Objective: The purpose of this study was to estimate the prevalence and risk factors for diabetic peripheral neuropathy, to evaluate the score of neuropathy, and to determine the effect of pharmacist intervention toward diabetic neuropathy (DN) patients at Gatot Soebroto Hospital, Jakarta, in 2013.Methods: An analytic research was conducted using cross-sectional approach to find out the effect of pharmacist intervention toward DN risk factors and prevalence. Toronto clinical scoring system was used to score the symptoms and physical examination results. Data about sociodemographic characters, age, duration of diabetic, blood glucose, blood pressure, cardiovascular diseases, lifestyle, body mass index (BMI), and smoking were collected. Pharmacist intervention was given to increase patient information about DN and its risks factors.Results: There were 59 respondents involved in this study. It can be found that 15.3% respondents had mild diabetic peripheral neuropathy, 1.7% had moderate diabetic peripheral neuropathy, 1.7% had severe diabetic peripheral neuropathy, and as much as 81,4% respondents had no neuropathy. There was a correlation (but not statistically significant) between diabetic peripheral neuropathy and its' risks factors such as ages, duration of diabetes, sex, cardiovascular disease (hypertension and cardiac disease), and lifestyle (smoking habit and BMI). Conclusion:Pharmacist intervention showed an increase on the patient's knowledge about DN and also a significant decrease on the patient's blood glucose level (p˂0.05).
Background: DRP (Drug-Related Problems) affects the outcome of chemotherapy treatment to cancer patients. Matters related to DRP can be prevented by a pharmacist by providing drug information to doctors or other health professionals. The objective of this study was to determine the description of DRP, type of DRP, recommendations given by pharmacists on DRPs, acceptance of the results of recommendations and analysis of factors that affect DRPs.Methods: The research method was carried out through a cross sectional study in which observational data collection was conducted concurrently. The study population was all breast cancer patients from the Division of Surgical Oncology in the period January - April 2018 as many as 228 people. The collected data consisted of dosage suitability, suitability of carrier fluid volume, patient adherence to the schedule for breast cancer patients, recommendations given by pharmacists and the results of acceptance of pharmacist recommendations.Results: Based on research findings, the incidence of DRP was 76.3%. Most problems were regarding carrier fluid volume (64.5%) and dose mismatch (30%). There was also a DRP combination of carrier fluid volume and dose of 19%. The pharmacist’s recommendation was to change the dose by 15.52%, change the carrier fluid volume by 60.92%, and change the dose and volume of the carrier fluid by 23.56%. The recommended dosage received by doctors was 13 patients (7.47%), changing the volume of carrier fluid received by doctors by 106 patients (60.92%).Conclusions: Pharmacists can prevent DRPs through providing drug information to doctors or other health professionals so that increased communication between health professionals is required.
Breast cancer is the number one cancer type discovered at women in the world. Most causes are genetic factors and hormonal factors. One cancer treatments with chemotherapy. Chemotherapy drugs active in cells dividing and reproducing, but cells normally to be affected by chemotherapy and side effects from chemotherapy drugs affect quality of life. The aim of the study to evaluate side effects of chemotherapy drugs on the quality of life of breast cancer patients. Sampling technique observational prospective breast cancer patients with completed the chemotherapy cycle from September 2017 to April 2018 with descriptive analysis and statistics by looking correlation between drug side effects and Quality of Life (QoL). Results of the study were side effects of fatigue 100%, nausea 67,5%, vomiting 60%, no appetite 63,75%, fever 42,5%, joint pain 43,75%, diarrhea 16,25%, difficulty swallowing 16,25%, allergies 5%, itching 1,25%, mouth sores 3,75%, swollen right hand 1,25%, constipation 3,75%. QoL results are physical 6,2%; psychology 5,3%; social 4,9%; spiritual 6,8%. Results of Sperman test showed no correlation between the side effects of chemotherapy and QoL P> 0,05. This study shows that there is no relationship between the side effects drug chemotherapy and QoL in breast cancer patients.
AbstrakDiabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif dengan pengobatan jangka panjang yang memerlukan pengetahuan dan manajemen diri untuk mengendalikan kadar gula darah. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pemberian booklet dan edukasi apoteker dalam peningkatan pengetahuan dan perilaku manajemen diri pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Mayapada Tangerang. Responden yang terlibat berjumlah 90 orang dan dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 mendapat booklet dan edukasi, kelompok 2 mendapat booklet saja dan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan apapun. Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) sebelum intervensi ada pada kategori terkendali buruk dan setelah intervensi tidak terjadi perubahan bermakna. Sedangkan pengetahuan dan perbaikan perilaku manajemen diri mengalami peningkatan pada kelompok 1 dan 2. Pemberian booklet disertai edukasi apoteker menyebabkan peningkatan pengetahuan (p=0,02) dan peningkatan perilaku manajemen diri (p<0,001) yang lebih besar dibandingkan pemberian booklet saja. Tidak terlihat adanya hubungan antara pengetahuan dan perilaku manajemen diri dengan kadar gula darah. Dapat disimpulkan bahwa pemberian booklet dan edukasi apoteker dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku manajemen diri pasien DM tipe 2 pada masing-masing kelompok intervensi. Namun demikian tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku manajemen diri dengan penurunan GDP. AbstractType 2 diabetes mellitus is a degenerative disease with long-term treatment that requires knowledge and self-management to control blood sugar level. The purpose of this study was to evaluate the provision of booklet and pharmacist education in improving knowledge and behavior of self-management of type 2 diabetes mellitus patient at Mayapada Hospital Tangerang. This study respondents were 90 people who were divided into 3 groups. Group 1 got booklet and education, group 2 got booklet only and control group did not get any treatment. Fasting Blood Glucose (FBG) levels before the intervention were in poorly controlled category and after intervention there was no significant change. There was an increase in the level of knowledge and self-management in group 1 and group 2. There was no significant change in FBG. Provision of booklet with education by pharmacist showed a higher increase in knowledge (p=0.02) and self management behavior (p<0.001) than provision of booklet only. There was no relationship between knowledge and self-management behavior with blood sugar levels. It could be concluded that booklet and education by pharmacist could improve knowledge and behavior of self-management of DM type 2 patients in each intervention group. However, there was no relationship between knowledge and self-management behavior with FBG.
Penyuluhan tentang antibiotika merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menambah pengetahuan tentang antibiotika dengan tujuan mengubah perilaku dalam penggunaan antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengetahuandan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah penyuluhan, dan merupakan penelitian Quasi-Experimental Nonrandomized Control Group Pretest Postest Design. Pengambilan sampel secara acak dengan teknik Cluster sampling pada Kader PKK di Kelurahan Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan. Pada kelompok perlakuan berjumlah 106 orang diberikan penyuluhan tentang antibiotika, sedangkan pada kelompok kontrol berjumlah 111 orang tidak diberikan penyuluhan. Gambaranpengetahuandan perilakudianalisismenggunakan ujidistribusiFrekuensi, perbedaanantarakelompokperlakuan dan kontroldigunakan uji Independent Sample T-test, perbedaan sebelum dan setelah penyuluhan digunakan uji paired T-test, pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan, dan perilaku digunakan uji Regresi Linear. Hasil penelitian menunjukkan gambaran pengetahuan, perilaku responden sebelum dilakukan penyuluhan antara kelompok perlakuan dan kontrol tidak berbeda bermakna. Namun, setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan persentase responden yang menjawab dengan tepat pada kelompok perlakuan. Setelah penyuluhan terjadi perbedaan bermakna pada pengetahuan dan perilaku antara kelompok perlakuan dan kontrol (P<0,001). Peningkatan nilai pengetahuan sebesar 47,2% pada kelompok perlakuan dan 1,4% pada kontrol, perilaku sebesar 29,5% pada kelompok perlakuan dan 0,7% pada kontrol. Hasil analisis regresi linier menunjukkan pengetahuan dan usia mempunyai pengaruh yang erat dengan perubahan perilaku (p<0,05). Sehingga disimpulkan semakin tinggi tingkat pengetahuan responden maka perilaku semakin baik. Namun, semakin tua usia responden perilaku semakin buruk.
Latar Belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-keduanya. Terapi obat yang aman dan efektif akan terjadi apabila pasien mempunyai pengetahuan yang cukup tentang obat-obat dan penggunaannya. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui peran farmasis dalam edukasi pasien DM dan kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol glikemik pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta. Metode Penelitian: ini merupakan penelitian ekperimental dengan pengambilan data yang dilakukan secara prospektif. Pasien dikelompokkan menjadi 3 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 20 orang yang mendapatkan edukasi oleh farmasis dengan frekuensi yang berbeda-beda, yaitu kelompok yang mendapatkan edukasi 2 kali, kelompok yang mendapatkan edukasi 3 kali, dan kelompok yang mendapatkan edukasi 4 kali. Tingkat pengetahuan pasien terhadap pengobatan diukur dengan menggunakan instrumen Medication Knowledge Assesment (MKA), sedangkan tingkat kepatuhan pasien diukur menggunakan instrumen Modified Morisky Scale (MMS). Data dianalisis secara deskriptif dan secara kuantitatif menggunakan uji T independen dan uji T berpasangan. Hasil penelitian: hasilnya menunjukan pasien kelompok 2 kali edukasi, kelompok 3 kali edukasi dan kelompok 4 kali edukasi, semuanya mengalami kenaikan pada tingkat pengetahuan dan kepatuhan. Selain itu pasien pada ketiga kelompok tersebut juga mengalami penurunan kadar Gula Darah Puasa (GDP) dan kadar Gula Darah dua jam PP (GD2JPP), namun ternyata perbedaan frekuensi pemberian edukasi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, kepatuhan dan juga kadar gula darah pasien. Penelitian menyimpulkan bahwa edukasi farmasis dapat meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pengobatan. Tidak ada korelasi antara kepatuhan pasien dan kontrol glikemik, namun ada korelasi positif antara frekuensi edukasi dan kadar glukose darah 2 jam post prandial. Simpulan: Dapat disimpulkan juga bahwa frekuensi edukasi mempengaruhi kepatuhan dan kontrol glikemik.
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis, sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat agar kadar gula darah pasien dapat terkendali serta mencegah terjadinya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penentu yang mempengaruhi kadar gula darah pada pasien DM di ruang Poliklinik Penyakit Dalam RS Bina Husada pada 2018. Sampel yang digunakan adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang dilakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu sebanyak 102 orang.Variabel indepenent yang diteliti adalah sosiodemografi pasien (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kepemilikan asuransi), aktifitas fisik, faktor biomedik (riwayat keturunan, lama menderita DM, komobiditas), dan faktor konsumsi obat (rasionalitas, pola pemberian obat dan kepatuhan mengkonsumsi obat) yang diduga mempengaruhi keterkendalian kadar gula darah. Desain penelitian menggunakan studi observasional secara retrospektif dan prospektif. Analisis data menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 102 orang pasien, terdapat 75 orang (73,5%) glukosa darahnya terkendali dan 27 orang (26,5%) glukosa darahnya tidak terkendali. Faktor yang paling dominan menentukan keterkendalian glukosa darah adalah faktor kepatuhan dengan OR 3,873, yang artinya responden yang tidak patuh dalam minum obat akan berpeluang glukosa darahnya menjadi tidak terkendali 3,9 kali dibanding responden yang patuh setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, rasionalitas dan komorbiditas.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.