Sirosis hepatis didefinisikan sebagai penyakit hati kronik yang menyebabkan proses difus pembentukan nodul dan fibrosis pada hati. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang sirosis hepatis merupakan salah satu penyakit terbanyak yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam. Tujuan penelitian ini adalah menentukan karakteristik pasien sirosis hepatis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini merupakan studi deskriptif observasional dengan menggunakan data rekam medik pasien sirosis hepatis yang dirawat di ruang rawat inap Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2013, sehingga didapatkan sampel penelitian sebanyak 304 buah. Data yang diambil yaitu tes serologi untuk hepatitis B dan hepatitis C, kadar albumin, jumlah trombosit, kadar kreatinin serum dan komplikasi sirosis hepatis. Hasil penelitian ini mendapatkan penyebab sirosis hepatis terbanyak virus hepatitis B (51,0%), kadar albumin <3,0 g/dl (71,4%), jumlah trombosit normal (48,7%), kadar kreatinin normal (76,7%), komplikasi terbanyak asites (36,3%),dan klasifikasi Child pugh terbanyak adalah Clid pugh C (60,3%). Simpulan penelitian ini adalah hepatitis B sebagai penyebab tersering, kadar albumin terbanyak adalah <3,0 g/dl, jumlah trombosit terbanyak adalah jumlah trombosit dan kadar kreatinin terbanyak adalah yang normal, asites sebagai komplikasi terbanyak dan klasifikasi terbanyak adalah Child pugh C.
Terapi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronik membutuhkan waktu yang lama, memiliki komplikasi dan membutuhkan kepatuhan pasien. Hal ini akan memberikan stressor fisiologis dan psikologis pasien yang kemudian akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik dengan diabetes melitus di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian ini adalah analitik observassional dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan tiga puluh satu responden pasien penyakit ginjal kronik dengan diabetes melitus yang menjalani hemodialisis. Data di analisis dengan uji Chi-square. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner KDQOL SF 1.3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tujuh belas pasien (54,8%) yang menjalani hemodialisis kurang dari dua belas bulan dan empat diantaranya memiliki kualitas hidup yang baik dan tiga belas lainnya memiliki kualitas hidup yang buruk. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,022 (p<0,05). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik dengan diabetes melitus.
AbstrakTrigliserida dan Kolesterol HDL (c-HDL) merupakan beberapa dari komponen Sindroma Metabolik (SM). SM dipercaya merupakan faktor utama penyebab Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD). NAFLD merupakan penyakit hati kronik yang nantinya dapat menyebabkan fibrosis sel-sel hepar dan juga keganasan. NAFLD tidak menunjukkan manifestasi klinis yang khas, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan enzim hati untuk menegakkan diagnosis. Alanine Aminotransferase (ALT) menjadi pilihan sebagai marker pada penyakit NAFLD. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara trigliserida dan c-HDL dengan ALT pada penderita NAFLD. Ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan desain retrospektif menggunakan data pasien NAFLD di instalasi rekam medik RSUP dr.M.Djamil Padang. Sampel penelitian ini adalah 51 pasien NAFLD. Hasil penelitian didapatkan dari uji korelasi pearson terdapat derajat hubungan yang kuat (r=0,512) dan hubungan yang bermakna (p<0,001) antara kadar trigliserida dengan kadar ALT serum dan derajat hubungan yang sedang (r=0,26) dan hubungan yang tidak bermakna (p=0,065) antara c-HDL dengan ALT serum. Kesimpulan penelitian ini adalah kadar ALT berhubungan dengan kadar trigliserida pada penderita NAFLD, namun tidak dengan c-HDLKata kunci: NAFLD, trigliserida, HDL, ALT, sindroma metabolik AbstractTriglyceride and HDL Cholesterol (HDL-C) are some of the Metabolic Syndrome (MS) components. MS is believed as the main factor for the Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD). NAFLD is a chronic liver disease, which later can cause hepatocyte fibrosis and also malignancy. NAFLD does not show a typical clinical appearance, so it is important to do workups such as liver enzyme test to make the diagnosis. Alanine Aminotransferase (ALT) is considered as the marker of NAFLD.The objective of this study was to determine the relationship between triglycerides and HDL-C to ALT level in NAFLD patients.This was a descriptive analytical study with retrospective design using data of NAFLD patients in the hospital medical record installation of RSUP Dr. M. Djamil Padang. The sample in this study were 51 NAFLD patients. The results obtained from Pearson correlation test was a strong correlation (r=0,512) and significant (p<0,001) between triglyceride and ALT level, and a moderate correlation (r=0,26) and insignificant (p=0,065) between HDL-C and ALT level. The conclusion is triglyceride level correlated with ALT level in patient with NAFLD.Keywords: NAFLD, triglyceride, HDL, ALT, metabolic syndromes
Gambaran Kadar Trombosit, Besar Limpa dan Kadar AlbuminSerum pada Pasien Sirosis Hati dengan Varises EsofagusVella Paraditha1, Saptino Miro2, Eti Yerizel3AbstrakVarises esofagus merupakan komplikasi sirosis hati yang didiagnosis dengan endoskopi. Pada keadaantertentu, pemeriksaan endoskopi tidak dapat dilaksanakan, sehingga diperlukan cara lain sebagai alternatif untukmenilai varises esofagus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kadar trombosit, besar limpa dan kadaralbumin serum pasien sirosis hati pada berbagai derajat varises esofagus. Penelitian ini berupa deskriptif retrospektifdengan instrumen data rekam medik pasien sirosis hati dengan varises esofagus yang telah menjalani pemeriksaanfisik, laboratorium dan endoskopi di RSUP dr. M. Djamil Padang dari Januari 2010 sampai Juli 2012. Sampel yangdidapatkan berjumlah 33 pasien. Sebagian besar pasien mengalami trombositopenia. Penurunan kadar trombosit tidakberhubungan dengan peningkatan derajat varises esofagus. Besar limpa pada sebagian besar pasien dengan varisesesofagus derajat 1, 2, maupun 3 adalah ≤ S1. Seluruh pasien mengalami hipoalbuminemia. Penurunan kadar albuminserum tidak berhubungan dengan peningkatan derajat varises esofagus. Penelitian ini menunjukkan bahwa penurunankadar trombosit dan kadar albumin serum tidak berhubungan dengan peningkatan derajat varises esofagus. Tidakterdapat perbedaan besar limpa yang signifikan antara pasien dengan varises esofagus derajat 1, 2, maupun 3.Direkomendasikan agar menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak pada penelitian selanjutnya dan data yangdigunakan sebaiknya diperoleh dari pemeriksa yang sama.Kata kunci: kadar trombosit, besar limpa, kadar albumin, derajat varises esofagusAbstractEsophageal varices is a complication in liver cirrhosis which can be diagnosed by endoscopy. However, oncertain conditions, endoscopy examination can not be performed. Another method is needed as an alternative toassess the esophageal varices. The objective of this study was to recognize platelet count, spleen size and serumalbumin level of liver cirrhosis patient in each esophageal varices degree. This is a retrospective descriptive study. Theinstruments used in this study are the medical record data of liver cirrhosis patients that have esophageal varices, whohave undergone physical, laboratory and endoscopy examinations in dr. M. Djamil Hospital Padang on January 2010-July 2012. Thirty-three patients were eligible for this study. The most of patients had thrombocytopenia. The decreasein platelet count was not related to the increase in esophageal varices degree. Spleen size in most of patients with first,second, and third degree esophageal varices was ≤ S1. All of patients had hypoalbuminemia. The decrease in albuminlevel was not related to the increase in esophageal varices degree. This study showed that the decrease in plateletcount and albumin level were not related to the increase in esophageal varices degree. There was no significantdifference in spleen size between patients with first, second, or third degree esophageal varices.Keywords: platelet count, spleen size, albumin level, esophageal varices degree
AbstrakHipersekresi asam lambung dianggap penting sebagai salah satu mekanisme patologis dispepsia fungsional. Hipersekresi asam lambung dapat meningkatkan sekresi pepsin yang dapat menimbulkan kerusakan mukosa lambung pada dispepsia fungsional. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan derajat keasaman cairan lambung dengan derajat dispepsia yang dialami pasien dispepsia fungsional. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan disain cross sectional yang dilakukan pada 35 sampel pasien dispepsia fungsional dengan teknik consecutive sampling di RSUP DR. M.Djamil Padang mulai Juli sampai Oktober 2014. Analisis data dilakukan secara komputerisasi menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan 51.4% pasien dispepsia fungsional memiliki derajat keasaman cairan lambung hyperacidity, 57.1% menderita dispepsia derajat sedang-berat, dan menunjukkan hubungan yang cukup kuat dengan tarif signifikansi (p) 0.029 (p < 0.05). Terdapat hubungan bermakna antara derajat keasaman cairan lambung dengan derajat dispepsia pada pasien dispepsia fungsional. Peningkatan derajat keasaman cairan lambung berbanding lurus dengan derajat dispepsia pada pasien dispepsia fungsional.Kata kunci: keasaman cairan lambung, derajat dispepsia, dispepsia fungsional AbstractGastric acid hypersecretion is considered important as one of the pathological mechanisms of functional dyspepsia. Gastric acid hypersecretion can increase the secretion of pepsin which can cause gastric mucosal damage in functional dyspepsia. The objective of this study was to determine the correlation of gastric juice acidity with dyspepsia level experienced by functional dyspepsia patients.This study was a analytic study with cross sectional design applied on 35 samples of functional dyspepsia patients with non-probability consecutive sampling technique at RSUP DR. M. Djamil Padang from July to October 2014. The data were computerized analyzed using chi-square test. The results showed 51.4% of patients with functional dyspepsia had hyperacidity gastric juice, 57.1% had moderate-to-severe dyspepsia level, and show a strong enough correlation with the rate of significance 0.029 (p < 0.05).There was a significant correlation between the gastric juice acidity with dyspepsia level of functional dyspepsia patients. Increase of gastric juice acidity is proportional to the dyspepsia level in functional dyspepsia patients.Keywords::gastric juice acidity, dyspepsia level, functional dyspepsia
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.