Vulnerability and risk assessment (VRA) is increasingly becoming more popular as a tool to assess and evaluate the likelihood and externalities that are faced by urban areas because of environmental hazards and climate change. However, urban dynamics are increasingly putting communities in a vulnerable/riskier situation, calling for a more comprehensive and interdisciplinary approach. Urban Political Ecology (UPE) was utilized as a framework to reflect upon the empirical findings and literature review with two urban villages (kelurahan) in Bandar Lampung, Indonesia-Kangkung and Kota Karang-as case studies. We argue that the existing VRA is not adequate to address fundamental issues of environmental hazards and climate change. Different aspects, such as the city's metabolism of human-nature interaction, contribute to producing vulnerability and need to be taken into account. This research also recommends that future urban disaster governance should incorporate the production and alteration of (social) vulnerability by considering spatial and temporal dimensions in disaster risk reduction and climate change adaptation.Abstrak. Penilaian kerentanan dan risiko (VRA) semakin populer sebagai alat untuk menilai dan mengevaluasi kemungkinan dan eksternalitas yang dihadapi oleh daerah perkotaan karena bahaya lingkungan dan perubahan iklim. Namun, dinamika perkotaan dari waktu ke waktu menempatkan masyarakat dalam situasi yang rentan/berisiko, sehingga menyerukan pendekatan yang lebih komprehensif dan antar-disiplin. Kami memobilisasi Ekologi Politik Perkotaan (PDU) digunakan sebagai kerangka kerja untuk merefleksikan temuan empiris dan tinjauan literatur melalui dua desa perkotaan (kelurahan) di Bandar Lampung, Indonesia-Kangkung dan Kota Karang-sebagai studi kasus. Kami berpendapat bahwa penilaian kerentanan dan risiko yang saat ini ada tidak memadai untuk menangani masalah-masalah inti dari bahaya-bahaya lingkungan dan perubahan iklim. Aspek-aspek yang berbeda, seperti metabolisme kota dari interaksi manusia-alam, berkontribusi untuk menghasilkan kerentanan, yang perlu diperhitungkan juga. Penelitian ini juga merekomendasikan bahwa tata kelola bencana Applying Urban Political Ecology (UPE) Framework to Re-Visit Disaster and Climate Change Vulnerability-Risk Assessments 225 perkotaan masa depan harus memasukan bagaimana produksi dan perubahan kerentanan (sosial) dengan mempertimbangkan dimensi spasial dan temporal dalam pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim. Kata kunci. Ekologi politik perkotaan, bencana, perubahan iklim, penilaian kerentanan dan risiko, Bandar Lampung.
This study result to analyse several variables that affect secsual behavior before marriage in SMA Negeri 1 Batangtoru south Tapanuli. The kind of the research used the survey through exsplanatori analytic research with cross sectional approach.total population of 738 students with a sample of 88 students. Biavriate analysis using the chi-square, with significance level α <0.05 and conviden level of 95%. Research results used test statistics chi-square show variabel that influental significantly against the knowledge of sexual behavior is a role parents (p=0.016), the role of peers (p=0.008) and exspusure information (p=0.019.variabel is have infiunce knowledge sexsual behavior towards. Expected teachers SMAN 1 Batangtoru can foster students to use media information correctly, increase students knowledge about reproductive health and increase extracurricular activities so that students spend more time on things that are more useful. The parents do not consider avoid doing communicatin with children about sexuality and reproductive health and be more open to the children, so that children get the aducation or correct information about sexuality and cared for each child’s activities and association child’s out board home.
Perkembangan Kota yang tidak diantisipasi adalah awal dari munculnya permasalahan perumahan dan permukiman. Di Indonesia permasalahan permukiman dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu permasalahan backlog perumahan, rumah tidak layak huni, permukiman kumuh dan rumah liar. Bila diobservasi, penampakan fisik permukiman kumuh dan rumah tidak layak huni tidak jauh berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kesesuaian indikator untuk permukiman kumuh dan rumah layak huni. Unit amatan dan analisis dalam penelitian ini adalah pemenuhan indikator rumah layak huni di permukiman kumuh Kota Bandar Lampung dan perbandingan indikator permukiman kumuh dan rumah layak huni Indonesia dengan beberapa negara lain (Malaysia, Korea, Australia, Kanada, dan Inggris). Metode yang digunakan adalah metode deduktif kuantitatif dan teknik analisis uji fisher exact dan komparasi indikator. Hasil dari penelitian ini adalah (1) tidak signifikannya hubungan pemenuhan indikator rumah layak huni dan kekumuhan dan (2) Indikator Rumah Layak Huni beberapa negara lain (Malaysia, Korea, Australia, Kanada, dan Inggris). Indikator tersebut merupakan gabungan dari Indikator permukiman kumuh dan rumah layak huni milik Indonesia. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan Indikator penentuan permukiman kumuh dan rumah layak huni dapat diintegrasikan sehingga dapat mengefektifkan dan mengefisienkan penanganan permasalahan permukiman di Indonesia.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.