 4C's menurut Partnership 21th Century Learning (P21). Kegiatan selanjutnya adalah merancang Indikator 4C,s yang selaras dengan kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika SMA/MA kelas X semester 1. Produk yang dihasilkan yaitu Indikator 4C's yang selaras dengan kurikulum 2013 disajikan dalam vorum diskusi (kolokium). Kemudian produk tersebut direvisi berdasarkan saran dari peserta kolokium. Kegiatan terakhir yaitu membagikan produk yang valid kepada peserta kolokium sebagai panduan penyusunan rencana pembelajaran. Penelitian ini menghasilkan indikator 4C's yang selaras dengan kurikulum di Indonesia yaitu kurikulum 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat kreativitas dalam pemecahan masalah matematika. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian sebanyak 7 siswa kelas VIII A SMP Negeri 12 Jember yang dikelompokkan berdasarkan gaya kognitif menggunakan instrumen Group Embedded Figures Test (GEFT), dengan rincian 4 siswa field independent dan 3 siswa field dependent. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif dan wawancara. Penelitian ini menggunakan triangulasi waktu, yaitu dengan membandingkan data yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir kreatif dan wawancara pertama dan tes kemampuan berpikir kreatif dan wawancara kedua. Hasil tes kemampuan berpikir kreatif melalui pemecahan masalah matematika dikelompokkan berdasarkan karakteristik berpikir kreatif, yaitu kelancaran, keluwesan, dan kerincian. Tingkat kreativitas atau disebut Tingkat Berpikir Kreatif (TBK) dikategorikan menjadi 5 tingkatan, yaitu TBK 4 (sangat kreatif), TBK 3 (kreatif), TBK 2 (cukup kreatif), TBK 1 (kurang kreatif), dan TBK 0 (tidak kreatif). Tingkat kreativitas yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah 1 siswa field independent dinyatakan sangat kreatif (TBK 4) dan 3 siswa field independent dinyatakan kreatif (TBK 3). Untuk siswa field dependent, tingkat kreativitas yang dapat diidentifikasi adalah 1 siswa dinyatakan kreatif (TBK 3), 1 siswa dinyatakan cukup kreatif (TBK 2), dan 1 siswa dinyatakan kurang kreatif (TBK 1). Hasil ini menunjukkan bahwa siswa field independent cenderung lebih memiliki kreativitas dibanding siswa field dependent dalam pemecahan masalah matematika.
Kata Kunci: berpikir kreatif, gaya kognitif field independent, gaya kognitif field dependent, pemechan masalah.
Objek kajian matematika yang cenderung abstrak membutuhkan pendekatan/pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada siswa SD yang tahap perkembangan kognitifnya masih berada pada tahap operasional konkret. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam mengajarkan konsep matematika dibutuhkan benda-benda konkret dan sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa agar pembelajaran bisa optimal. Pada kenyataannya, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V di SD Antirogo 01 Jember masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diterapkan pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan dan meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik pada pokok bahasan luas trapesium dan layang-layang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus, dimana pada siklus I terdiri dari 2 pertemuan dan pada siklus II terdiri dari sekali pertemuan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, wawancara, dan tes. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SDN Antirogo 01 Jember pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Adapun subjek penelitiannya adalah siswa kelas V yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Berdasarkan hasil analisis data, persentase aktivitas belajar siswa meningkat dari 54,94% pada siklus 1 menjadi 63,65% pada siklus 2. Persentase aktivitas guru juga mengalami peningkatan dari 73,84% pada siklus 1 menjadi 80% pada siklus 2. Selain itu, penerapan matematika realistik juga dapat menigkatkan hasil belajar siswa. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 56,92 pada siklus 1 menjadi 71,15 pada siklus 2. Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dari 71,9% pada siklus 1 menjadi 84,4% pada siklus 2.
Kata Kunci: pembelajaran matematika realistik, aktivitas belajar, hasil belajar, luas trapesium dan layang-layang
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.