Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH tersebut. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH), khususnya pada kawasan permukiman padat, Pemanfaatan RTH menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena kebanyakan RTH sudah bergeser dari fungsinya. Penelitian ini bertujuan mengetahuai apakah luas dan rencana pengembangan Ruang Terbuka Hijau sesuai aturan, dan mengetahui alternatif kebijakan yang digunakan dalam meningkatkan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Penelitian ini juga dilakukan identifikasi Ruang Terbuka Hijau yang telah ada di wilayah pemukiman padat di Kecamatan Rappocini. Kecamatan Rappocini membutuhkan RTH adalah 30% dari luas wilayah yaitu 276.9 ha dan untuk Kelurahan Ballaparang dan Bonto Makkio yang berada di Kelurahan Rappocini yaitu sebesar 15,36 ha untuk Kelurahan Ballaparang dan 6 ha untuk Kelurahan Bontomakkio Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada permukiman padat di kedua Kelurahan yang ada di Kecamatan Rappocini Kota Makassar terdapat peningkatan dilihat dari jenis RTH yang sudah ada sekarang. Terdapat RTH public seperti taman lingkungan dan juga RTH privat seperti RTH pekarangan dan taman atap.
Green building sebagai salah satu komponen dalam mendukung pembangunan rendah karbon melalui kebijakan dan program peningkatan efisiensi energi, air dan material bangunan serta peningkatan teknologi rendah karbon. Nipah Mall and Office Building merupakan bangunan multifungsi perbelanjaan, perkantoran, serta rekreasi yang pertama menerapkan konsep Green Building di Indonesia Timur, serta telah memperoleh Predikat Gold dari GBCI untuk kategori bangunan baru (new building). Penulisan ini bertujuan mengevaluasi penerapan aspek Tepat Guna Lahan (ASD) pada bangunan Mal Nipah Makassar berdasarkan greenship rating tools sebagai bangunan berkonsep Green Building pertama di Indonesia Timur. Hasil penilaian dari Aspek Tepat Guna Lahan terpenuhi dari sub kriteria area dasar hijau, pemilihan tapak, aksesibiltas komunitas, transportasi umum, fasilitas pengguna sepeda dan manajemen limpasan air hujan. Kasus studi ini memberikan rekomendasi output untuk kepatuhan Bangunan Nipah Mall Makassar memaksimalkan poin berdasarkan tolak ukur yang telah ditentukan terutama pada sub kriteria lansekap pada lahan, dan iklim mikro. Kata-kunci : Aspek Tepat Guna Lahan, green building, , greenship, rating tools.
analisis data dilakukan melalui metode kuantitatif deskriptif dengan pemberian skor terhadap ketercapaian indikator Prinsip Rumah Sehat berupa lantai dan dinding yang kering (tidak lembab), luas bukaan jendela minimal 1/9 luas ruang lantai, bukaan dapat ditembus sinar matahari, ketersediaan penerangan alami dan penerangan buatan di area ruang makan, upaya penanggulangan bahaya kebakaran pada area dapur, dinding kedap air, lubang angin, dan penerangan yang baik di kamar mandi. Juga pemberian skor terhadap ketercapaian indikator Penerapan Protokol Kesehatan berupa pemasangan media informasi 3M, penyediaan hand sanitizer, pengoptimalan sirkulasi udara dan sinar matahari, ketersediaan peralatan disinfektan, ketersediaan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan air mengalir, dan pengaturan jarak antar kursi minimal 1 meter dan tidak berhadapan. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua sampel rusunawa mahasiswa secara garis besar telah memenuhi Prinsip Rumah Sehat. Sementara, penerapan sarana Protokol Kesehatan di dalam bangunan rusunawa mahasiswa di Kota Makassar masih sangat kurang.
Persentase jumlah dan luasan ruang-ruang terbuka komunal pada perguruan tinggi di Kota Makassar masih rendah, padahal ruang terbuka komunal di lingkungan kampus sering kali digunakan untuk media komunikasi informal, penunjang kegiatan kurikuler (diskusi, mengerjakan tugas, laporan atau makalah, serta tempat menunggu jeda kuliah). Keterbatasan ruang komunal di kampus tersebut akan berakibat pada terbentuknya ruang-ruang baru secara spontan, atau menggunakan ruang tidak sesuai fungsinya, sehingga menimbulkan konflik antar ruang, karena mahasiswa cenderung keluar dari batas teritori ruang yang sudah disiapkan di dalam kampus. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan angket (daftar pertanyaan). Intensitas penggunaan ruang terbuka komunal paling tinggi ditemukan pada area Taman Infinity Bridge Kampus Unhas, Pelataran Fakultas Teknik Industri Kampus UMI, area Taman Kampus UNM, dan Pelataran Balai Sidang Kampus Unismuh. Pada keempat ruang terbuka komunal tersebut terdapat interaksi sosial yang kontinu dalam durasi 30 menit, dan pengalaman ruang yang menyenangkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya intensitas penggunaan ruang terbuka komunal pada keempat kampus di Kota Makassar, antara lain (1) Fasilitas untuk menunjang kenyamanan fisik berupa bangku taman atau tempat duduk dan gazebo, jogging track, jalur sepeda (2) View berupa danau, unsur soft scape (tanaman), atau mural (3) Kenyamanan sensory berupa ruang terbuka dengan adanya peneduh dan atap bangunan, (4) Aksesibilitas berupa pathway atau selasar yang dekat dengan ruang kuliah atau ruang tujuan berikutnya, (5) Keakraban dengan lingkungan, seperti teras masjid, selasar dan pelataran fakultas sangat dikenal oleh mahasiswa, (6) Estetika lingkungan berupa ikon tertentu yang dapat digunakan untuk berswafoto dan penataan tempat yang menarik.
UKM is small and medium enterprises, in Indonesia it is one of the strongest drivers of the people's economy. It is said to be tough because it is a business that initially started with small capital but can grow rapidly. UKM in the city of Makassar develops with the holding of Lorong Business Entity activities which are essentially for the welfare of the community. Of the many UKM that have developed in the city of Makassar, one of the existing UKM is the UKM Kerajinan Rotan which makes interior products such as tables, chairs, partitions and the like. The problem faced by the Rattan Handicraft UKM is the lack of business capital which results in a lack of production and human resources regarding product innovation so that socialization is needed to provide insight into the development of rattan handicrafts. Another problem is in terms of promotion and marketing which only uses conventional methods, namely direct purchases or only distributing to several shops in the city of Makassar. The solution offered in PKM activities is in the form of training on how to improve the design and finishing of a rattan handicraft and the like. Through this training, it is hoped that the human resources possessed will experience an increase in the skills of the second solution in terms of product marketing, namely the creation of social media that can help these rattan handicraft SMEs in terms of promotion and marketing so that they can reach consumers outside the Makassar City area. The activity is carried out in three stages, namely presentations, demonstrations, and hands-on practice by participants so that they have their own experience in marketing their handicrafts. After the activity takes place, the monitoring and evaluation process is still carried out to ensure that the results of the activities can provide benefits for partners.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.