Jeroan ikan adalah bahan baku dengan kualitas rendah atau limbah yang jika tidak dimanfaatkan dapat menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan. Limbah jeroan ikan kakap putih memiliki kadar protein yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan menjadi hidrolisat protein ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi terbaik pembuatan hidrolisat protein serta mengkarakterisasi produk hidrolisat protein yang dihasilkan. Tahap penelitian meliputi karakterisasi jeroan, pembuangan komponen lemak (defatting), penentuan kondisi optimum hidrolisis, dan analisis kimia hidrolisat jeroan ikan kakap putih. Jeroan ikan kakap putih memiliki kadar protein tinggi sebesar 31,20%±0,03 (bk) dan lemak 61,44%±1,22 (bk). Kandungan lemak dapat mempengaruhi proses hidrolisis sehingga membutuhkan proses pembuangan lemak (defatting). Defatting mampu menurunkan lemak sebesar 2,95% (bk) dari lemak awal yakni 61,44%±1,22 (bk) menjadi 58,71%±0,65 (bk). Proses hidrolisis jeroan ikan kakap putih dilakukan menggunakan enzim papain dengan aktivitas 30 Usp/mL dengan konsentrasi enzim 0,15% (b/v), suhu 55°C, pH 8 selama 4 jam. Karakteristik produk hidrolisat jeroan ikan kakap putih (Lates calcarifer) yakni kadar air (10,82±0,84%), kadar protein (62,85%±0,72), kadar lemak (0,84%±0,28), kadar abu (7,30%±0,03), karbohidrat (18,19%±1,32) dan daya cerna protein sebesar 87,03%. Hidrolisat protein jeroan ikan kakap putih memiliki kandungan 15 jenis asam amino. Asam amino tertinggi yakni asam glutamat (10,75%), sedangkan asam amino terendah yakni histidin (1,38%). Hidrolisat protein dapat diaplikasikan sebagai sumber protein dalam pakan ikan.<br />Kata kunci: hidrolisat, jeroan, papain, pembuangan lemak
Abstrak<br />Limbah filet ikan patin terutama kepala dan tulang memiliki potensi sebagai bahan baku pembuatan<br />hidrolisat protein karena mengandung bioaktif peptida. Hidrolisat protein merupakan protein yang<br />dihidrolisis menjadi peptida melalui proses enzimatis atau kimiawi. Penelitian ini bertujuan menentukan<br />aktivitas pengikatan kalsium pada hidrolisat protein dari limbah filet ikan patin. Penelitian ini terdiri dari dua<br />tahap. Tahap pertama terdiri dari pembuatan hidrolisat protein secara enzimatis menggunakan konsentrasi<br />enzim papain yang berbeda. Hidrolisat protein tersebut dianalisis derajat hidrolisisnya menggunakan<br />metode SN-TCA sedangkan aktivitas pengikatan kalsium dengan menggunakan AAS. Tahap kedua yaitu<br />analisis uv scanning untuk melihat penyerapan maksimum hidrolisat protein dan analisis komposisi asam<br />amino untuk melihat komposisi asam amino yang terkandung dalam hidrolisat protein. Derajat hidrolisis<br />yang dihasilkan dari penelitian ini berbanding lurus dengan konsentrasi enzim yang digunakan. Aktivitas<br />pengikatan kalsium tertinggi oleh hidrolisat protein yaitu sebesar 122,73 mg L-1. Hidrolisat protein tersebut<br />memiliki derajat hidrolisis 43,13% dengan konsentrasi enzim 6% (v/v). Intensitas serapan pada hidrolisat<br />protein dengan penambahan kalsium lebih rendah apabila dibandingkan dengan intensitas absorpsi<br />hidrolisat protein, hal ini mengindikasikan adanya aktivitas pengikatan kalsium oleh hidrolisat protein.<br />Komposisi asam amino tertinggi pada hidrolisat protein limbah filet ikan patin yaitu asam glutamat.<br /><br />
Jerawat (Acne vulgaris) merupakan penyakit kulit karena adanya sumbatan dalam pori-pori kulit<br />wajah yang disebabkan oleh penumpukan minyak yang mengakibatkan adanya aktivitas bakteri sehingga<br />terjadi peradangan pada kulit. Perubahan kondisi wajah yang menjadi tidak normal mengakibatkan bakteri<br />penyebab jerawat, Propionibacterium acnes menjadi invasif. Pemanfaatan senyawa bioaktif pada rumput<br />laut dan ampas teh menjadi solusi untuk menangani P. acnes karena memiliki sifat sebagai antibakteri.<br />Tujuan penelitian adalah menentuka rasio bubur rumput laut Sargassum sp. dan E. cottonii serta ampas teh<br />dengan karakteristik produk masker wajah yang terbaik. Penelitian ini terdiri atas 3 perlakuan yaitu 1:1 ;1:2<br />; dan 2:1 untuk Sargassum sp dan E. cottonii dan dilakukan sebanyak 2 ulangan. Analisis untuk menentukan<br />rasio bubur rumput laut terbaik yaitu fitokimia, viskositas, pH, kadar air, total fenol, aktivitas antioksidan<br />dengan metode DPPH, dan uji antibakteri. rasio terbaik bubur rumput laut dengan perbandingan 2:1. Hasil<br />yang diperoleh yaitu pH 6,70+0,18, kadar air 95,83+0,01%, viskositas 6523 cp. Senyawa bioaktif di dalam<br />bubur rumput laut ini meliputi alkaloid, flavonoid, fenol, dan saponin. Senyawa bioaktif di dalam bahan<br />tambahampas teh yaitu tanin, fenol, dan steroid. Aktivitas antioksidan yaitu 145,89+0,42 ppm dan daya<br />hambat 9,62+0,04 mm,total fenol 50,43 mg GAE/g. Analisis karakteristik produk masker dari bahan baku<br />rasio terbaik yaitu daya sebar, pH, dan antibakteri. Karakteristik produk masker wajah yang diperoleh yaitu<br />pH 7,09+0,16 dan daya sebar 5 cm serta diameter daya hambat yang dihasilkan yaitu 20,85+0,02 mm.<br />Penerimaan konsumen terhadap produk melalui uji sensori berkisar antara netral sampai suka.<br /><br />
Ikan selar (Selaroides leptolepis) merupakan ikan dengan sebaran yang cukup luas dengan produksi yang melimpah serta memiliki kandungan gizi protein yang tinggi. Peptida yang berasal dari hidrolisat protein ikan mempunyai manfaat yang besar untuk pengembangan produk pangan fungsional. Penelitian ini bertujuan mendapatkan fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan dan inhibitor ACE dari hidrolisat protein ikan selar. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan fraksinasi peptida menggunakan kolom kromatografi, lalu dikarakterisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksinasi dengan kolom kromatografi filtrasi gel mendapatkan 2 fraksi, yaitu fraksi A dan B dengan IC50 berturut-turut 4.737,95 ppm dan 529,42 ppm, serta memiliki aktivitas inhibitor ACE sebesar 90,65% dan 96.61%. Peptida fraksi B lebih potensial sebagai antioksidan dan inhibitor ACE.
Rumput laut cokelat memiliki potensi menjadi bahan baku garam diet untuk hipertensi, namun terdapat permasalahan dari produk akhir garam rumput laut yaitu aroma khas rumput laut (amis) yang masih kuat. namun Bahan alami yang dapat mencegah aroma ini salah satunya adalah karbon aktif. Tujuan penelitian adalah menentukan konsentrasi karbon aktif dalam proses pembuatan garam S. polycystum dan P. minor untuk menghasilkan garam yang bisa diterima oleh masyarakat. Metode yang digunakan dengan perlakuan konsentrasi karbon aktif berbeda (0%, 0,50%, 0,75%, 1%, 1,25%, 1,50% (b/v)) pada proses pembuatan garam, uji sensori aroma dan karakterisasi garam rumput laut. Karakteristik garam meliputi kadar mineral (Mg, Fe, Ca, Na, K), rasio Na:K, kadar NaCl dan aktivitas antioksidan. Konsentrasi karbon aktif optimum garam S. polycystum 1,50% dengan karakteristik Mg 29,24 mg/g; Fe 0,15 mg/g; Ca 27,66 mg/g; rasio Na:K 0.87 mg/g; NaCl 33.87%; aktivitas antioksidan 201,0 mg/L. Konsentrasi karbon aktif optimum garam P. minor yaitu 1% dengan karakteristik Mg 39,05 mg/g; Fe 0,03 mg/g; Ca 32,28 mg/g; rasio Na:K 1,97 mg/g; NaCl 28.34% dan aktivitas antioksidan111,39 mg/L.
Brown seaweed is one of the abundant resources that grows on the reefs of Pohuwato, Gorontalo Province. This research was aimed to determine the characteristics of <em>S. polycystum</em> and <em>P. minor</em> as sources of salt for hypertensive patients. The research consisted of proximate analysis, minerals, heavy metals, extraction, phytochemicals, phenols analysis, and antioxidant activity. <em>S. polycystum, P. minor</em> had water content of 17.69-22.31%, ash 24.51-30.53%, fat 0.50-0.52%, protein 3.65-4.78%, carbohydrates 53.66-41.88 and crude fiber 3.81-6.52%. The seaweeds also contained Mg 8.89-22.41 mg/g, Fe 0.50-1.00 mg/g, K 26.90-32.71%, Na 22.23-22.69 mg/g, Ca 18.06-32.91 mg/g and ratio Na:K 0.69-0.83 mg/g. Heavy metals were detected in low levels with the content<0.002-<0.004 ppm. Ethanol extract of S. polycystum contained flavonoid, saponin, streoid, alkaloid. Meanwhile ethanol extract of <em>P. minor</em> contained flavonoid, saponin, triterpenoid, stereoid, phenol, dan alkaloid. Total phenol level of<em> S. polycystum</em> was 173.6 mg GAE/g and <em>P. minor</em> was 568.7 mg GAE/g. The antioxidant IC50 of <em>S. Polycystum</em> was 77.58 mg/L while <em>P. minor</em> was 66.38 mg/L.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.