This study aims to determine the level of bioaccumulation of heavy metals in shellfish in the western region of Batam Island. Batam is an area with a high potency of heavy metal pollution due to the high level of activity on the board. This research was conducted at five sampling locations. The samples in this study were species of Anadara sp, Perna viridis and Crassostrea gigas. Heavy metals released are cadmium (Cd), lead (Pb) and copper (Cu). The analysis of heavy metal was carried out using Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Based on the calculation results obtained by the bioconcentration factor (BCF) of heavy metals in Anadara sp, Perna viridis and Crassostrea gigas. Bioconcentration of metals in water medium obtained Pb> Cu> Cd respectively, with the BCFs of Pb and Cu at the high category, and Cd is not detected. Whereas for Anadara sp in the sedimentary medium obtained the BCFs of Cu> Cd> Pb respectively, with low category for all metals. Next, for Perna viridis and Crassostrea gigas species, the BCF was obtained as follows: Cd> Pb> Cu, with the categories of BCF is also relatively low.
Analysis of length-weight relationships, patterns of growth, and knowing fish consumption factors in various places are very important for better fisheries management. This study aims to analyze the length-weight relationship, growth patterns and condition factors, mullet fish (Mugilidae) caught in the waters of Panjang Island, Galang District, Batam City, during May-June 2019. The length-weight relationships were analyzed using the Linear Allometric Model (LAM) method. The condition of fish in the wild is determined by the analysis of relative weight conditions (Wr) and Fulton (K) conditions. Found 3 species of mullets namely L. tade, L.vaigiensis, and C. crenilabis. The lengthweight relationship of L. tade has the equation W = 0.0147L2,882, L. vaigiensis has the equation W = 0.0104L3,079, and C. crenilabis has the equation W = 0.0253L2.703. L. tade and C. crenilabis species have negative allometric growth patterns with exponents 'b' <3, 2.882 and 2.703. Whereas L.vaigiensis has positive allometric growth with an exponent value of 'b'> 3 (3,079). Based on the coefficient of determination (R2) all species show a close relationship between weight gain and fish length. The condition factor value indicates the environment is in good condition.
This study aims to analyze the aspect length of weight relationship, growth pattern, and sex ratio of Dog conch. This research was conducted in May-August 2018. The samples were collected from three locations (stations) which became the main of catching the Dog conch in Kota Batam, namely, Jaloh Island, Kangkung Bay, and Terong Island. A total of 377 individuals (162 males and 215 females) S. canarium were collected from three research stations. The value of the length-weight relationship for females, males, dan blended, at the respective station, are Jaloh Island, W=0,000142L 2,924 , R²= 0.555 (female), W=0,00049L 2,610 , R²= 0.566 (male), and W=0,000165L 2,881 , with a value of R²= 0.572 (blanded); Kangkung Bay, W=0,0850L 1,275 , R²= 0.325 (female), 0,00000511L 3,185 , R²= 0.776 (male), and W=0,0384L 1,480 , with R² = 0.374 (blended); As well as Terong Island, W=1,227L 0,746 , R²= 0.180 (female), W=0,00139L 2,385 , R²= 0.714 (male) and W=0,118L 1,305 with R²= 0.355 (blended). The pattern of growth of Dog conch is negative allometric (b<3) where long growth is faster than weight gain, except male Dog conch in Kangkung Bay, has a coefficient (b>3) has a positive allometric growth pattern, where weight gain is faster than long increments. The sex ratio of Dog conch on Jaloh Island and Terong Island is balanced, while in Kangkung Bay it is not balanced. Overall the sex ratio in the study location is not balanced with a ratio of 1: 1.33 with the expectation frequency (Ei) of 188.8.
Abstract. The objective of the present study was to analyze the metal content of copper and lead in Enhalus accoroides PendahuluanPerairan barat pulau Batam dipengaruhi oleh aktivitas industri perkapalan (shipyard), pelabuhan, perhotelan dan limbah domestik dan diduga telah memberikan cemaran pada perairan khususnya logam berat. Cemaran logam berat yang sering terjadi di perairan terbuka berkaitan dengan aktivitas industri, pertanian, perkebunan, dan limbah domestik (Sarong et al., 2013;Rochyatun et al., 2006). Logam berat merupakan polutan yang berbahaya karena bersifat racun (Annibaldi et al., 2015; El-Nemr et al., 2012) dan sulit terurai (El-Nemr et al., 2016). Selain itu, jika organisme laut terkontaminasi logam berat dapat menyebabkan logam tersebut berpindah ke tingkat tropik yang lebih tinggi dan dapat memasuki rantai makanan manusia melalui makanan laut yang terkontaminasi tersebut (Annibaldi et al., 2015).Peningkatan kadar logam berat akan mempengaruhi kehidupan organisme laut dimana logam berat pada kadar rendah yang sebelumnya dibutuhkan untuk proses metabolisme berubah menjadi racun. Hal ini berkaitan dengan sifat logam berat yaitu sulit terurai sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (Ika dan Said, 2011). Faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi akumulasi logam berat
Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Telaga Punggur adalah TPA yang berlokasi di Kota Batam dengan luas lahan 47 Ha, lokasinya berbatasan langsung dengan perairan pesisir. Setiap harinya 700-800 ton volume sampah diterima TPA dan dihasilkan 25-30 ton air lindi. Aktivitas di TPA Telaga Punggur tersebut (bersama dengan aktivitas-aktivitas lain di daerah Punggur) menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas lingkungan di perairan pesisir sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kualitas lingkungan perairan pesisir sekitar TPA Punggur dilihat dari struktur komunitas makrozoobenthos. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2013. Dalam penelitian ini ditetapkan 2 stasiun sampling yang masing-masing terdiri dari 4 plot sampling. Stasiun I di perairan yang berbatasan langsung dengan TPA Telaga Punggur dan Stasiun II berjarak 1 km dari Stasiun I. Untuk melihat perbedaan antara Stasiun I dan Stasiun II digunakan Uji T dan Uji Man-Whitney. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa ada 11 jenis makrozoobenthos di Stasiun I dan 18 jenis makrozoobenthos di Stasiun II. Secara umum Stasiun I didominasi oleh Kelas Olygochaeta yang bersidat toleran, sedangkan Stasiun II didominasi oleh Kelas Gastropoda yang bersifat fakultatif. Indeks keanekaragaman antara Stasiun I dan II nilainya tidak jauh berbeda, dimana nilai indeks berkategori sedang, yang artinya kondisi perairan tercemar ringan. Berdasarkan analisis Kurva ABC didapatkan bahwa kondisi perairan di Stasiun I dan Stasiun II tidak terganggu. Secara umum kualitas air di Stasiun I dan II tidak jauh berbeda, dimana parameter pH, salinitas, TSS, dan suhu masing sesuai dengan baku mutu untuk biota laut pada ekosistem mangrove, namun kandungan DO rendah. Nilai DO yang rendah menunjukan banyaknya bahan organik pada masing-masing stasiun.
AbstrakTransplantasi karang adalah salah satu upaya rehabilitasi yang dapat diterapkan untuk mempercepat proses pemulihan terumbu karang pada habitat alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan laju pertumbuhan karang jenis Montipora tuberculosa yang berasal dari induk transplantasi dan induk dari alam. Data penelitian diambil dari 32 fragmen yang dijadikan sampel dengan ukuran 5-9 cm pada awal penelitian. Fragmen karang diletakkan pada meja semai yang terbuat dari blok beton berbentuk meja pada kedalaman 3 meter. Pengukuran dan pengamatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup fragmen dilakukan 2 bulan setelah penyemaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis karang Montiporatuberculosa sumber induk transplantasi memiliki pertumbuhan mutlak sebesar 12.93 mm untuk lebar dan 5.41 mm untuk tinggi. Laju pertumbuhan mencapai 6.49 mm untuk lebar dan 2.71 mm/2bulan untuk tinggi, dan tingkat kelangsungan hidup 78.13%. Sedangkan, M.tuberculosa sumber induk dari alam memiliki pertumbuhan mutlak sebesar 17.66 mm untuk lebar dan 6.49 mm untuk tinggi. Laju pertumbuhan mencapai 8.83 mm untuk lebar dan 3.24 mm/2 bulan untuk tinggi, dan tingkat kelangsungan hidup 93.75%. Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup sumber induk alam memiliki laju pertumbuhan lebih baik dibandingkan sumber induk dari transplantasi. AbstractCoral transplantation is one of the rehabilitation efforts that can be applied to accelerate the process of restoring coral reefs to natural habitats. This aim of this study is to determine the differences of the growth rate of Montipora tuberculosa species, which come from stem transplants and from nature. The research data was taken from 32 fragments which were sampled in sizes 5-9 cm at the beginning of the study. Coral fragments are placed on a seedling table made of table-shaped concrete blocks at a depth of 3 meters. Measurements and observations of growth and survival of coral fragment were carried out 2 months after seeding. The results showed that the type of Montipora tuberculosa source of the transplanted parent had absolute growth of 12.93 mm for width and 5.41 mm for height. The growth rate reached 6.49 mm for width and 2.71 mm/2 months for height, and the survival rate was 78.13%. Whereas, M. tuberculosis from natural sources has absolute growth of 17.66 mm for width and 6.49 mm for height. The growth rate reached 8.83 mm for width and 3.24 mm/2 months for height, and the survival rate was 93.75%. The growth rate of natural parent sources has a better growth rate than the parent source of transplant. PENDAHULUANTerumbu karang merupakan ekosistem yang dibangun oleh biota laut penghasil kapur, terutama oleh hewan karang, bersama-sama dengan biota lain yang hidup di dasar laut maupun kolom air. Hewan karang, yang merupakan penyusun utama terumbu karang, terdiri https://journal.unrika.ac.id/index.php/simbiosajournal 18 pertumbuhan mencapai 8.83 mm/ 2 bulan untuk lebar, dan 3.24 mm/2 bulan untuk tinggi, serta pertumbuhan mutlak mencapai 17.66 mm untuk lebar, dan 6.49 mm untuk...
Bidara Laut Plant, Ximenia americana L., is one of coastal vegetation that potentials to be expanded as various healthy drink innovative products and gives a promises to be expanded in the future due to its health benefits and has never been produced. The activity was conducted at Sarang and Mecan Islands, Sekanak Raya sub-district, Belakang Padang district, Batam, in companion with Sarang and Mecan “Kompang” Conservation group. The Activity was started from May up to October 2018. Implementation methods were counseling, training and production practices, demonstration plots, strengthening management and business development through Focus Group Discussion (FGD). This activity has succeeded in improving partner communities’ skills in making processed beverages and meals made of Bidara Laut and mangroves fruits. It was a new knowledge for the community in sustainable usage and environmental conservation, especially mangrove resources. Processed innovations types which produced were Bidara Syrup, Bidara Pudot, Bidara Fresh Drinks, Jeruju Stick, Jeruju Layer Cakes, and Komojo Sponge cake, which all these processed mangrove and Bidara products have own exclusivity and beneficial to health. For their sustainability guarantee, mangrove seedling and Bidar Laut X. americana farming were created together with partner community.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 01 September – 30 November 2016 yang bertempat di Bagian Ikan Hias dan Kekerangan Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, Kota Batam – Kepulauan Riau. Benih ikan hias Nemo dipelihara dalam wadah aquarium dengan volume 25 liter sebanyak 3 buah. Selama pemeliharaan benih ikan Nemo diberikan pakan pelet pada aquarium A, pakan mix : pellet dan cacing sutera pada aquarium B dan pemberian cacing sutera 100 % pada aquarium C. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore. Pakan diberikan hingga ikan kenyang. Benih ikan hias nemo dipelihara selama kurang lebih dua bulan. Sebagai hasil diharapkan akan diperoleh data berupa pertumbuhan serta kualitas air selama kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 40 hari pemeliharaan dan 5 kali sampling didapatkan pertumbuhan berat mutlak paling besar adalah aquarium A yaitu 0,472 gram sedangkan aquarium C tidak dapat dihitung karena berat akhir ikan lebih ringan dari pada berat awal, hal ini selaras dengan SGR (pertumbuhan harian) aquarium A paling cepat pertumbuhannya yaitu 0,012 gram per hari sedangkan aquarium C tidak dapat dihitung. Untuk pertambahan panjang mutlak ikan nemo pada aquarium A paling panjang yaitu 0,82 cm dan yang paling rendah yaitu aquarium B dengan panjang 0,66 cm.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.