KM Sinar Bangun IV yang mengangkut penumpang sebanyak 188 orang dan 70 unit kendaaan diberitakan tenggelam di Danau Toba pada hari Senin tanggal 18 Juni 2018. Kejadian itu diprakirakan terjadi akibat adanya kelebihan kapasitas muatan, kondisi cuaca yang buruk, dan human error. Analisis cuaca baik dalam skala global, regional, maupun lokal dilakukan untuk mengetahui kondisi cuaca saat kejadian. Analisis data citra satelit, AWS, dan ARG digunakan untuk mengetahui kondisi cuaca juga. Berdasarkan analisis streamline terdapat shearline di sekitar wilayah Sumatera Utara yang dapat memicu pertumbuhan awan cumuliform khususnya awan Cumulonimbus. Suhu permukaan laut dalam kondisi hangat yaitu berkisar 28 − 30 o C sehingga konvektifitas antara atmosfer dan lautan cukup giat. Berdasarkan analisis time series suhu puncak awan dari kanal IR dan VIS, menunjukkan adanya pertumbuhan awan konvektif di sekitar Danau Toba. Pada saat kejadian, wilayah di sekitar Danau Toba sedang terjadi hujan dimana beberapa AWS dan ARG mencatat curah hujan yang mencapai lebih dari 30 mm/hari. Kata Kunci : cuaca buruk, himawari-8, satelit.Abstract KM Sinar Bangun IV was carrying passengers about 188 people and 70 units of vehicles when it sank in Lake Toba, North Sumatra on Monday, June 18, 2018. The incident was occurred due to overcapacity, bad weather condition, and human error. Meteorological analysis on a global, regional and local scales were used to determine atmospheric dynamics at the time of the event. Meanwhile, Satellite, AWS, and ARG data were used to determine the weather condition. Streamline analysis showed the shear line pattern in Sumatra Island and convergence in North Sumatra. The condition of sea surface temperature was warm enough in the range of 28 − 30 o C. These conditions triggered for the potential of convective clouds development. Himawari-8 satellite images from IR and VIS channels showed the development of convective clouds in Lake Toba right before the event happened. AWS and ARG measurements around the Lake Toba area recorded precipitation which the value was greater than 30 mm/day.
Radar is able to provide information about extreme weather observations in the form of heavy rain, so it is important to find the level of accuracy of the radar in providing extreme weather information. So that with accurate data disaster mitigation can be done by creating an early warning system using radar data in order to minimize the impact that will occur. Comparative analysis of the estimated rainfall events on the radar with surface observation data shows a good level of accuracy, but the blankness of the data on the radar due to damage thus influences the decision making of the forecasters when providing extreme weather information quickly to the public. By knowing the radar accuracy level is quite good in estimating rain events, BMKG can provide weather information in the form of appropriate early warning so that people can anticipate extreme weather events
Hujan lebat yang terjadi di Kabupaten Garut pada tanggal 20 September 2016 mengakibatkan banjir yang menyebabkan kerugian dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Hal ini menjadi tujuan penelitian untuk menganalisis kejadian hujan lebat yang berdampak pada kejadian banjir di Kabupaten Garut dengan memanfaatkan data citra satelit.Penelitian ini memanfaatkan data interpretasi citra satelit Himawari-8 dengan metode infrared channel dan TRMM (Tropical Rainfall Measurement Mission). Pemanfaatan data citra satelit dapat menentukan gangguan cuaca yang terjadi dan estimasi intensitas curah hujan yang menyebabkan kejadian hujan lebat. Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian banjir di Kabupaten Garut disebabkan oleh hujan lebat akibat awan konvektif.
Abstrak. Banjir yang melanda sebagian wilayah di Jawa Tengah pada tanggal 18 Juni 2016 menyebabkan setidaknya 24 orang tewas, ribuan rumah rusak, dan sekitar 1.000 jiwa dievakuasi ke lokasi yang lebih aman. Bencana tersebut diakibatkan oleh hujan lebat, salah satu wilayah yang terdampak yaitu Kabupaten Banjarnegara. Fenomena tersebut dirasa perlu oleh peneliti untuk dilakukan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode interpretasi data citra satelit dengan cara mengolah data infrared channel Himawari-8 dan dibandingkan dengan data curah hujan dari pos hujan di Kabupaten Banjarnegara tanggal 16 hingga 18 Juni 2016. Dari hasil analisis akan ditentukan gangguan cuaca yang menyebabkan kejadian hujan lebat pada tanggal 18 Juni 2016. Hujan berintensitas lebat yang terjadi di wilayah Jawa Tengah disebabkan oleh akumulasi beberapa proses fisis. Berdasarkan interpretasi data citra satelit, terlihat adanya kumpulan awan Cb (Cumulonimbus) aktif dengan suhu puncak awan mencapai -80.0° C . Adanya daerah belokan angin dan daerah pertemuan angin yang secara khusus diikuti dengan perlambatan angin. Keberadaan gangguan berupa daerah bertekanan rendah yang mempengaruhi sirkulasi udara di sekitar perairan barat daya Pulau Jawa juga mendukung terjadinya pembentukan awan-awan hujan.Kata kunci : Himawari-8, banjir, hujan lebat
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.