The events of the Gayo-Alas War that occurred between the Gayo-Alas people against the Dutch colonial marked the end of the Aceh War. This bloody conflict also marked the Gayo Plateau region, especially Takengon, which was occupied by the Dutch colonial authorities. Since then, Takengon, which was originally just an inland region of Aceh, has begun to grow, especially its infrastructure. Therefore, this study aims to examine the infrastructure that was built in the colonial era (1904-1942). The method used in this study is the historical method, which consisted of five analytical stages, namely topic selection, heuristics, leverage, interpretation, and historiography. The results of the study show that since the Dutch colonial came to the Gayo Takengon Plateau in 1904, Takengon was more developed comparing to previous period, all of which was inseparable from infrastructure development by the Dutch colonial. Some of the infrastructures were built successfully, there were the main road between Bireuen and Takengon, central government, Dutch and Tionghoa society, market, and Dutch school. The development of infrastructure also has had an impact for Takengon's area, such as the new society along Bireuen-Takengon highway, and the construction of Takengon-Gayo Lues' road. In addition, the opening of the road was aimed at opening the Dutch plantations and the private sector has made the emergence of the society's settlements, like in Redelong, Pondok Baru (Janarata), Lampahan and Isaq.
Kerawang Gayo merupakan salah satu hasil kebudayaan dari masyarakat Gayo. Secara umum, masyarakat Gayo khususnya dan Aceh umumnya menyebut kerawang Gayo sebagai kain tradisional khas suku Gayo. Kerawang Gayo sendiri hadir di tengah-tengah masyarakat Gayo untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Motif dan warnanya memiliki makna tersendiri dan menjadi falsafah hidup masyarakat. Kerawang Gayo hadir dengan sejarah yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya lokal kerawang Gayo, nilai-nilai karakter yang terkandung pada setiap motifnya, dan bagaimana bisa kerawang Gayo menjadi identitas bangsa. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerawang Gayo merupakan budaya asli masyarakat Gayo, kerawang Gayo telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun lalu dalam ruang lingkup masyarakat Gayo. Awalnya, kerawang Gayo hanyalah sebutan terhadap motif-motif yang terdapat pada benda-benda kebudayaan masyarakat Gayo, seperti pada gerabah, anyaman, dan ukiran kayu pada rumah-rumah tradisional. Namun sejak masyarakat Gayo mengenal tekstil dan seni menyulam, motif kerawang Gayo lebih identik disebut sebagai kain sulam tradisional. Dari motifnya, kerawang Gayo secara keseluruhan sangat syarat akan nilai-nilai dan sejalan dengan 18 nilai karakter yang terdapat pada kurikulum 2013. Kerawang Gayo disebut sebagai identitas bangsa, karena sesuai dengan maksud national culture yaitu budaya yang mementingkan unsur-unsur kerohanian, perasaan, dan saling membantu, karena nilai-nilainya terus berkembang. Tahun 2014 kerawang Gayo telah ditetapkan sebagai intangible culture atau Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif Correlation Ex Post Facto (CEPF). Penelitian korelasi Ex Post Fakto merupakan jenis penelitian yang berfokus pada analisis hubungan antar variabel, yang diuji melalui statistik korelasional dan analisis regresi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 177 siswa dari SMA Negeri Banda Aceh. Masalah utama dalam penelitian ini yaitu rendahnya prilaku sosial, sikap individualistik, hingga krisis harmonisasi dalam diri individualistik siswa. Tahapan penelitian ini meliputi uji analisis korelasi parsial, regresi sederhana dan regresi ganda. Hasil penelitian ini menunjukanahwa: (1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara kesadaran sejarah dengan sikap Toleransi siswa SMA N Banda Aceh; (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara religious values dengan sikap toleransi siswa SMA N Banda Aceh; (3) terdapat hubungan positif yang signifikan antara pemahaman multi-etnis dengan sikap toleransi siswa SMA N Banda Aceh; dan (4) terdapat hubungan secara bersama antara kesadaran sejarah, religious values dan pemahaman multi-etnis dengan sikap toleransi siswa. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyatakan bahwa, peningkatan sikap toleransi disebabkan oleh tingginya sumbangan kesadaran sejarah, religious values dan pemahaman multi-etnis siswa melalui sosialisasi dalam proses pembelajaran sejarah.
In general, this research is an effort to preserve culture, especially the culture of dress, by digging deeper into the current Acehnese ethnic clothing, then using it as a source of ideas to create a party dress design with Acehnese ethnic nuances. The research approach used is qualitative, with ethnographic methods. There are currently 5 ethnic Acehnese clothing, namely coastal Aceh, inland Aceh, mountainous Aceh, Aneuk Jame, and Tamiang. Of the five types of Acehnese ethnic clothing that exist today, there are several differences, namely in the type of material, color of material, form of decoration (motif), color of decoration, technique of application of decoration and fashion model. Each ethnic dress has a characteristic that distinguishes one ethnic dress from another, which is said to be an identity.
Application of profit and loss is implemented from the problems that occur at PT. Fachri Syafii Akbar where in the PT there was a problem in recording the report so that sometimes the contents of the report did not match the recording in the admin section and expenditure in the field. This application was created to assist in the process of recording activity reports in the process of completing a project of PT Fachri Syafii Akbar so that there is no difference in the final report, otherwise the application will display the entire history of transactions in and out of transactions during the project. The methodology used is the waterfall method and the implementation of the needs analysis. From the results of field observations, an information flow design was obtained which was then implemented by making a program using Microsoft Visual Basic.Net 2013 and MySQL. The results achieved are the creation of a periodic application in recording the process of project completion activities until the final report.
Latar belakang masalah dalam penelitian ini ialah karena lemahnya keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe Peer lesson terhadap keaktifan belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 10 Aceh Barat Daya dan mengetahui respon siswa terhadap penggunaan strategi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian eksperimen dengan desain one shoot case study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 10 Aceh Barat Daya yang berjumlah 105 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampelnya adalah kelas XI IPS 2 yang terdiri dari 25 siswa. Teknik pengumpulan yang digunakan yaitu observasi, Angket dan Tes soal. Sedangkan teknik analisis data adalah analisis data Statistika Deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe Peer lesson efektif meningkatkan keaktifan belajar sejarah siswa. Hal ini diketahui melalui data dari lembar observasi yang berada pada kecenderungan 83 60 + 1. 33 73,3 yang masuk kedalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan nilai yang didapat dari Tes soal, sebanyak 11 siswa mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan (KKM) sebesar 75 dan nilai ketuntasan klasikal sebesar 84. Respon siswa berada pada kategori yang baik, ada lebih banyak siswa yang menjawab pilihan “Sangat Setuju” dan “Setuju”dan memiliki jumlah nilai yang lebih besar dari pilihan yang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan perempuan yang menerima tanah sebagai mahar dalam perkawinan pada suku Bugis-Makassar, sejauh mana pemahaman perempuan tentang hak-hak atas tanah pemberian dalam perkawinan, tujuan pemberian mahar pada pihak perempuan menurut perspektif perempuan Bugis Makassar, mendeskrepsikan pemahaman perempuan mengenai pemberian tanah sebagai mahar dalam pernikahan adat Bugis-Makassar, serta mendeskrepsikan pemberian mahar sebagai identitas diri perempuan dalam perkawinan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode penelitian Kualitatif dengan menggunakan wawancara dan observasi, artinya ada interaksi dengan orang yang telah diteliti, bagaimana pemahaman budanya, nilai-nilai yang dianutnya, motif dan sebagainya. Proses wawancara dilakukan terhadap 4 orang subjek dengan menggunakan pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok pertanyaan yang ditujukan pada informan utama dan informan pendukung, pertanyaan bersifat berkembang, yaitu pertanyaan tidak hanya terkait dengan apa yang menjadi guide, akan tetapi juga mengikuti infoman sebagai cara mendapatkan data lebih luas. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemahaman tanah sebagai mahar dan identitas diri pada perempuan dimulai ketika proses pelamaran dimulai, dan dilegalkan pada saat akad nikah karena tertulis dalam buku nikah, sunrang tanah yang diterimanya merupakan kesepakatan dari pihak laki-laki. Kepemilikan atas tanah pemberian sebagai mahar menjadi hak milik perempuan secara adat. Bahwa pemberian tanah sebagai mahar untuk melindungi perempuan setelah menikah, dalam artian tanah sebagai pelindung bagi posisi perempuan dalam keluarganya, dan juga secara psikologis pemberian tanah menjadi lambang harga diri (harkat dan martabat) untuk menghormati seorang perempuan baik sebelum pernikahan ataupun setelah pernikahan, dikarenakan pemberian sunrang tanah tersebut sebagai pelindung bagi pihak istri untuk mencari nafka ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Selain itu juga sebagai pengingat bagi laki-laki agar tidak secara mudah meninggalkan istri dan anakanaknya tanpa tanggujawab.Kata kunci: Sunrang tanah sebagai mahar, harga diri
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.