One of the basic attitudes a child must have to be a good and righteous man is to have good moral and religious attitudes and behaviors in behaving like God's people, family members, and community members. Early Childhood Age is the best time for teachers of Early Childhood Education (PAUD) to lay the foundations of moral and religious education to the. Although the role of parents is enormous in establishing the moral and religious foundations of their children, the role of the early childhood teacher is not small in laying down the moral and religious grounds for a child, since usually, the early child tends to follow his teacher's instructions. Therefore, an early childhood teacher should always try in various ways in order to guide early childhood to have a good personality, which is based on moral and religious values. With the foundation of moral and religious education to children of early childhood, an early childhood can learn to distinguish good and bad behavior, right and wrong, and accustomed to run the teachings of religion in accordance with the level of growth and development. Educating PAUD children with good moral and religious education is not an easy task, therefore PAUD teachers should always improve their insight, understanding, and skills related to the development of morals and religion of children in early childhood.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru terhadap pembelajaran jarak jauh. Tujuan dari penelitian ini untuk memaparkan informasi terkait persepsi guru mengenai tantangan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di rumah akibat dampak dari pandemi menggunakan WA grup dalam pembelajaran jarak jauh dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini di dasari dengan sulitnya mencari data lapangan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Informan terdiri dari 9 orang guru yang mana terdiri dari SDN 023 Muara Mahat Baru, SDN 012 langgini dan SDN 018 Langgini. Hasil dari penelitian ini mengunggkapkan bahwa kurang memadainya sarana dan prasarana, kurang maksimalnya penyampaian materi, beban pembelian kuota internet, koneksi internet yang kadang menjadi lamban, gaya belajar yang cendrung visual, peseeta didik malas dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, kurang leluasanya guru dalam mengontrol kegiatan peserta didik, serta materi yang disampaikan guru tidak sepenuhnya di kerjakan oleh peserta didik. Hambatan yang dialami oleh guru dalam pembelajaran jarak jauh adalah sulit mengontrol peserta didik disaat pembelajaran dilakukan tidak dengan tatap muka, sulit memahami perkembangan peserta didik dan peserta didik yang tidak memiliki hp terkadang tidak mengumpulkan tugas yang diberikan guru. Keunggulan dalam pembelajaran jarak jauh yaitu tidak ada sama sekali, karena guru berpendapat bahwa pembelajaran jarak jauh tidak memiliki keunggulan melainkan pembelajaran jarak jauh merugikan orang tua dan peserta didik. Peserta didik lebih sering malas-malasan dalam belajar maupun mengerjakan tugas yang diberikan. Dari 9 hasil wawancara yang didapat oleh peneliti adalah guru kesulitan dalam menyampaikan materi kepada peserta didik karena pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka sehingga guru tidak tahu sampai mana pemahaman peserta didik. Pembelajaran jarak jauh yang dilakukan tidak efektif karena sulit bagi guru karna sebelumnya belum pernah melakukan pembelajaran jarak jauh
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 mengisyaratkan penggunaan pendekatan tematik dalam pembelajaran kelas 1 sampai kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Bahkan dewasa ini pasca diberlakukannya Kurikulum 2013, pendekatan tematik wajib diimplementasikan dari kelas 1 sampai kelas 6 pada proses pembelajaran. Adalah menjadi hal yang penting bagi guru SD untuk dapat melaksanakan pendekatan tematik sebagai tanggung jawab profesi. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis pemahaman guru SD tentang pendekatan tematik, 2) mendapatkan profil kemampuan guru SD dalam melaksanakan pendekatan tematik, dan 3) mengetahui hambatan-hambatan guru dalam mengimplementasikan pendekatan tematik di SD. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian guru kelas 1 sampai kelas 3 di lima SD Kecamatan Bangkinang Kota. Data dikumpulkan dengan observasi dan wawancara. Triangulasi dilakukan melalui focus group discussion antara peneliti, guru, dan kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara konsep guru memahami pendekatan tematik dengan baik, namun pada pelaksanaannya 6 dari 9 orang guru yang diteliti tidak melaksanakan pendekatan tematik dalam pembelajaran. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa sebagian besar guru mengalami kendala dalam mengimplementasikan pendekatan tematik pada proses pembelajaran
Tujuan artikel ini untuk mendeskripsikan secara konseptual kurikulum prototipe yang akan diterapkan pada tahun ajaran 2022/2023. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi pustaka dengan metode deskriptif. Tujuannya untuk mendeskripsikan hasil temuan pustaka yang diambil dari artikel, web, steaming youtube terkait dengan topik yang dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mempersiapkan kondisi zaman, maka pendidikan harus terus bergerak secara dinamis mengedepankan sikap proaktif dalam menghadapi perubahan secara progresif dan transformatif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kurikulum prototipe merupakan salah satu upaya transformasi pendidikan di Indonesia. Arah pengembangan kurikulum prototipe memiliki khas yang menjadi pendukung dalam upaya pemulihan belajar. Kurikulum Prototipe yang akan diterapkan oleh Kemendikbud-Ristek pada tahun ajaran 2022/2023 memiliki tujuan yang sangat baik yaitu menginginkan pembelajaran lebih aktif dan adaptif dengan memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk menjalankan proses pembelajaran yang berorientasi pada proyek pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut maka dukungan dan kerjakeras dari berbagai pihak sangat dibutuhkan guna mewujudkan pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi dan lebih maju lagi.
This study was designed to investigate (1) the difficulties faced by EFL university students with section two of the ITP, and (2) whether part A or part B was more difficult for them and why. A number of 26 students from two different universities, Syiah Kuala University and the State Islamic University Ar-Raniry were the samples for the test. The data was obtained from a multiple choice questionnaire test consisting of 46 questions, each with 4 answers to choose from. The results showed that inversions (12%), subject-verb agreements (10%), adverb clause connectors (7%), passives (6%), reduced adjective clauses (5%), parallel structures (5%) and use of verbs (5%) were the most difficult questions for the students. Furthermore, they felt that part B was more difficult than part A, as finding an error in a sentence was harder than completing a sentence from a multiple choice. Furthermore, the length of questions in part A did not affect the amount of time the students spent to complete part A and did not cause them to panic. Also, unfamiliar words in part A were not regarded as a problem by the students. Hence, TOEFL teachers and trainers are highly encouraged to pay more attention to doing study exercises for the seven topics with the highest percentages above in part A and also to more practice for part B.
AbstrakPenelitian ini berawal dari temuan bahwa anak-anak pada Kelompok Bermain Tuanku Tambusai cenderung mengalami hambatan dalam perkembangan sosial emosionalnya. Pada observasi yang dilakukan terlihat anak belum bersedia bermain dengan teman sebaya dalam satu kelompok, anak masih menunjukkan sikap ego atau menang sendiri, anak tidak dapat menjalin kerja sama antar anggota kelompoknya, masih menunjukkan sikap saling berebut dalam bermain, dan anak tidak bertanggung jawab dalam melakukan tugasnya. Berdasarkan temuan tersebut peneliti bermaksud untuk mengembangkan kemampuan sosial emosional anak dengan penerapan permainan kolaboratif. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan. Metode dilakukan dengan menggunakan siklus model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari 4 tahap (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi).Data perkembangan sosial emosional anak dalam pembelajaran diperoleh dari observasi dan dokumentasi yang dianalisis dengan persentase. Penelitian dilakukan dua siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan melalui permainan kolaboratif dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional pada anak-anak Kelompok Bermain Tuanku Tambusai. Kata Kunci: kemampuan sosial emosional, permainan kolaboratif, kelompok bermain. AbstractThis research begins with the finding that children in the Tuanku Tambusai Play Group tend to experience obstacles in their emotional-social development. On observations made do not look like children are willing to play with peers in one group, the child still shows ego or self-winding attitude, the child can not cooperate with members of his group, still shows the attitude of competing in the play, and the child is not responsible for doing According to the findings, the researcher intends to develop children's emotional social abilities with the application of collaborative games. The research method used is action research. Methods were performed using Kemmis and Taggart's model cycles consisting of 4 stages (planning, action, observation, and reflection). The child's emotional social developmental data in learning was obtained from observations and documentation analyzed by percentage. Research conducted two cycles, each cycle is implemented in three meetings. The results show through collaborative games can improve emotional-social development in children Tuanku Tambusai Play Group.
Penelitian ini berawal dari kenyataan bahwa banyak siswa kelas IV SD kesulitan memahami pecahan, terutama pada pembelajaran penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama. Hal ini disebabkan karena guru tidak memberikan pembelajaran pecahan secara realistis yang sesuai dengan situasi konkrit siswa. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan pendekatan RME. RME merupakan salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengalaman sehari-hari. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan tes. Data dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh Miles & Huberman yang terdiri dari reduksi data, peyajian data dan kesimpulan. Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran pecahan berpenyebut tidak sama dengan pendekatan RME pada setiap siklus dapat terlihat dari nilai rata-rata 74,58 dengan persentase ketuntasan belajar 83,33%pada siklus I dan nilai rata-rata 86,25 dengan persentase ketuntasan belajar 100% pada siklus II. Jadi, pembelajaran operasi penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama dengan pendekatan RME dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 018 Bangkinang Kota
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran sosial, pembelajaran IPS yang dilakukan cenderung membosankan, dan orientasi pada kemampuan guru untuk hanya mengajarkan pengetahuan yang tidak pada kemampuan analisis, sintesis, dan kreatif. Berdasarkan latar belakang ini, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam studi sosial. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V di SDN 018 LangginiBangkinang Kota. Solusinya mengukur penerapan metode yang digunakan adalah Mind Mapping. Berdasarkan hasil survei terungkap bahwa penggunaan metode Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif di kelas V SDN 018 LangginiBangkinang Kota. Persentase pencapaian dari proses pembelajaran penerapan siklus pertama adalah 81%, sedangkan pada siklus kedua meningkat menjadi 100%. Nilai rata-rata siswa pretest pada siklus pertama adalah 52 hingga 25% siswa dalam kategori GOOD, dan siklus kedua meningkat menjadi 78 dengan 70% siswa dalam kategori GOOD, sedangkan nilai rata-rata hasil post-test dari siswa pada siklus pertama adalah 56 hingga 35% siswa dalam kategori BAIK, dan siklus kedua meningkat menjadi 80 dengan 80% siswa dalam kategori BAIK.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.