BACKGROUND: To develop targeted and tailored interventions for addressing medication non-adherence, it is important to identify underlying factors. OBJECTIVE: To identify factors associated with nonadherence as well as subtypes of non-adherence to antihypertensive or antihyperlipidemic drugs among patients with type 2 diabetes in Indonesia. DESIGN: An observational multicenter cross-sectional survey. PARTICIPANTS: Patients with type 2 diabetes using either antihypertensive or antihyperlipidemic drugs in four regions in Indonesia. MAIN MEASURES: Non-adherence and its subtypes of intentional and unintentional non-adherence were assessed using the Medication Adherence Report Scale. Necessity and concern beliefs were assessed with the Beliefs about Medicines Questionnaire. We applied binary and multinomial logistic regression to assess associations of medication beliefs, sociodemographic factors, and clinical-related factors to non-adherence and report odds ratios (OR) with 95% confidence intervals (CI). KEY RESULTS: Of 571 participating patients (response rate 97%), 45.5% and 52.7% were non-adherent to antihypertensive and antihyperlipidemic drugs, respectively. Older age was associated with non-adherence to antihypertensive drugs (60-69 years) (OR, 5.65; 95% CI, 2.68-11.92), while higher necessity beliefs (OR, 0.92; 95% CI, 0.88-0.95) were associated with less non-adherence. Factors associated with non-adherence to antihyperlipidemic drugs were female gender (OR, 1.84; 95% CI, 1.03-3.27) and higher concern beliefs (OR, 1.10; 95% CI, 1.03-1.18), while higher necessity beliefs (OR, 0.89; 95% CI, 0.83-0.96) were associated with less non-adherence. CONCLUSIONS:The main factors associated with nonadherence to antihypertensive and antihyperlipidemic drugs are modifiable. In general, beliefs about the necessity of the drug are important but for antihyperlipidemic drugs concerns are important as well. Healthcare providers should pay attention to identify and address medication beliefs during patient counselling.
Degenerative disease is a disease arising from the process of body cells function decline with age, one of which is hypertension. In the treatment of advanced stages of hypertension for many complications so the potential for very large polypharmacy is causing the possibility of drug-drug interactions. In this study conducted a study to determine the potential drug-drug interactions. Checking is done through www.drugs.comdatabase. This study describes the percentage of this type of polypharmacy and potential drug-drug interactions based on pre-defined levels. Of the total 290 prescriptions of hypertension, there are 17 (5.86%) prescription sheet the number 1R / which means on the prescription sheet does not have the potential for drugdrug interactions and is not included in the category of polypharmacy, amounted to 147 (50.69%) recipe sheet included in the category of minor polypharmacy and the number of 126 (43.45%) prescription sheet in the category of major polypharmacy. While the number of sheets of recipes containing more than 1 R / is a number of 273 (94.14%) prescription sheet with the average number of R / on each sheet of 4. Of the overall recipe is a recipe sheet that has the potential drug-drug interactions, potential total what happens is 183 interaction with the details, minor interaction by 66 (22.75%) of interaction, interaction moderate at 99 (34.13%) interactions, and interactions major by 18 (6.21%) interaction.
Tingginya penggunaan antibiotik akan meningkatkan potensi penggunaannya yang tidak rasional dan berdampak pada tingkat mortalitas, biaya, dan resistensi khususnya dalam lingkungan rumah sakit. Studi observasi dengan data retrospektif telah dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik dari April 2013-Maret 2014 menggunakan metode ATC/DDD dan DU 90%. Hasil penelitian menunjukkan antibiotik yang masuk ke dalam segmen DU 90% pada periode I adalah kotrikmoksazol 480 mg tablet (40,34 DDD/kunjungan) dan amoksisilin 500 mg tablet (4,53 DDD/kunjungan), periode II adalah sefiksim sirup kering (0,68 DDD/kunjungan), amoksisilin 500 mg tablet (0,41 DDD/kunjungan), siproflokasain 500 mg tablet (0,31 DDD/kunjungan), doksisiklin 100 mg (0,26 DDD/kunjungan), sefiksim 100 mg kapsul (0,15 DDD/kunjungan), sefadroksil 500 mg kapsul (0,12 DDD/kunjungan), seftriakson 1 gr injeksi (0,08 DDD/kunjungan), dan periode III adalah kotrimoksazol 480 mg tablet (74,85 DDD/kunjungan). Tingginya penggunaan antibiotik setiap kunjungan pada penggunaan kotrimoksasol merupakan sebuah tanda ketidakrasionalan dalam penggunaan antibiotik. Diperlukan studi kualititaf untuk mengetahui pola ketidakrasionalan dalam penggunaan antibiotik pada rumah sakit tersebut dan mengembangkan model intervensi yang tepat.
ABSTRAK Desa Cipacing merupakan salah satu desa yang berada di wilayah perbatasan Jatinangor dan Bandung, tepatnya di Desa Cileunyi Wetan. Aktivitas ekonomi di Desa Cipacing dapat dikatakan menengah ke bawah terlihat dengan adanya UMKM baik dibidang pangan dan non pangan serta terdiri dari beberapa lapisan masyarakat seperti buruh, pelajar, ibu rumah tangga serta wiraswasta. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan nilai ekonomis dari jamur dan dilakukan pemberdayaan ibu rumah tangga RW 05 Desa Cipacing sebagai objek sasaran sehingga dapat memiliki keterampilan untuk mengolah jamur menjadi produk pangan berupa nugget jamur tiram serta memulai hidup sehat. Metode yang dilakukan adalah kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yaitu observasi partisipatif serta metode kuantitatif dengan menyajikan data grafis dan pengujian statistik dengan metode Mc Nemar analisis dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan setelah dilaksanakan penyuluhan dan pendampingan pembuatan nugget jamur (p=0.05 dan α=0,05). Diharapkan bahwa dengan penyuluhan tersebut nugget jamur dapat menjadi salah satu referensi masyarakat dalam membuat produk olahan pangan khas warga RW 05 Desa Cipacing sehingga aktivitas ekonomi masyarakat meningkat dan kesejahteraan masyarakat dapat membaik. ABSTRACT Cipacing Village is a village which is located at the boarder of Jatinangor and Bandung, exactly in East Cileunyi Village. The economy activities in Cipacing Village run for middle and low society. It could be seen in the presence of UMKM (Small and Medium Enterprises) in food and non-food product and the tradition of some societies such as labors, students, housewives, and entrepreneurs. The aims of this program is to improve the economical values of the mushroom and to empower the housewives in RW 05 of Cipacing Village, as the object of research, could have the skills in processing the mushrooms become food products such as the nugget oyster mushrooms and have the healthy life as well. The method used in this research is qualitative and quantitative method. The qualitative method is carried out by doing participative observation. Meanwhile, the quantitative method is carried out by presenting a grafical data and statistical testing by using Mc. Nemar analysis method from the evaluation result of the activi ties. The result of the research shows that there is a significant effect after doing a counseling and a mentoring in making the mushroom nugget (p=0.05 and ɑ 0.05). It is expected that by doing the counseling and the mentoring the mushroom nugget could be one of the society references in making a special or typical processed food product of RW 5 residents of Cipacing Village, so that the economy activities could increase and the community welfare could improve.
Daun alpukat (Persea americana Mill) merupakan tanaman yang sudah sejak lama dikenal masyarakat indonesia serta digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dan konsentrasi efektif dari fraksi n-heksan, etil asetat dan n-butanol. Pengujian daun alpukat ini menggunakan metode disc diffusion dengan mengamati Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh Minimum. Bakteri yang diujikan adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Konsentrasi fraksi yang digunakan yakni 0,5%, 1%, 3%, 5% dan 10%. Hasil penelitian menunjukkan adanya potensi antibakteri pada semua fraksi daun alpukat yang ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar paper disk. Zona bening terbesar adalah 10,09 mm diperoleh dari fraksi n-heksan dengan konsentrasi 10% pada biakan bakteri Escherichia coli.
Ginkgo Biloba adalah Salah satu tanaman yang tergolong sebagai fitofarmaka atau obat-obatan yang berasal dari tanaman ialah Ginkgo biloba Tanaman G.biloba (Gb) termasuk dalam familia Ginkgoceae. Di dalam ekstrak G.biloba terdapat antioksidan, antivirus, antiinflamasi, dan juga antikarsinogenik. Dan juga telah dinyatakan bahwa ekstrak G.biloba mempunyai efek yang baik terhadap fungsi SSP (sistem saraf pusat). Untuk mengetahui manfaat G.biloba dalam penanganan gangguan neurologis. Dibuat dengan menggunakan metode studi pustaka untuk mengumpulkan referensi yang valid mengenai tanaman Ginkgo Biloba yang dapat digunakan sebagai penanganan gangguan Neurologi. Hasil literature reviewberdasarkan studi pustaka yang dilakukan menunujukkan bahwa tanaman Ginkgo Biloba yang dapat digunakan sebagai penanganan penyakit neuorologis dengan kandungan dan efek terhadap tubuh. Dalam literature review ini didapatkan tanaman Ginkgo Biloba yang dapat digunakan sebagai penanganan gangguan neurologis
Resep polifarmasi sangat umum terjadi dalam peresepan pasien rawat jalan maupun rawat inap di setiap fasilitas kesehatan. Polifarmasi dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat-obat atau Drug-drug Interactions (DDI's) yang sebagian besar akan menimbulkan dampak merugikan dalam terapi pasien. Tujuan dari studi ini yaitu untuk menilai potensi DDI's pada resep rawat jalan di salah satu apotek di kota Bandung. Data diproses melalui www.drugs.com database atau Drug Interactions Checker. Studi ini memaparkan prevalensi dan mengklasifikasikan jenis interaksi potensial berdasarkan level interaksi yaitu mayor, moderat dan minor. Total resep rawat jalan periode Januari-Maret 2014 adalah sebanyak 352 lembar resep yang didalamnya terdapat sebanyak 1.111 R/. Dari total keseluruhan jumlah lembar resep, terdapat 197 (55,97%) lembar resep yang masuk dalam kriteria inklusi. Sebanyak 121 lembar resep terdapat DDI's potensial sebesar 34,38%. Keseluruhan DDI's potensial yang terjadi adalah sebanyak 194 interaksi. DDI's potensial mayor sebanyak 25 (12,89%), moderat sebanyak 134 (69,07%) dan minor 35 (8,04%). DDI's terbanyak terdapat dalam kategori mayor dan moderat yang membutuhkan perhatian lebih dan tindakan pencegahan terhadap DDI's potensial yang mungkin terjadi oleh dokter dan apoteker untuk memaksimalkan efektivitas terapi pasien.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.