At the global level, it is estimated that 35 million people suffer from drug use disorders and require treatment services. 1 Research shows adolescence (12-17 years old) is a critical risk period for the initiation of substance use and that substance use peaks among young adults aged 18-25 years. 2 In Indonesia, drug use is now emerging as a problem among adolescents. The prevalence of drug users among students (15-22 years old) in Indonesia has increased from 2.8% in 2017 to be 3.2% in 2018. 3,4
Seiring perkembangan zaman yang serba digital, maka media pembelajaran pun menyesuaikan keadaan tersebut. Vlog salah satu media sosial sekarang menjadi tren yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Media sosial ini kalau dikemas secara apik juga bisa menjadi suatu media pembelajaran yang sangat menarik dan memberikan nilai plus dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa. Artikel ini bertujuan untuk mendiskripsikan penggunaan media sosial Vlog pada pembelajaran <em>maharah</em> <em>kalam</em> dan persepsi mahasiswa dalam penggunaan Vlog pada pembelajaran <em>maharah kalam.</em> Metodologi yang digunakan penulis dalam artikel adalah kualitatif deskriptif. Jenis ini disesuaikan dengan tujuan penulisan artikel, yakni untuk memberikan informasi dan gambaran terkait objek. Lokus kajian artikel ini adalah mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Kudus semester Ganjil TA 2019-2020. Hasil temuan yang didapat oleh penulis dari kajian ini; 1) Pemilihan Vlog sebagai salah satu media pembelajaran <em>maharah kalam</em> bagi mahasiswa karena memiliki banyak nilai positif atau kelebihan, yakni bersifat mudah dan fleksibel; murah dan ekonomis; dan meningatkan kreatifitas mahasiswa. 2) penggunaan Vlog mampu meningkatkan perfomansi atau percaya diri dalam berbicara bahasa Arab.
Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara tiba-tiba yang dapat disebabkan oleh kejadian alam, bencana teknologi, perselisihan atau kejadian yang disebabkan oleh manusia, dan menuntut suatu penanganan segera. Kejadian gawat darurat dapat menimpa siapa saja dan terjadi dimana saja. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Awam Khusus Tentang Bantuan Hidup Dasar Berdasarkan Karakteristik Usia Di RSUD X Hulu Sungai Selatan. Rancangan pada penelitian ini adalah study Korelasi yaitu yag menghubungkan antara dua variabel bebas dan terikat. Pengambilan sampel ini menggunakan teknik nonprobability sampling dengan cara Total Sampling yaitu sebanyak 34 Responden dengan Hasil Uji Statistik Spearman Rank. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Spearman Rank maka diperoleh nilai P hitung = 0,277 (α=0,05) yang berarti H0 ditolak yang Artinya Adanya Hubungan Tingkat Pengetahuan Awam Khusus Tentang Bantuan Hidup Dasar Berdasarkan Karakteristik Usia Di RSUD X Hulu Sungai Selatan. Rekomendasi : Pengembangan Pengetahuan pada awam khusus yang ada di lingkungan rumah sakit yang bisa langsung diberikan oleh perawat yang sudah mendapatkan pelatihan BHD.
Nowadays, drugs (narcotics, psychotropic, and addictive substances) abuse gradually increases in the adolescent group, especially High School students. Environmental impact, especially social interaction, gives a high effect on building the character in adolescents. The existence of peer-education activity is one of the promotive and preventive strategies in mitigating drug abuse. This research was done in 10 high schools in Surabaya spread over five regions (Central, North, South, West, and East). This research was quantitative with the cross-sectional design while the data analysis used was a Chi-Square test with a p-value of <0.05 that was based on the significance level. The research finding showed that the intention of student participation was quite high, i.e. 83.1%; from the statistical test, it had been taught that gender had a significant relationship with intention by a p-value of 0.00. Additionally, it had also a relationship with subjective norm by a p-value of 0.00. Conclusion: the student’s norm has supported their intention to participate in the program. Meanwhile, the research finding that is based on the gender in this research showed that females had a higher intention to participate in the activity than the males had. Therefore, a conducive environment should be maintained continuously so that the positive norm can motivate the students to participate in the activity held by the peer-educator.
Background: Adolescents are a vulnerable group who have great curiosity and need access to various adolescent health information. Therefore, the government has implemented a strategy through the implementation of Youth Care Health Services (YCHS). However, some of the stakeholders and youth have limited access to YCHS especially the ones delivered in schools setting. The purpose of this study was to investigate the implementation of adolescent health programs in schools especially public schools and religion-based schools.Design and methods: This study was an analytic observational quantitative study by using a cross-sectional design.This study was conducted in public schools and religion-based schools in North Surabaya Indonesia. The sample in this study consisted of 100 students through a simple random sampling technique.Results: There was a difference in the level of knowledge of adolescent reproductive health between public schools and religion-based schools (p=0,047). Student’s attitudes (p=0,000) and environmental influences (p=0,000) both related with reproductive health contents. However, there was no difference in adolescent’s attitudes about adolescent reproductive health programs (p=0,190) and adolescent’s exposure to adolescent reproductive health policies (p=0,196).Conclusion: The implementation of adolescent health programs in two types of schools (public and religion-based) were different. Adolescents should have the same rights to obtain knowledge about adolescent health as the prelude for forming a positive attitude. Therefore, stakeholders need to conduct regular monitoring and evaluation on the implementation of standardized adolescent health programs in all types of schools.
Proporsi populasi remaja di Indonesia mencapai seperempat dari total penduduk. Menurut Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010, angka ini cukup besar dan perlu ada upaya yang spesifik dalam meningkatkan derajat kesehatan remaja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja saat ini sedang menghadapi globalisasi dan berpotensi melakukan perilaku berisiko. Penanganan permasalahan kesehatan remaja di Indonesia diupayakan oleh pemerintah melalui kerja sama lintas sektoral, pelayanan kesehatan dasar, dan pola intervensi. Harapannya strategi yang diterapkan telah disesuaikan dengan kebutuhan tahapan proses tumbuh kembang remaja.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikan persepsi remaja dalam keterlibatannya dalam pelaksanaan program kesehatan remaja dan mengidentifikasi kebutuhan dan harapan remaja terhadap pelaksanaan program kesehatan remaja. Subjek penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok peer educator dan kelompok user (sasaran program). Remaja dalam penelitian berasal dari berbagai setting promosi kesehatan, yaitu remaja sekolah dan remaja di luar sekolah. Remaja di luar sekolah berasal dari remaja komunitas dan remaja jalanan. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD).Hasil penelitian menunjukkan keterlibatan kelompok peer educator masih cenderung pasif karena wewenangnya hanya sebatas pada tahap pelaksanaan program, harapannya peer educator dilibatkan mulai dari perencanaan program. Sedangkan keterlibatan kelompok remaja di luar sekolah cenderung lebih sangat pasif bahkan ada yang belum terpapar program. Program kesehatan remaja seharusnya melibatkan remaja dari berbagai setting dan disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas remaja. Remaja berharap dapat dilibatkan mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi program karena remaja sebagai prime mover dalam keberhasilan program kesehatan remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat respons dan hasil belajar siswa setelah diterapkan strategi probing prompting dalam pembelajaran matematika materi relasi dan fungsi di SMP. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, tes, dan wawancara. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3 di SMP Negeri 1 Indralaya Selatan. Hasil penelitian menyatakan bahwa respons siswa dalam pembelajaran matematika materi relasi dan fungsi tergolong Baik dengan rata-rata 71,19. Siswa telah mampu memberikan tanggapan dan menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang dikemukakan oleh guru. Hasil belajar siswa tergolong Baik dengan rata-rata 71,92. Siswa sudah bisa menjawab soal dengan level C1 dan C2, walaupun masih mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan soal dengan level C4.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.