Teknologi informasi merupakan faktor penting dalam proses pelayanan BK. Adanya pemanfaatan teknologi informasi diharapkan dapat mendorong guru BK/konselor untuk lebih kreatif, inovatif, variatif dalam mencari informasi terbaru dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu, teknologi hasus dimanfaatkan dengan sebaik dan seoptimal mungkin oleh guru BK/konselor agar pelayanan yang diberikan bisa memberikan hasil yang optimal. Agar teknologi bisa dimanfaatkan secara optimal maka tidak akan terlepas dari kemauan, pengetahuan, dan keterampilan guru BK/konselor dalam memanfatkannya untuk proses pelayanan. Guru BK/konselor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan maka akan cenderung memanfatkan teknologi informasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kata Kunci: Teknologi informasi, guru, bimbingan dan konseling.
PENDAHULUANKesuksesan individu dalam karier tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki siswa secara optimal agar menjadi individu yang berkualitas, mempunyai kapabilitas tinggi, memiliki keunggulan kompetitif dalam kehidupan global, serta memberikan pengetahuan dan keterampilan sebagai persiapan untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Berbicara tentang masa depan pada umumnya berorientasi pada karier atau pekerjaan. Yusuf (2002:58) mengungkapkan pendidikan merupakan pre-occupation, dimana pendidikan adalah awal penentuan karier seseorang. Pendidikan juga merupakan unsur utama dari usaha seseorang dalam membina, mematangkan persiapan pilihan jenis karier serta menyusun rencana karier tertentu. Karier sangat berkaitan dengan perkembangan personal seseorang dan menjadi bagian penting dalam kesuksesan hidup.Aspirasi merupakan salah satu aspek yang ada pada diri individu yang dapat mempengaruhi kehidupan. Aspirasi merupakan tujuan atau performansi, prestasi, yang dicanangkan seseorang pada dirinya sendiri dan dijadikan sebagai salah satu pendorong berbuat atau bertingkah laku. Sedangkan aspirasi karier adalah
<p><em>Kondisi penyimpangan orientasi seksual merupakan kondisi individu yang tidak muncul dalam unifaktor, dengan kata lain kondisi tersebut berkembang akibat dari berbagai faktor dalam rentang kehidupan individu. Kondisi penyimpangan orientasi seksual yang saat ini populer dengan LGBTQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Queer) merupakan fenomena yang selalu muncul dalam setiap komunitas masyarakat yang dalam beberapa tahun ini hak dan kekebasannya tengah lantang disuarakan oleh beberapa negara maju. Hal ini tentu saja menimbulkan permasalahan dan polemik dalam dimensi kehidupan, tak terkecuali dalam kehidupan klien. Konselor sebagai pekerja sosial yang dapat bersentuhan langsung dengan kondisi ini merupakan pihak yang hendaknya memiliki langkah konkrit dalam penanganannya, baik langkah preventif maupun langkah kuratif melalui pelayanan konseling dan psikoterapi. Sudut pandang konseling dan psikoterapi dalam penanganan permasalahan ini merupakan salah satu titik kunci yang dapat dijadikan pendekatan awal. Selain itu, langkah konkrit dalam pelayanan konseling diharapkan mampu menjadi jalan keluar bagi klien untuk berkehidupan yang membahagiakan, mandiri dan memiliki pengendalian diri. </em></p>
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis self adjustment pada mahasiswa dan menguji perbedaan self adjustment mahasiswa kelas internasional. Populasi dalam penelitian ini adalah 212 mahasiswa kelas internasional Universitas Negeri Padang, dengan menggunakan total sampling yaitu menggunakan seluruh mahasiswa kelas internasional. Metode penelitian menggunakan deskriptif komparatif. Instrumen yang digunakan adalah “Inventory Self Adjustment Puji and Verlanda” (ISAPUVE) dengan reliabilitas 0,80. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan self adjustment mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kelas internasional di Universitas Negeri Padang. Diharapkan UPBK (Unit Layanan Bimbingan dan Konseling) Universitas Negeri Padang memfasilitasi mahasiswa untuk dapat menekan self adjustment yang rendah melalui layanan yang tersedia di UPBK.
This research was conducted from the factors inhibiting the implementation of the guidance and counseling program evaluation by teachers and guidance counseling. The research objective was to describe factors inhibiting the implementation of the guidance and counseling program evaluation by teachers guidance and counseling. This research is a quantitative descriptive. The population the guidance and counseling teachers amounting 89 people. Also 30 teachers there were chosen by random sampling cluster. The instrument used in this study was a questionnaire. The data obtained were analyzed by using descriptive statistic. The results of this study revealed that: 1) A total of 31.1% of teacher’s guidance and counseling experiencing barriers to internal factor guidance and counseling program evaluation. 2) A total of 28.4% of teacher’s guidance and counseling experiencing barriers to external factors guidance and counseling program evaluation.
The various Tengger traditional arts, especially Sodoran dance, contain positive values about life. It is said so due to its performance that symbolically tells about the life cycle, portraying from where the life comes from-how to live the life-and where life is going to end. This dance is potential to be used as a means of intromission education. Therefore, this study aims to comprehensively describe Sodoran to sharpen understanding and strengthen knowledge for the Tenggerese young generation toward Karo ceremony and Sodoran dance. For this reason, this research is designed as qualitative research with the ethnography method to takes precisely Tenggerese view of life as the object of the study. The data collected for this research are in the form of folklore performances and collected by interview, observation, and group discussion. The data analysis process is done by codifying data (open coding), breaking down, checking, examining, comparing, conceptualizing, categorizing, axial coding, and display code. The result is a complete description of (i) various ritual facilities and properties loaded with philosophical values; (ii) meaning of dance movements as pictures of life journey or sangkan paran; and (iii) its relevance as a means of intromission education for Tenggerese young generation through what is known as titiluri.
Self-development activities are educational activities outside the subjects that help schools in shaping the character and personality of the learner. Self-development activities are facilitated and guided by counselor, teachers, or educational personnel that can be done in the form of extracurricular activities. In the implementation of guidance and counseling is never separated from careful planning and systematic. A program of guidance and counseling services in school is unlikely to be established, organized and achieved if not managed in a quality management system. Management guidance and counseling are all efforts or ways used to optimally utilize all components or resources such as personnel, funds and infrastructure facilities and information systems in the form of guidance data set to provide guidance and counseling services in order to achieve goals. The principles of guidance and counseling management services include planning, organizing, staffing, leading & controlling.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.