Diseases of coral reef organisms have become a global threat to coral reefs and a major cause of reef deterioration. The presence of coral diseases influence marine resources productivity that interact with coral reefs. The purpose of this research is to identify coral disease types and prevalence which include coral health compromiser. Data collection was done by using 40 m2 belt transects at three observation stations. The result showed that the White Syndrome (WS), Bleaching, Ulcerative White Spot (UWS), Skeleton Eroding Band (SEB), White Patch (WP), and Non Focal Bleaching were found at research sites, while the coral health compromisers were Sediment damage, fish bite, invertebrate galls, flatworm infestation, and pigmentation response. In addition disease of White Syndrome (WS), Bleaching, and Ulcerative White Spot (UWS) were the main disease with prevalence of disease is approximately 4%, while the others were lower than 1%. Overall the prevalence of diseases (14,52%) is higher than compromise health (13,98%). A total of 186 coral colonies observed with 27 colonies were affected by diseases. Meanwhile, the waters quality (salinity, pH, and nitrate) were below the threshold quality standards for marine aquatic animal and not supported of coral organism was presume organisms against pathogens bacterial. Although the prevalence of coral disease is still in normal condition but the decrease of water quality can lead the risk. Good management is required from local government to improve the water quality especially from terrestrial impact.
Terumbu karang merupakan ekosistem yang subur dan kaya akan makanan. Megabentos merupakan salah satu komunitas hewan bentik yang berasosiasi dengan terumbu karang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kepadatan megabentos (bulu babi, bintang laut, teripang, lola, kima, lobster, siput drupella, dan bintang laut berduri), mengetahui kelimpahan relatif karang hidup serta hubungan kelimpahan relatif karang hidup dengan kepadatan megabentos di Perairan Waworaha Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengambilan data kondisi karang dan fauna megabentos dilakukan dengan menggunakan metode Belt Transect yang ditarik sejajar garis pantai dengan luasan 350 m². Hasil penelitian yang didapatkan pada tiap stasiun adalah persentase kelimpahan relatif karang hidup di perairan waworaha termasuk tinggi dengan rata-rata persentase kelimpahan relatif karang hidup sebesar 70,28%. Nilai rata-rata kepadatan megabentos adalah 0,070 ind/m² dengan kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu 0,096 ind/m², dan kepadatan megabentos terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,030 ind/m². Perhitungan nilai hubungan kelimpahan relatif karang hidup dengan kepadatan megabentos didapatkan nilai r sebesar 0.929 bernilai positif yang artinya kelimpahan relatif karang hidup dan kepadatan megabentos memiliki hubungan yang sangat kuat.Kata kunci: Karang, Kepadatan, Megabentos, Waworaha
The consequence of tourist village is the community's psychology and environmental carrying capacity. Good strategy will be able to realize the welfare of the village community. The purpose of this study is to make a tourism development strategy in the Namu Village. Methods of data collection using sampling techniques through interviews and questionnaires with a total samples of 70 respondents. Characteristics of tourism conditions and potential are analyzed by supply-demand. While demand analysis is used to recognize the pattern of visitor demand. Both of these analyzes are used as reference materials for development strategies by strengths, weaknesses, opportunities, and threats SWOT analyzed. Furthermore, based on the Internal Factor Analysis Summary (IFAS), the beauty of Namu and the waterfall become the main attraction for tourist destination. On the other side the disadvantage is the unpreparedness of the Namu village community make them not enough in economically. External Factor Analysis Summary (EFAS), partisanship of the government enable for Namu to be developing in marine tourism. However the threats was come from outside investor which can reduce the role of the community to improve their economy. Based on the analysis of IFAS and EFAS, the Namu Village's tourism development strategy is to improve the quality of tourism objects, increasing the role of the government, looking for investors especially in the transportation sector, improve community capacity. For instance manufacture of fishery products, souvenirs, and culinary. Finally safeguard ecosystems through waste management
Karang lunak merupakan salah satu jenis biota laut yang menjanjikan di bidang farmakologis. Selain itu, bentuknya yang menarik dan warnanya yang indah dapat dijadikan sebagai karang hias aquarium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, kepadatan, dan potensi karang lunak. Pengambilan data karang lunak dilakukan pada Bulan Maret 2019 di Perairan Desa Buton. Metode pengambilan data karang lunak dilakukan pada 3 stasiun yang berlokasi di zona reef flat dan reef slope. Data karang lunak diperoleh dengan metode belt transect dengan luas area pengamatan 120 m2. Potensi karang lunak dianalisis secara deskriptif dengan mencocokkan jenis soft coral yang ditemukan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman karang lunak yang ditemukan terdiri dari 6 famili, 10 genera, 14 jenis, dan 192 individu. Genera yang dominan ditemukan meliputi Sarcophyton, Sinularia, Isis, dan Klyxum. Kepadatan karang lunak yang diperoleh berkisar 0,342-0,683 ind./m2 dengan kepadatan tertinggi terdapat di zona reef slope Semua jenis karang lunak yang ditemukan di lokasi penelitian berpotensi di bidang farmakologis dan karang hias. Potensi terbesar adalah sebagai anti tumor, anti bakteri, dan karang hias aquarium. Diperlukan penelitian lebih lanjut potensi karang lunak khususnya dari aspek mikrobiologi untuk melihat senyawa bioaktifnya.Kata Kunci: karang lunak, keanekaragaman, kepadatan, potensi, Perairan Desa Buton
Rekruitmen karang merupakan bagian penting dalam proses pemulihan terumbu karang di perairan. Tingkat rekruitmen karang diketahui sebagai salah satu mekanisme kunci yang memungkinkan terumbu karang melakukan pemulihan setelah terjadinya gangguan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan rekruitmen karang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2017 pada 4 (empat) titik stasiun penelitian. Pengambilan data rekruitmen karang dilakukan dengan metode transek kuadrat 1x1 m sebanyak 5 (lima) kali ulangan mengunakan alat bantu SCUBA. Terumbu karang yang diamati adalah karang muda yang berukuran dengan panjang maksimal 5 cm atau disebut karang muda. Hasil Penelitian menunjukan bahwa rata-rata kelimpahan rekruitmen karang di lokasi penelitian secara umum sebesar 2,1 koloni/m². Kelimpahan terendah adalah 0,35 koloni/m² terdapat pada stasiun I dan tertinggi adalah 2,6 koloni/m² terdapat pada stasiun IV. Adanya perbedaan kelimpahan tersebut dikarenakan karakteristik habitat dan substrat dasar perairan pada tiap lokasi penelitian yang berbeda. Rekruitmen karang paling banyak dijumpai pada substrat rubble atau pecahan karang mati, tipe substrat ini terdapat pada stasiun II dan stasiun IV. Pecahan karang mati menjadi habitat paling cocok untuk pertumbuhan koloni baru, karena menyediakan biofilm dan perlindungan dari predator serta kondisi yang ekstrem.Kata kunci : Karang Muda, Pulau Hari, Rekruitmen.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.