This research is based on how the teacher builds a learning motivation of 5-6 years old children. In the classroom, sometimes children’s motivation decrease, there is one way to build learning motivation on children, it is called positive reinforcement. This research aims to determine the learning motivation of 5-6 years old children by giving positive reinforcement in the math and science subject. The method of this research was qualitative descriptive with the sample was six students of B2 class around 5-6 years old at the kindergarten in the Purwakarta, Indonesia. The instrument of the research was an observation sheet of students and teachers’ activities and the interview. The result of the data analysis on teacher’s observation was a positive reinforcement from the teacher by giving children praise; nonverbal reinforcement was delivered by smiling at children, showing a cheerful face and thumbs. Moreover, the result of observation also showed that children more like if the teacher gives praise in words forming for what they are doing, so the good behavior will continuous appear.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA kelas V di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Jalan Kamojing Kecamatan Cikampek Kabupaten Karawang yang masih rendah. Proses pembelajaran masih menggunakan metode satu arah sehingga tidak banyak melibatkan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, kurangnya sumber belajar di sekolah, dan tidak ada media pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa kelas V dalam pembelajaran IPA. Tujuan penelitian untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapkan model problem based learning. Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: planning (menyusun rancangan tindakan), acting (pelaksanaan tindakan), observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi). Instrumen yang digunakan yaitu observasi dan tes evalusi berpikir kritis Hasil penelitian pada siklus pertama dan memperoleh hasil 31% (8 orang yang berada di atas KKM), dan tindakan pada siklus kedua memperoleh hasil 65% (17 orang yang berada di atas KKM). Selanjutnya pada tindakan di siklus ketiga mencapai hasil yang maksimal karena memperoleh hasil 92% (24 orang yang telah tuntas dan berada di atas KKM). Nilai kemampuan berpikir kritis meningkat karena dipengaruhi oleh aktivitas siswa yang meningkat selama pembelajaran. Siklus pertama memperoleh nilai persentase 65% “cukup”, pada siklus kedua meningkat memperoleh nilai persentase 75% “baik”, selanjutnya pada siklus ketiga meningkat mencapai nilai persentase 92% “sangat baik”. Hal tersebut membuktikan bahwa ada peningkatan pada setiap siklus yang sudah disesuaikan dengan indikator berpikir kritis. Dengan demikian penerapan model problem based learning pada umumnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam penelitian tindakan kelas (PTK).
In this paper, I argue that Technology-based education cooperation that constitutes part of 21st century teaching and local wisdom-based education must be performed to maintain the archipelago's culture. Both of these elements must be integrated in potential educators undergoing education at the LPTK. The particular goal of this research was to understand how to apply local wisdom-based teaching and technology in LPTKs. Qualitative methods offer an effective way of uncover problems in this paper.
Proyeksi pendidikan abad 21 yang dirancang oleh pemerintah mewajibkan siswa memiliki kompetensi yang mumpuni agar dapat bersaing di dunia global. Namun arus globalisasi sangat berdampak pada perubahan tata nilai kehidupan masyarakat di Indonesia. LPTK merupakan lembaga yang mencetak calon-alon guru yang berkarakter dan nantinya mampu menjadi <em>agent of change</em> dalam menanamkan nilai-nilai kearifan lokal (<em>indigenous wisdom</em>) dan identitas kultural (<em>cultural identity</em>) pada siswanya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi. Sampel yang digunakan pada penelitian ialah seluruh mahasiswa LPTK di Purwakarta. Dengan bantuan Atlas.TI diperoleh hasil terdapat 3 faktor yang memengaruhi penguatan identitas kultural dan kearifan lokal pada mahasiswa LPTK yakni budaya, lembaga dan masyarakat. Dengan ini LPTK diharapkan mampu mengintegrasikan proses pembelajaran dengan menyisipkan nilai-nilai kearifan lokal didalamnya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.