Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan bagaimana preferensi media sosial pada generasi milenial terhadap tingkat pengetahuan atas calon legislatif dalam bentuk penjabaran data secara ilmiah dan sistematis. Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih generasi milenial pada Pemilu 2019 proporsinya sekitar 34,2% dari total 152 juta pemilih. Dengan ketergantungan generasi milenial terhadap media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter serta berbagai macam aplikasi instant messanger seperti Whatsapp, kampanye politik melalui media sosial menjadi salah satu cara tepat untuk menarik simpati generasi milenial. Penelitian ini menggunakan salah satu model dalam kajian perilaku konsumen, yaitu TAM (Technology Acceptance Model) yang kemudian diturunkan menjadi konsep preferensi konsumen dengan operasionalisasi variabel X adalah Preferensi Media Sosial dan variabel Y adalah Tingkat Pengetahuan. Metode yang digunakan adalah kuantitatif melalui survei terhadap 100 orang responden, yang menunjukan bahwa sebanyak 71 responden (71%) memiliki pengetahuan atas calon legislatif di kota asalnya dari media sosial dan sebanyak 29 responden (29%) menyatakan tidak mengetahui. Berdasarkan hasil survei tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Technology Acceptance Model (TAM) dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor preferensi perilaku pemilih generasi milenial dalam menggunakan media sosial untuk mendapatkan pengetahuan atas calon legislatif melalui media sosial.
Pola perilaku belanja masyarakat saat ini telah bergeser dari offline menjadi online. Tren belanja online memicu munculnya bisnis baru bernama e-commerce. Di Indonesia, e-commerce mulai banyak bermunculan, yang menyebabkan persaingan antar e-commerce semakin ketat. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi komunikasi pemasaran untuk memenangkan persaingan antar e-commerce, salah satunya adalah dengan menerapkan kualitas e-service. Dengan menerapkan kualitas e-service yang baik maka kepuasan pelanggan akan muncul. Melalui penelitian ini, peneliti menemukan signifikansi pengaruh kualitas e-service terhadap kepuasan konsumen e-commerce. Secara akademis, penelitian ini dapat mengembangkan kajian ilmu komunikasi, khususnya topik perubahan perilaku kognitif konsumen e-commerce di Indonesia dan menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pengambil strategi komunikasi pemasaran dalam mempromosikan, menjaga, dan meningkatkan kualitas dan kepuasan konsumen, khususnya untuk konsumen digital. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya pengaruh kualitas penggunaan e-service terhadap kepuasan konsumen e-commerce di Indonesia. Manfaat praktis lain yang diperoleh melalui penelitian ini adalah tim strategi komunikasi pemasaran dapat mempertimbangkan/mengimplementasikan elemen apa saja dalam e-commerce yang dapat menarik perhatian konsumen digital. Penelitian ini menggunakan skala diferensial semantik yang mengukur perasaan subjektif seseorang dengan menggunakan berbagai kata sifat karena orang biasanya mengkomunikasikan evaluasi melalui kata sifat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas e-service yang dilakukan oleh e-commerce di Indonesia dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Kata Kunci: Perilaku konsumen, e-service, e-commerce, kepuasan pelanggan, strategi komunikasi pemasaran
The trend of using renewable energy (RE) as a substitute for fossil energy is increasing as the issue of global warming continues to be echoed. Previous studies about RE focusing much on the availability and infrastructure of RE, yet no study about potential acceptance of RE in Indonesia has been conducted. Therefore, this study will fill the gap in the topic of RE consumer behavior. Qualitative approach was used in this study, by conducting literature reviews to relevant studies about consumer behavior towards RE in various countries. The results show that income, education level, infrastructure, and government policies will have a major influence in the transition process. The government occupies a strategic position with the authority in terms of supportive policies, fulfillment of infrastructure, and education of the public as potential consumers. Two scenarios are proposed for starting a shifting energy campaign in Indonesia. Finally, this study aims to enrich the contribution of communication science in the field of energy security. It can also be a reference for comparison for similar studies that focus on communication issues related to RE.
This study evaluates whether social media plays a role as the main source of information and, at the same time, as information sharing. Research on information-seeking behaviour, information needs, and information sharing has received increasing attention from various scientific communities since COVID-19 was declared a global epidemic. However, efforts have not been made to compare the capabilities of digital and interpersonal channels in both aspects of seeking and sharing information in Indonesia. Among the siege of information sources, identifying the primary sources of information used by students is important if the government is to intervene in health policies to overcome the pandemic. With an online survey conducted on 624 students, this study revealed that social media, which appears to be dominant as a source of COVID-19 information, cannot influence the behaviour of sharing information with others. The ETA correlation test confirms no correlation between the information source and information sharing behaviour. Indonesian students are moved to pass on information from interpersonal communication. In the two-stage communication model, individuals obtain information from the media and then discuss the information with others, which emerged in the conventional era and is still valid in today's digital era. The issue of trust is still inherent in social media, which makes it difficult to confirm the information on social media to be shared with others. The study explains that although communication technology has developed into the digital era, it does not necessarily eliminate the role of conventional technology. Keywords: COVID-19 information seeking and sharing, health communication, interpersonal communication, social media, two-stage communication.
ABSTRAKTerdapat trend di Kota Kediri yang menunjukan bahwa usaha kuliner yang dimulai dari bedak/rombong pinggir jalan memiliki konsumen yang loyal sedangkan usaha kuliner dengan artefak yang mapan mampu mempertahankan konsumen tidak lebih dari 1 tahun. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode survei dengan skala semantic diferential untuk mengumpulkan data sehingga dapat ditemukan gambaran menyeluruh atas populasi yaitu konsumen kuliner Kota Kediri dengan luas wilayah 63,40 km 2 . Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada faktor kebudayaan terhadap loyalitas konsumen. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi calon investor yang ingin menanamkan modalnya di Kota Kediri, khususnya pada bidang kuliner untuk menggunakan unsur budaya asli Kota Kediri sebagai salah satu strategi pemasaran untuk mendapatkan loyalitas konsumennya. Keywords: Kebudayaan, kuliner, loyalitas ABSTRACT
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.