2019
DOI: 10.22146/jfi.43775
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Identifikasi Kejadian Kecelakaan Kapal Berbasis Analisis Faktor Cuaca dan Citra Satelit (Studi Kasus Tanggal 18 Juni 2018 di Danau Toba)

Abstract: KM Sinar Bangun IV yang mengangkut penumpang sebanyak 188 orang dan 70 unit kendaaan diberitakan tenggelam di Danau Toba pada hari Senin tanggal 18 Juni 2018. Kejadian itu diprakirakan terjadi akibat adanya kelebihan kapasitas muatan, kondisi cuaca yang buruk, dan human error. Analisis cuaca baik dalam skala global, regional, maupun lokal dilakukan untuk mengetahui kondisi cuaca saat kejadian. Analisis data citra satelit, AWS, dan ARG digunakan untuk mengetahui kondisi cuaca juga. Berdasarkan analisis streamli… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2021
2021
2021
2021

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(1 citation statement)
references
References 0 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Awan Cb dapat diamati secara langsung atau dengan menggunakan penginderaan jauh seperti Satelit Cuaca. Data Satelit Cuaca dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebaran awan konvektif yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pembuatan prakiraan cuaca [4] [5]. Satelit Himawari-8 merupakan satelit Pusat Meteorologi Satelit Japan Meteorological Agency (JMA) yang mengorbit pada ketinggian 35.800 km di atas ekuator pada titik nadir 140,7° BT dan mengamati bumi dari 80° BT hingga 160° BB serta 60 ° LU hingga 60 ° LS.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Awan Cb dapat diamati secara langsung atau dengan menggunakan penginderaan jauh seperti Satelit Cuaca. Data Satelit Cuaca dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebaran awan konvektif yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pembuatan prakiraan cuaca [4] [5]. Satelit Himawari-8 merupakan satelit Pusat Meteorologi Satelit Japan Meteorological Agency (JMA) yang mengorbit pada ketinggian 35.800 km di atas ekuator pada titik nadir 140,7° BT dan mengamati bumi dari 80° BT hingga 160° BB serta 60 ° LU hingga 60 ° LS.…”
Section: Pendahuluanunclassified